Akademia
37°59′33″N 23°42′29″E / 37.99250°N 23.70806°E
| Bagian dari seri tentang |
| Platonisme |
|---|
| Perumpamaan dan metafora |
| Artikel terkait |
Akademia (bahasa Yunani: Ἀκαδημία) adalah perguruan yang didirikan Plato di Atena sekitar tahun 387 Pramasehi. Aristoteles berguru di Akademia selama dua puluh tahun (tahun 367–347 Pramasehi) sebelum mendirikan perguruannya sendiri, Likeon. Akademia bertahan menyintasi zaman helenistis sebagai perguruan Skeptisisme hingga bubar sepeninggal Filon orang Larisa pada tahun 83 Pramasehi. Meskipun para filsuf terus mengajarkan filsafat Plato di Atena pada zaman penjajahan Romawi, Akademia baru kembali berdiri pada tahun 410 Masehi sebagai sebuah pusat Neoplatonisme, dan bertahan sampai ditutup oleh Kaisar Yustinianus Agung pada tahun 529 Masehi.
Situs

Sebelum menjadi sebuah perguruan, bahkan sebelum dipagari dengan tembok oleh Kimon,[1] Akademia adalah hutan pemali di luar tembok kota Atena kuno, tempat tumbuhnya pohon-pohon zaitun keramat Atena, dewi hikmat.[2] Nama lamanya, Hekademea (Ἑκαδήμεια), berubah menjadi Akademia pada zaman Klasik. Nama ini dikait-kaitkan dengan Akademos, pahlawan legendaris Atena, seawal-awalnya pada permulaan abad ke-6 Pramasehi.
Akademia menjadi tempat keramat Dewi Atena dan pribadi-pribadi baka lainnya, tempat upacara pemujaannya digelar semenjak zaman Perunggu, yakni upacara pemujaan yang mungkin berkaitan pula dengan Dioskuroi, yakni dewa-pahlawan kembar Kastor dan Poludeukes, mengingat Akademos dikait-kaitkan dengan tempat itu lantaran memberitahukan Kastor dan Poludeukes tentang tempat Teseus menyembunyikan Helene. Ketika menyerbu Atika, pasukan Sparta tidak menyentuh "hutan Akademe" lantaran menghormati kekeramatannya yang purba maupun keterkaitannya dengan pemujaan Dioskuroi.[3] Sikap semacam ini tidak diambil Sula, panglima Romawi yang menebang pohon-pohon zaitun keramat Dewi Atena pada tahun 86 Pramasehi untuk dijadikan kayu ramuan pesawat-pesawat kepung dalam usahanya merebut kota Atena.
Salah satu kegiatan keagamaan yang dilangsungkan di Akademia adalah kegiatan lari obor malam hari dari mezbah-mezbah di dalam kota menuju mezbah Prometeus di Akademia. Berbagai macam krida kedukaan juga digelar di Akademia, demikian pula kirab puja Dionisos dari Atena ke Hekademea dan kembali lagi ke dalam kota.[4] Jalan raya ke Akademia terpagar batu-batu nisan para mendiang warga Atena.
Situs Akademia[5] berada di dekat Kolonos, kira-kira 1,5 km ke utara dari gapura Dipilon.[6] Situs ini ditemukan kembali pada abad ke-20 di lingkungan permukiman yang sekarang bernama Akadimia Platonos. Situs ini sudah lumayan memadai diekskavasi dan terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya.[7]
Kunjungan ke situs arkeologi Akademia di Atena.
Para wisatawan kini dapat mengunjungi situs arkeologi Akademia yang berlokasi di kedua sisi jalan Kratilos di lingkungan cagar budaya Kolonos dan Akademia (kode pos GR 10442). Monumen-monumen penting bertebaran di kedua sisi jalan itu, misalnya Rumah Keramat dari babak seni rupa Geometris, Gimnasion (abad pertama Pramasehi - abad pertama Masehi), Rumah Bercungkup dari babak Purwahelas yang diduga sezaman dengan Akademos, tokoh pahlawan mitologis yang melatarbelakangi penamaan situs Akademia, serta Bangunan Peristulon (abad ke-4 Pramasehi) yang mungkin merupakan satu-satunya bangunan utama dari perguruan Plato.
Perguruan Plato
Kemungkinan besar perguruan yang kemudian hari dikenal sebagai perguruan Plato mulai berdiri tidak lama sesudah Plato menerima warisan saat berumur tiga puluh tahun, yakni ketika terjadi pertemuan-pertemuan informal yang dihadiri Teaitetos orang Sunion, Arkhitas orang Taras, Leodamas orang Tasos, dan Neoklides.[8] Menurut Debra Nails, Speusipos "turut bergabung sekitar tahun 390." Dia menekankan bahwa, "sesudah kedatangan Eudoksos orang Knidos pada pertengahan dasawarsa 380-an, barulah Eudemos menganggapnya sebagai sebuah perguruan resmi." Tidak ada catatan sejarah yang memuat tanggal pendiriannya, tetapi para sarjana modern pada umumnya sependapat bahwa perguruan itu berdiri pada pertengahan dasawarsa 380-an, kemungkinan besar sesudah tahun 387, yakni sekembalinya Plato dari kunjungan pertama ke Italia dan Sisilia.[9] Pertemuan-pertemuan tersebut mula-mula digelar di rumah warisan yang diterima Plato lantaran terletak tidak jauh dari Gimnasion, dan terus dilangsungkan di tempat yang sama sepanjang abad ke-4.[10]

Sekalipun pertemuan-pertemuan itu bersifat ekslusif, tidak terbuka untuk umum,[11] tidak ada iuran keanggotaan, setidaknya pada masa hidup Plato.[12] Oleh sebab itu, kemungkinan besar pada masa itu belum terbentuk sebuah "perguruan" dalam arti ada perbedaan yang jelas antara guru dan murid, malah mungkin belum ada kurikulum resmi.[13] Meskipun demikian, sudah ada perbedaan antara anggota senior dan anggota junior.[14] Ada dua orang wanita yang diketahui pernah berguru kepada Plato di Akademia, yaitu Aksiotea orang Fleyous dan Lastenea orang Mantinea.[15]
Perguruan ini tidak mengajarkan doktrin tertentu, setidaknya pada masa hidup Plato. Kemungkinan besar Plato (dan mungkin pula rekan-rekannya) mengetengahkan pokok-pokok permasalahan untuk dikaji dan dipecahkan oleh para hadirin lainnya.[16] Ada bukti bahwa perguruan ini menggelar kuliah-kuliah, yang paling terkenal adalah kuliah Plato "Tentang Kebaikan"; tetapi kemungkinan besar yang lebih umum adalah penggunaan dialektika.[17] Menurut sebuah cerita yang tidak dapat dipastikan kebenarannya, yang diperkirakan muncul sekitar 700 tahun sesudah Akademia berdiri, di atas pintu masuk Akademia terukir frasa "Dilarang Masuk Kecuali Geometer."[18]
Banyak pihak membayangkan kurikulum Akademia mirip sekali dengan yang tersirat di dalam risalah Politeya.[19] Meskipun demikian, pihak-pihak lain berpendapat bahwa gambaran semacam itu menafikan tatanan masyarakat ideal yang secara gamblang dicita-citakan di dalam risalah dialog itu.[20] Hampir dapat dipastikan bidang-bidang ilmu yang dikaji mencakup matematika dan pokok-pokok bahasan filsafati yang diulik di dalam risalah-risalah dialog Plato, tetapi hanya ada sedikit bukti yang andal.[21] Beberapa bukti menunjukkan adanya kegiatan yang dewasa ini akan dianggap sebagai penelitian ilmiah. Simplikios meriwayatkan bahwa Plato mengajukan pertanyaan yang menantang anggota-anggota lain untuk mencari penjelasan paling sederhana atas gerak tak beraturan benda-benda langit yang dapat diamati, yaitu "dengan penghipotesisan gerak seragam dan beraturan manakah tampakan dari pergerakan bintang-bintang siarah dapat diisbatkan?"[22] Menurut Simplikios, rekan sejawat Plato yang bernama Eudoksos adalah orang pertama yang berusaha menyelami tantangan ini.
Perguruan Plato kerap disifatkan sebagai sekolah bagi calon-calon politikus dunia kuno yang sudah menetaskan banyak alumni kenamaan.[23] Meskipun demikian, dalam sebuah tinjauan bukti yang terbit belum lama ini, Malcolm Schofield mengemukakan bahwa sukar diketahui sampai sejauh mana Akademia menaruh minat terhadap politik praktis (bukan sekadar teori), lantaran banyak dari bukti-bukti yang kita punyai "mencerminkan polemik kuno yang membela atau menyanggah pandangan Plato."[24]
Perjalanan sejarah Akademia

Diogenes Laertios membagi sejarah Akademia menjadi tiga babak, yaitu babak lama, babak madya, dan babak baru. Dia mendapuk Plato sebagai kepala Akademia babak lama, Arkesilaos sebagai kepala Akademia babak madya, dan Lakides sebagai kepala Akademia babak baru. Sekstos Empirikos memilah pengikut Plato ke dalam lima babak sejarah. Dia mendapuk Plato sebagai pengasas Akademia babak pertama, Arkesilaos sebagai pengasas babak kedua, Karneades sebagai pengasas babak ketiga, Filon dan Kharmadas sebagai pengasas babak keempat, serta Antiokhos sebagai pengasas babak kelima. Cicero hanya mengakui dua babak sejarah Akademia, yaitu babak lama dan babak baru, serta mendapuk Arkesilaos sebagai pencetus babak baru.[25]
Babak lama
Yang menggantikan Plato selaku skolarkhes (kepala perguruan) Akademia adalah Speusipos (tahun 347–339 Pramasehi), Ksenokrates (tahun 339–314 Pramasehi), Polemon (tahun 314–269 Pramasehi), dan Krates (sekitar tahun 269–266 Pramasehi). Anggota Akademia lainnya yang terkemuka adalah Aristoteles, Heraklides, Eudoksos, Filipos orang Opous, dan Krantor.
Babak madya
Sekitar tahun 266 Pramasehi, Arkesilaos menjadi skolarkhes. Di bawah kepemimpinannya (sekitar tahun 266–241 Pramasehi), Akademia jauh lebih mengutamakan Skeptisisme. Ia digantikan oleh Lakides orang Kirene (tahun 241–215 Pramasehi), Evandros bersama-sama Telekles (tahun 205 – sekitar tahun 165 Pramasehi), dan Hegesinous (sekitar tahun 160 Pramasehi).
Babak baru
Babak baru atau Akademia bermula pada tahun 155 Pramasehi, ketika Karneades terpilih menjadi skolarkhes yang keempat sesudah Arkesilaos. Ketika itu Akademia masih sangat kental dengan Skeptisisme, memustahilkan pengetahuan akan kebenaran mutlak. Karneades digantikan oleh Klitomakhos (tahun 129 – sekitar tahun 110 Pramasehi), dan Filon orang Larisa, "kepala Akademia terakhir yang tidak lagi dipertanyakan" (sekitar tahun 110–84 Pramasehi).[26][27] Menurut Jonathan Barnes, "sepertinya Filon adalah Platonis terakhir yang terhubung dengan Akademia secara geografis."[28]
Sekitar tahun 90 Pramasehi, murid Filon, Antiokhos orang Askalon, mulai mengajarkan Platonisme versinya sendiri, yakni versi tandingan yang menolak Skeptisisme dan menganjurkan falsafah Stoa, sehingga tercetuslah tahap baru dalam perkembangan Platonisme yang dikenal dengan sebutan Platonisme Pertengahan.
Kehancuran Akademia

Ketika Perang Mitridates yang pertama meletus pada tahun 88 Pramasehi, Filon orang Larisa mengungsi ke Roma, dan sepertinya menetap di sana hingga akhir hayatnya.[29] Pada tahun 86 Pramasehi, Lusius Kornelius Sula maju mengepung dan merebut kota Atena, menimbulkan kerusakan di mana-mana. Dia menghancurkan Akademia saat pengepungan berlangsug. Menurut Plutarkhos, Sula "merampas hutan pemali, dan meluluhlantakkan Akademia, tempat yang paling rindang di pinggir kota, demikian pula Likeon."[30]
Kehancuran Akademia sepertinya sangat parah, sampai-sampai memustahilkan usaha untuk membangun ulang dan membuka kembali perguruan itu.[31] Sekembalinya ke Atena dari Aleksandria sekitar tahun 84 Pramasehi, Antiokhos kembali mengajar, tetapi bukan di Akademia. Cicero, yang berguru kepada Antiokhos pada tahun 79/78 Pramasehi, menyebutkan bahwa Antiokhos mengajar di sebuah gimnasion yang dinamakan Ptolemeos. Cicero juga menceritakan kunjungannya suatu sore ke petilasan Akademia, yang tampak "lengang dan terbengkalai sore itu."[32]
Akademia neoplatonis
Para filsuf terus mengajarkan Platonisme di Atena pada zaman penjajahan Romawi, tetapi Akademia baru didirikan kembali pada awal abad ke-5 (sekitar tahun 410) oleh beberapa filsuf neoplatonis terkemuka.[33] Asal-muasal ajaran neoplatonis di Atena tidak dapat diketahui secara pasti, tapi ketika Proklos tiba di Atena pada awal dasawarsa 430-an, dia mendapati Plutarkhos orang Atena dan rekan sejawatnya, Sirianos, mengajar di Akademia. Filsuf-filsuf neoplatonis di Atena menyebut diri "penerus" (diadokhos) Plato, dan mencitrakan diri sebagai mata rantai keilmuan yang merentang mundur tanpa putus sampai kepada Plato, kendati mustahil ada kesinambungan geografis, kelembagaan, ekonomi, maupun pribadi apapun dengan Akademia yang mula-mula.[34] Tampaknya Akademia baru ini adalah sebuah lembaga pendidikan swasta, dan diselenggarakan di sebuah rumah besar yang kemudian hari diwarisi Proklos dari Plutarkhos dan Sirianos.[35] Para kepala perguruan Neoplatonis itu adalah Plutarkhos orang Atena, Sirianos, Proklos, Marinos, Isidoros, dan yang terakhir Damaskios. Akademia Neoplatonisme ini mencapai titik zenithnya di bawah kepemimpinan Proklos (wafat tahun 485).

Filsuf-filsuf Yunani terakhir yang menganggotai Akademia baru pada abad ke-6 datang dari berbagai pelosok dunia budaya Helenistis dan menampakkan kesan sinkretisme luas dari budaya umum (lih. koine). Lima dari tujuh filsuf Akademia yang disebutkan sejarawan Agatias di dalam risalahnya adalah orang-orang yang berasal dari latar belakang budaya Suryani, yaitu Hermias dan Diogenes (kedua-duanya asal Fenisia), Isidoros orang Gaza, Damaskios orang Suriah, dan Iamblikhos orang Koile-Suriah, bahkan mungkin juga Simplikios orang Kilikia.[34] Kaisar Yustinianus I menutup perguruan itu pada tahun 529 Masehi. Skolarkhes Akademia yang terakhir adalah Damaskios (wafat tahun 540). Menurut saksi tunggal, sejarawan Agatias, anggota-anggota Akademia yang tersisa meminta suaka kepada Syah Khosrau I, di Ktesifon, ibu kota Persia zaman Sasani, dengan memboyong bergulung-gulung karya sastra dan filsafat yang tak ternilai harganya, juga beberapa gulungan karya tulis ilmiah. Sesudah Persia dan Romawi Timur menandatangani perjanjian damai pada tahun 532, mereka diberi jaminan keamanan pribadi (salah satu dokumen tertua dalam sejarah kebebasan beragama).
Ada dugaan bahwa Akademia tidak sepenuhnya menghilang dari panggung sejarah.[34][36] Sesudah terbuang dari negaranya, diduga Simplikios (dan mungkin juga beberapa filsuf lain) berhijrah ke Haran, yang terletak tidak jauh dari Edesa. Mungkin di kota itulah siswa-siswa Akademia-dalam-pembuangan melanggengkan keberadaannya hingga abad ke-9, cukup lama untuk menyemai kebangkitan kembali tradisi ulasan neoplatonis dalam bahasa Arab di Bagdad.[36]
Salah satu perguruan tertua yang didirikan di Timur adalah Perguruan Gondisyapur di Persia zaman Sasani yang berdiri pada abad ke-7.
Baca juga
Catatan kaki
- ↑ Plutarkhos Riwayat Hidup Kimon xiii:7
- ↑ Tukidides ii:34
- ↑ Plutarkhos, Riwayat Hidup Teseus xxxii
- ↑ Paus. i 29.2, 30.2; Plut. Vit. Sol. i 7
- ↑ A Beginner's History of Philosophy, Jilid 1. Oleh Herbert Ernest Cushma. Hlm.219
- ↑ Mazarakis Ainian, A. - Alexandridou A,. "The Sacred House of the Academy Revisited".
- ↑ greeceathensaegeaninfo.com
- ↑ hlmn. 5–6, D. Nails, "The Life of Plato of Athens", dalm H. Benson (penyunting), A Companion to Plato, Blackwell Publishing 2006.
- ↑ hlmn. 19–20, W. K. C. Guthrie, A History of Greek Philosophy, jld. 4, Cambridge University Press 1975; hlm. 1, R. Dancy, "Academy", dalam D. Zeyl (penyunting), Encyclopedia of Classical Philosophy, Greenwood Press 1997. I. Mueller mengajukan kerangka waktu yang lebih luas – "...antara permulaan dasawarsa 380-an hingga pertengahan dasawarsa 360-an..." – mungkin merefleksikan ketiadaan bukti yang kita miliki terkait tanggal spesifiknya (hlm. 170, "Mathematical Method & Philosophical Truth", dalam R. Kraut (penyunting), The Cambridge Companion to Plato, Cambridge University Press 1992).
- ↑ D. Sedley, "Academy", dalam Oxford Classical Dictionary, edisi ke-3; hlm. 4, J. Barnes, "Life and Work", dalam The Cambridge Companion to Aristotle, Cambridge University Press 1995; J. Barnes, "Academy", E. Craig (penyunting), Routledge Encyclopedia of Philosophy, Routledge 1998, diakses tanggal 13 September 2008, dari http://www.rep.routledge.com/article/A001.
- ↑ hlm. 31, J. Barnes, Aristotle: A Very Short Introduction, Oxford University Press 2000.
- ↑ hlm. 170, Mueller, "Mathematical Method & Philosophical Truth"; p. 249, D. Nails, The People of Plato, Hackett 2002.
- ↑ hlmn. 170–171, Mueller, "Mathematical Method & Philosophical Truth"; hlm. 248, Nails, The People of Plato.
- ↑ Barnes, "Academy".
- ↑ http://www.hackettpublishing.com/philosophy/women-in-the-academy
- ↑ hlm. 2, Dancy, "Academy".
- ↑ hlm. 2, Dancy, "Academy"; hlm. 21, Guthrie, A History of Greek Philosophy, jld. 4; hlmn. 34–36, Barnes, Aristotle: A Very Short Introduction.
- ↑ hlm. 67, V. Katz, History of Mathematics
- ↑ hlm. 22, Guthrie, A History of Greek Philosophy, jld. 4.
- ↑ hlmn. 170–71, Mueller, "Mathematical Method & Philosophical Truth".
- ↑ M. Schofield, "Plato", dalam E. Craig (penyunting), Routledge Encyclopedia of Philosophy, Routledge 1998/2002, temu balik tanggal 13 September 2008, dari http://www.rep.routledge.com/article/A088 ; hlmn. 32, Barnes, Aristotle: A Very Short Introduction.
- ↑ Simplikios, Ulasan "Ihwal Langit" Aristoteles 488.7–24, dikutip di hlm. 174, Mueller, "Mathematical Method & Philosophical Truth".
- ↑ hlm. 23, Guthrie, A History of Greek Philosophy, jld. 4; G. Field, "Academy", dalam Oxford Classical Dictionary, edisi ke-2.
- ↑ hlm. 293, "Plato & Practical Politics", dalam Schofield & C. Rowe (penyunting), Greek & Roman Political Thought, Cambridge University Press 2000.
- ↑ Charles Anthon, (1855), A Classical Dictionary, halaman 6
- ↑ Oxford Classical Dictionary, edisi ke-3 (1996), s.v. "Philon of Larissa."
- ↑ See the table in The Cambridge History of Hellenistic Philosophy (Cambridge University Press, 1999), hlmn. 53–54.
- ↑ "Academy", E. Craig (penyunting), Routledge Encyclopedia of Philosophy, Routledge 1998, diakses 14 Sept 2008, dari http://www.rep.routledge.com/article/A001.
- ↑ Giovanni Reale, John R. Catan, 1990, A History of Ancient Philosophy: The schools of the Imperial Age, halaman 207. SUNY Press
- ↑ Plutarkhos, Sula 12; Bdk. Apianus, Sejarah Roma xii, 5.30
- ↑ Giovanni Reale, John R. Catan, 1990, A History of Ancient Philosophy: The schools of the Imperial Age, halaman 208. SUNY Press
- ↑ Cicero, De Finibus, pustaka 5
- ↑ Alan Cameron, "The last days of the Academy at Athens," dalam Proceedings of the Cambridge Philological Society jld. 195 (n.s. 15), 1969, hlmn. 7–29.
- 1 2 3 Gerald Bechtle, Bryn Mawr Classical Review of Rainer Thiel, Simplikios und das Ende der neuplatonischen Schule in Athen. Stuttgart, 1999 (dalam bahasa Inggris).
- ↑ The Cambridge Ancient History, (1970), Jilid XIV, halaman 837. Cambridge University Press.
- 1 2 Richard Sorabji, (2005), The Philosophy of the Commentators, 200–600 AD: Psychology (with Ethics and Religion), halaman 11. Cornell University Press
Rujukan
- H. Cherniss, The Riddle of the Early Academy, CUP (1945).
- R. E. Wycherley, Peripatos: The Athenian Philosophical Scene. Greece & Rome, bagian I (1961) dan II (1962).
- J. Glucker, Antiochus and the Late Academy Göttingen: Vandenhoeck & Ruprecht (1978).
- R. M. Dancy, Two Studies in the Early Academy SUNY (1991).
- J. Dillon, The Heirs of Plato. A Study of the Old Academy (347 - 274 BC) OUP (2003).
Pranala luar
. Collier's New Encyclopedia. 1921.
- The Academy, lema di Internet Encyclopedia of Philosophy

