Anas bin Malik
Anas bin Malik | |
---|---|
![]() | |
Lahir | 612 Madinah |
Meninggal | 712 Basrah |
Zaman | Khalifah Rasyidin, Bani Umayyah |
Gelar | Pembantu Nabi |
Anak | Tsumamah bin Anas |
Orang tua | Malik bin an-Nadhr (ayah) Ummu Sulaim (ibu) |
Keluarga | Al-Barra' bin Malik (saudara) |
Anas bin Malik bin an-Nadhr bin Dhamdham bin Zaid bin Haram bin Jundab bin 'Amir bin Ghanm bin 'Adi bin Malik bin Taimullah bin Tsa'labah bin 'Amr bin al-Khazraj (bahasa Arab: أنس بن مالك بن النضر بن ضمضم بن زيد بن حرام بن جندب بن عامر بن غنم بن عدي بن مالك بن تيم الله بن ثعلبة بن عمرو بن الخزرج, c.612-c.712 M[1]) adalah salah satu sahabat Muhammad.[2]
Biografi
Anas bin Malik berasal dari suku Bani Najjar yang tinggal di Madinah dan merupakan anak dari Ummu Sulaim, nama panggilan (kunyah) ia adalah Abu Hamzah.[3] Sejak kecil dia melayani keperluan Nabi Muhammad, sehingga selalu membersamai Rasulullah. Dengan selalu bersama Rasulullah, dia menghafal banyak hadist.
Ketika nabi tiba di Madinah pada 622 M, ibu Anas yang dikenal dengan panggilan al-Ghumaisha, menghadiahkannya kepada nabi sebagai pelayannya.[1] Nabi mempersaudarakan 10 Muhajirin dan Anshar di rumah Anas.[4] Anas berkata,"Ibuku membawaku menghadap Rasulullah. Saat itu ibu membungkus tubuhku dengan kain kerudung dan kain selendangnya karena kami kekurangan pakaian. Kemudian Ibuku berkata, ‘Wahai Rasulullah, ini adalah putraku, Anas. Aku membawanya kepadamu agar ia menjadi pembantumu. Maka, berdoalah kepada Allah untuknya.’
Rasulullah pun berdoa, ‘Ya Allah, karuniakanlah untuknya harta dan keturunan yang banyak'. Kemudian Anas menuturkan, “Maka, demi Allah, aku mendapat harta yang berlimpah dan dianugerahi banyak anak. Hingga saat ini, anak-anak dan cucuku mencapai seratus orang."[5] Muhammad bin Sirin berkata,"Ukiran cincin Anas bertuliskan kalimat 'singa tidur'."[6]
Anas bin Malik berkhidmat dengan nabi semasa dia masih kecil, selama 10 tahun. Nabi juga selalu mendampingi Anas bin Malik untuk memberi petunjuk ajar pada Anas, seperti dalam memulakan makan, nabi perintahkan anas supaya membaca doa dan ambil makanan yang berada di hadapan dahulu. Begitu sikap nabi mengajar Anas bin Malik.
Kesibukan Anas bin Malik dalam menekuni hadits Nabi tidak menjadi penghalang baginya untuk berpartisipasi di medan jihad. Anas bin Malik terlibat dalam Perang Badar dan Perang Uhud. Ketika itu Anas bin Malik bertugas melayani keperluan Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassallam karena usianya masih remaja. Anas bin Malik terlibat dalam Perang Khandaq sebagai seorang pejuang yang mampu mematahkan leher orang-orang musyrik dan menjatuhkan mereka.[6]
Setelah Nabi wafat, Anas bin Malik ikut serta dalam perang dalam perang melawan orang-orang murtad dan mendapatkan kemenangan yang gemilang. Setelah penaklukkan Palestina, Anas menemani Umar di dalam kota Palestina. Anas bin Malik berkata,"Saya hadir di Yerusalem (Palestina) bersama Umar. Ketika ia sedang memberi makan kepada orang-orang pada suatu hari, seorang pendeta dari Yerusalem datang kepadanya tanpa mengetahui bahwa anggur telah dilarang. Pendeta itu berkata: "Apakah Anda menginginkan minuman yang akan diizinkan menurut kitab-kitab kami [bahkan] ketika anggur dilarang?" Umar memintanya untuk membawanya dan berkata: "Dari apa minuman itu dibuat?"
Pendeta itu memberi tahu bahwa ia telah memasaknya dari sari buah hingga hanya tersisa sepertiganya. Umar mencelupkan jarinya ke dalamnya, lalu mengaduknya di dalam bejana, membaginya menjadi dua bagian, dan berkata: "Ini adalah sirup (tila')." Ia menyamakannya dengan damar (qatirdn), meminumnya, dan memerintahkan para amir provinsi-provinsi Suriah untuk menyiapkannya. Ia menulis surat kepada kota-kota garnisun yang baru didirikan, dengan mengatakan: "Aku telah dibawakan minuman yang dimasak dari sari buah hingga dua pertiganya habis dan sepertiganya tersisa. Minuman itu seperti sirup. Masaklah dan berikanlah kepada kaum Muslim."[7]
Anas bin Malik juga terjun ke medan Perang Qadisiyah dipimpin sahabat Sa'ad bin Abi Waqqash. Kebetulan Anas bin Malik mahir memanah.[8] Setelah Perang Tustar di Persia yang berakhir dengan kemenangan gemilang, Abu Musa Al-Asy’ari, panglima perang tersebut menugaskan Anas bin Malik membawa para tawanan dan rampasan perang kepada Amirul Mukminin, Umar bin Khathab. Anas bin Malik datang kepada Umar bin Khathab dengan membawa pimpinan Tustar yang bernama Hurmuzan. Sayangnya dalam perang ini saudara Anas yang bernama Barra bin Malik syahid terkena senjata pengait benteng musuh.[6]
Pada masa Hisyam bin Abdul Malik (khalifah Umayyah ke-10), putra Anas yang bernama Tsumamah bin Anas diangkat sebagai Hakim Agung (Qadhi) di Basrah.[8]
Keutamaan
Ia termasuk salah satu dari enam sahabat Nabi yang paling banyak meriwayatkan hadis, jumlah hadis yang ia riwayatkan adalah sejumlah 2.286 hadis, dimana ia mendengar riwayat tersebut baik secara langsung maupun dari sahabat senior lainnya seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Mu'adz bin Jabal dan lainnya. Sedangkan orang-orang yang meriwayatkan dari ia antara lain : al-Hasan al-Bashri, az-Zuhri, Qatadah, Tsabit al-Bannani, dan lainnya, bahkan Imam al-Mizzi menyebutkan bahwa jumlah perawi yang mengambil riwayat dari sahabat Anas bin Malik berjumlah sekitar 200 orang. Meski demikian, ia termasuk orang yang sangat hati-hati dalam meriwayatkan hadis yang bersumber dari Rasulullah, dengan menyatakan di akhir riwayatnya dengan perkataan : "atau sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam".[9]
Anas juga didoakan langsung oleh Nabi melalui sabdanya yang berbunyi:
"Ya Allah berilah dia harta dan anak yang banyak, dan berkahilah umurnya". Anas pernah berkata : Sungguh aku menyaksikan bahwa hartaku melimpah dan anak cucuku hampir berjumlah seratus orang pada hari ini.[10]
Anas adalah orang yang paling baik sifat shalatnya baik dalam kondisi mukim maupun safar, ia juga terbiasa berdiri dalam shalatnya dalam waktu yang lama hingga telapak kakinya pecah-pecah, Abu Hurairah pernah berkata:
"Aku tidak pernah melihat sosok yang sifat shalatnya paling mirip dengan Nabi melebihi Ibnu Ummi Sulaim (yakni Anas)".[11]
Ia juga memiliki do'a yang mustajab dan orang yang pandai dalam senjata panah. Anas sering berkata,"Aku telah melihat Nabi pada hari beliau datang ke negeri kita. Dan akupun melihatnya saat beliau wafat. Aku rasa tidak ada hari yang sebanding nilainya dengan dua hari tersebut."[12]
Beberapa riwayat dari Anas bin Malik :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا دَخَلَ الْخَلَاءَ قَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْخُبْثِ وَالْخَبَائِثِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ[13]
Dari Anas bin Malik berkata: "Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam jika masuk ke dalam WC beliau mengucapkan: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan perempuan." Abu Isa berkata: "Ini adalah hadis hasan shahih." (Sunan Tirzmizi No. 6).
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أَكْثَرْتُ عَلَيْكُمْ فِي السِّوَاكِ
Dari Anas bin Malik dia berkata: bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku sering menganjurkan kalian banyak bersiwak." (Sunan Nasa'i No. 6).
Kematian

Di akhir hayatnya, Anas ibin Malik harus menyaksikan kekejaman dan kekejian sebagian penguasa muslim. Salah seorang pemimpin saat itu, al-Hajjaj tenar dikenal sebagai penjagal karena ia banyak membunuh, menindas, dan menyiksa para ulama. Bahkan, Anas ibn Malik tidak luput dari ancaman, tekanan, dan perlakuan buruk al-Hajjaj dan bawahannya. Maka, Anas mengadukan persoalan itu kepada Khalifah Abdul Malik ibn Marwan, yang langsung memerintah al-Hajjaj agar tidak mengganggu Anas dan kaum muslim lain.[5]
Anas adalah Sahabat Nabi terakhir yang wafat atau riwayat lain menyebutkan Abu Thufail yang terakhir wafat. Anas wafat pada 93 H (712 M)[14] di Basrah[15] pada usia 103 (tahun) di masa Khalifah Walid bin Abdul Malik.[15] Ia dikuburkan bersama tongkat kecil milik Nabi.[12]
Referensi
- ^ a b Finding the Truth in Judging the Companinons, 1. 84-5; EI2, 1. 482 A. J. WensinckJ. Robson
- ^ Lihat:
- Thabaqat Ibnu Sa'ad jilid 7 hal.17
- Mu'jam as-Shahabah li al-Baghawiy jilid 3 bab Hamzah.
- Siyar A'lam an-Nubala jilid 3 hal.395.
- ^ Al-Albani, M. Nashiruddin (2003). Ringkasan Shahih Bukhari 3. Gema Insani. hlm. 139. ISBN 978-979-077-039-3. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ^ Syaikh, Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri (2012). Sirah Nabawiyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. ISBN 978-602-98968-3-1
- ^ a b Muhammad Raji Hassan, Kinas (2012). Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi. Jakarta: Penerbit Zaman. ISBN 978-979-024-295-1
- ^ a b c Dzahabi, Imam (2008). Ringkasa Siyar Alam an-Nubala. Jakarta: Pustaka Azzam. ISBN 978-602-8067-38-6. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ^ History of al-Tabari Vol 12. New York: State University of New York Press. 1992. hlm. 197. ISBN 0-7914-0733-0. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ^ a b Ath-Thabari, Imam (2011). Terjemah Tarikh ath-Thabari. Jakarta: Pustaka Azzam. hlm. 332. ISBN 978-602-8439-68-8. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ^ Ibnu Qani' al-Baghdadi. Mu'jam as-Shahabah jilid I. Beirut. hlm. 240. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ^ H.R. Muslim
- ^ Mu'jam as-Shahabah jilid I. hlm. 240. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ^ a b Basya, Abdurrahman Ra'fat (2010). Sirah 60 Sahabat. Jakarta: Pustaka as-Sunnah. hlm. 20. ISBN 978-979-3913-64-3. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ^ [hadits.tazkia.ac.id "Hadits Riwayat Anas bin Malik"]. Kumpulan Hadits Nabi.
- ^ "سير أعلام النبلاء » ومن صغار الصحابة » أنس بن مالك". Diarsipkan dari asli tanggal 2013-10-15. Diakses tanggal 15 October 2013.
- ^ a b T. P. Hughes, 1885/1999, Dictionary of Islam, New Delhi: Rupa & Co.