More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Bathara Katong - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bathara Katong - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Bathara Katong

Tambah pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
  • Switch to legacy parser
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Batara Katong)
Raden Joko Piturun
GelarBathara Katong
Nasabbin Dyah Singhanegara Wijayakusuma
NisbahDinasti Rajasa
LahirJoko Piturun
Kerajaan Majapahit
Meninggal Ponorogo, Kesultanan Demak
Dimakamkan diSetono, Jenangan, Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur
Nama lainRaden Harak Kali
Kebangsaan- Kerajaan Majapahit
- Kesultanan Demak
PekerjaanAdipati Ponorogo I
DenominasiSunni
Murid dariSunan Kalijaga, Kyai Ageng Mirah, Guru-gurunya
Mempengaruhi
  • Kyai Siti Geseng, Kyai Ageng Petung, Kyai Ampok Boyo, Kyai Ageng Posong, Kyai Menak Sompal, Dan Murid-murid Lainnya
Pendiri Kadipaten Ponorogo
PendahuluKi Ageng Kutu
PenerusSayyid Kalkum
Istri
  • - Putri Adi Kaliwungu
  • - Putri Bagelen
  • - Putri Pamekasan
  • - Niken Gandini
  • - Putri Kuning
Keturunan
  • Pangeran Onje
  • Pangeran Nadorudin
  • Istri Sayyid Kalkum
  • Istri Sunan Bayat
  • Istri Kyai Ali
  • Istri Pati Unus
Orang tuaDyah Singhanegara Wijayakusuma (ayah)
Selir (ibu)

Bathara Katong atau Joko Piturun atau Haryo Harak Kali (bahasa Jawa: Batoro Katong / ꧋ꦧꦠꦫꦏꦠꦺꦴꦁ) adalah pendiri Kadipaten Ponorogo. Beliau merupakan Putra dari Sri Maharaja Prabu Singhanegara Wijayakusuma dengan istri Selir Putri Bagelen.

Bathara Katong adalah murid dari Sunan Kalijaga sekaligus mertua dari Sunan Bayat.

Asal Usul

[sunting | sunting sumber]

Bathara Katong, memiliki nama asli Lembu Kanigoro, salah seorang putra Prabu Brawijaya atau Bhre Kertabhumi dari selirnya yaitu Putri Bagelen . Berdasarkan catatan sejarah keturunan generasi ke-126 ia yaitu Ki Padmosusastro, disebutkan bahwa Bathara Katong pada masa kecilnya bernama Raden Joko Piturun atau disebut juga Raden Harak Kali. Ia adalah salah seorang putra Prabu Brawijaya dari garwo selir Putri Bagelen.

Mulai redupnya kekuasaan Majapahit dan saat kakak tertuanya Lembu Kenongo yang berganti nama menjadi Raden Patah mendirikan Kesultanan Demak Bintoro, Lembu Kanigoro mengikut jejak kakaknya untuk berguru di bawah bimbingan Wali Songo di Demak.

Riwayat

[sunting | sunting sumber]

Kritikan Ki Ageng Kutu melalui Seni Reog

[sunting | sunting sumber]

Prabu Brawijaya pada masa hidupnya berusaha diislamkan oleh Wali Songo, para Wali Islam tersebut membujuk Prabu Brawijaya dengan menawarkan seorang Putri Campa yang beragama Islam untuk menjadi Istrinya. Walaupun kemudian Prabu Brawijaya sendiri gagal untuk diislamkan, tetapi perkawinannya dengan putri Campa mengakibatkan meruncingnya konflik politik di Majapahit.

Diperistrinya putri Campa oleh Prabu Brawijaya memunculkan reaksi protes dari elit istana yang lain. Sebagaimana dilakukan oleh seorang punggawanya bernama Pujangga Anom Ketut Suryongalam yang kemudian dikenal sebagai Ki Ageng Kutu,

Ki Ageng Kutu kemudian menciptakan sebuah seni Barongan, yang kemudian disebut Reog. Dan Reog tidak lain merupakan simbol kritik Ki Ageng Kutu terhadap raja Majapahit (disimbolkan dengan kepala harimau), yang ditundukkan dengan rayuan seorang perempuan/Putri Campa (disimbolkan dengan dadak merak).

Pertarungan dengan Ki Ageng Kutu

[sunting | sunting sumber]

Upaya Ki Ageng Kutu untuk memperkuat Basis di Ponorogo (Wengker) dianggap sebagai ancaman oleh kekuasaan Majapahit dan Kesultanan Demak. Sunan Kalijaga, bersama muridnya Kiai Muslim (atau Ki Ageng Mirah) mencoba melakukan investigasi terhadap keadaan Ponorogo, dan mencermati kekuatan-kekuatan yang paling berpengaruh di Ponorogo. Dan mereka menemukan Demang Kutu sebagai penguasa paling berpengaruh saat itu. Demi kepentingan ekspansi kekuasaan dan Islamisasi, penguasa Demak mengirimkan seorang putra terbaiknya yakni yang kemudian dikenal luas dengan Bathara Katong dengan salah seorang santrinya bernama Selo Aji dan diikuti oleh 40 orang santri senior yang lain.

Raden Katong akhirnya sampai di wilayah Wengker, lalu kemudian memilih tempat yang memenuhi syarat untuk pemukiman, yaitu di Dusun Plampitan, Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan. Saat Bathara Katong datang memasuki Ponorogo, kebanyakan masyarakat Ponorogo adalah penganut Hindu, Buddha, animisme dan dinamisme. Setelah Bathara Katong memasuki Ponorogo terjadilah pertarungan antara Bathara Katong dengan Ki Ageng Kutu. Di tengah kondisi yang sama sama kuat, Bathara Katong kehabisan akal untuk menundukkan Ki Ageng Kutu. Kemudian dengan akal cerdasnya Bathara Katong berusaha mendekati putri Ki Ageng Kutu yang bernama Niken Gandini, dengan di iming-imingi akan dijadikan istri. Niken Gandini dimanfaatkan Bathara Katong untuk mengambil pusaka Koro Welang, sebuah pusaka pamungkas dari Ki Ageng Kutu. Pertempuran berlanjut dan Ki Ageng Kutu menghilang, pada hari Jumat Wage di sebuah pegunungan di daerah Wringinanom Sambit Ponorogo. Tempat menghilangnya Ki Ageng Kutu disebut dengan Gunung Bacin, terletak di daerah Sambit. Bathara Katong kemudian, mengatakan bahwa Ki Ageng Kutu akan moksa dan terlahir kembali di kemudian hari. Hal ini mungkin dilakukan untuk meredam kemarahan warga atas meninggalnya Ki Ageng Kutu.

Setelah Ki Ageng Kutu menghilang, Bathara Katong mengumpulkan rakyat Ponorogo dan berpidato bahwa dirinya tidak lain adalah Batoro, manusia setengah dewa. Hal ini dilakukan, karena Masyarakat Ponorogo masih memercayai keberadaan dewa-dewa, dan Batara.

Pendirian Ponorogo

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1486, hutan dibabat atas perintah Bathara Katong. Banyak gangguan dari berbagai pihak, termasuk makhluk halus yang datang. Namun, karena Bantuan warok dan para prajurit Wengker, akhirnya pekerjaan membabat hutan itu lancar.

Setelah hutan selesai dibabat, bangunan-bangunan didirikan sehingga penduduk pun berdatangan. Setelah istana kadipaten didirikan, Batara Katong kemudian memboyong permaisurinya, Niken Gandhini ke istana kadipaten, sedang adiknya, Suromenggolo tetap di tempatnya yakni di Dusun Ngampel. Oleh Katong, daerah yang baru saja dibangun itu diberi nama Prana Raga yang berasal atau diambil dari sebuah Babad legenda "Pramana Raga". Menurut cerita rakyat yang berkembang secara lisan, Pono berarti Wasis, Pinter, Mumpuni dan Raga artinya Jasmani. sehingga kemudian dikenal dengan nama Ponorogo.

Bathara Katong kemudian menjadi Adipati di Ponorogo. Menurut Handbook of Oriental History hari wisuda Bathara Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo yaitu pada hari Ahad Pon tanggal 1 Bulan Besar tahun 1418 Saka, bertepatan dengan Tanggal 11 Agustus 1496 atau 1 Dzulhijjah 901 Hijriyah. Selanjutnya tanggal 11 Agustus ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Ponorogo.

Kesenian Reog yang menjadi seni perlawanan masyarakat Ponorogo mulai dihilangkan dari unsur-unsur pemberontakan, dengan menampilkan cerita fiktif tentang Kerajaan Bantarangin sebagai sejarah Reog. Para punggawa dan anak cucu Bathara Katong inilah yang kemudian mendirikan pesantren-pesantren sebagai pusat pengembangan agama Islam.

Pemakaman

[sunting | sunting sumber]

Bathara Katong meninggal sekitar pertengahan abad 15 dan dimakamkan di Plampitan, Setono, Kec. Jenangan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur

Sebagai Inspirasi

[sunting | sunting sumber]

Nama Bathara Katong diabadikan sebagai nama stadion dan sebuah jalan utama Ponorogo.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  • Ponorogo
  • Reog Ponorogo

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  • Cerita rakyat dari Ponorogo, Jawa Timur
  • Kisah para Wali:Bathara Katong
  • l
  • b
  • s
Topik Ponorogo
Bupati: Sugiri Sancoko — Wakil bupati: Lisdyarita
Sejarah
Sejarah Kabupaten Ponorogo • Kerajaan Wengker • Ki Ageng Kutu • Bathara Katong • Kota Lama
Lambang Kabupaten Ponorogo
Pemerintahan
Eksekutif
Bupati Ponorogo
Legislatif
DPRD Ponorogo
Pendidikan
Perguruan tinggi • Pesantren • Sekolah
Demografi
Penduduk • Agama • Bahasa
Wisata
Wisata Kota
Alun-alun Ponorogo • Taman Wisata Ngembag
Gunung dan Bukit
Gunung Bayangkaki • Gunung Beruk • Gunung Bedes • Gunung Gajah • Gunung Masjid • Gunung Pringgitan • Gunung Loreng • Gunung Tumpang • Bukit Mloko Sewu • Bukit Teletubbies • Bukit Cumbri • Tanah Goyang
Air Terjun
Air Terjun Coban Lawe • Air Terjun Grojogan Coban • Air Terjun Juruk Klenteng • Air Terjun Midodaren • Air Terjun Pletuk • Air Terjun Setapak • Air Terjun Toyomerto • Air Terjun Widodaren
Waduk
Telaga Ngebel
Gua
Gua Lowo • Gua Maria Fatima
Hutan
Hutan Wisata Kucur
Seni dan Budaya
Tarian dan Kesenian
Reog • Gajah-gajahan
Upacara Adat
Grebeg Suro • Kirab Pusaka • Larung Risalah Doa
Festival
Festival Nasional Reog Ponorogo
Kuliner
Makanan
Pecel Ponorogo • Sate Ponorogo • Tiwul goreng • Rujak petis Welirang • Serabi Ponorogo • Sate Kopok
Minuman
Dawet Jabung
Jajanan
Jenang Mirah • Getuk Golan
Tempat ibadah
Masjid Agung Ponorogo • Masjid Tegalsari • Gereja KJW Jemaat Ponorogo
Belanja dan Hiburan
Ponorogo City Center • Pasar Legi Songgolangit
Olahraga
Stadion Batoro Katong • Gelanggang Olahraga Singodimedjo • Persepon Ponorogo
Transportasi
Terminal Seloaji
Lainnya
Pembagian administratif • Stasiun Radio • Balon Lebaran Ponorogo
Lihat pula: Kategori • Commons
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bathara_Katong&oldid=28163462"
Kategori:
  • Halaman dengan sel data kotak info yang dihiraukan
  • Kabupaten Ponorogo
  • Kerajaan Demak
  • Tokoh Jawa
  • Tokoh Ponorogo
Kategori tersembunyi:
  • Artikel mengandung bahasa Jawa

Best Rank
More Recommended Articles