Hongyang Jiao
Jenis | Agama keselamatan Tionghoa |
---|---|
Kitab suci | Piaogao Tanshi Jing (飄高歎世經) Kitab Suci Hongyang tentang Pencerahan melalui Usaha yang Pahit (弘陽苦功悟道經) |
Pendiri | Han Taihu |
Didirikan | akhir abad ke-16 Peking |
Nama lain | Hongyang jiao (洪陽教), Hongyang jiao (宏陽教), Sekte Teratai Merah (紅蓮教), Hongfengjiao (弘風教), Hunyuanjiao (混元教) atau Yuandun jiao (圓墩教) |
Bagian dari seri tentang |
Kepercayaan tradisional Tionghoa 华人民间信仰 |
---|
![]() |
Hongyang Jiao (Hanzi: 弘陽教; Pinyin: Hóngyáng jiào; harfiah: 'ajaran pancaran yang luas'), atau Sekte Teratai Merah (紅蓮教), Hongfengjiao (弘風教), Hunyuanjiao (混元教) atau Yuandun jiao (圓墩教) adalah sekte agama keselamatan yang aktif pada abad ke-16, yang dikenal karena keterlibatannya dalam pemberontakan Bagua di tahun 1813.
Sejarah
Hongyangjiao didirikan oleh Han Taihu (韓太湖). Han Taihu menyebut dirinya "Sesepuh Piaogao" (飄老祖), juga dikenal sebagai "Piao Gao Zhenren" (票高真人). Dia berguru pada seseorang yang disebut dengan "Guru Wang" (王師父) yang dikatakan sebagai titisan Sakyamuni.[1] Han Taihu pergi ke Peking pada usia dua puluh enam tahun dan dengan cepat menarik pengikut di dalam pemerintahan kekaisaran. Adipati Shi (石公) dari Biro Percetakan Istana menjadi orang yang mendukungnya dengan mengatur agar buku-bukunya dicetak di kantor percetakan kekaisaran. Han Taihu tidak dapat menikmati kesuksesannya di ibu kota untuk waktu yang lama karena ia meninggal pada tahun 1598, hanya empat tahun setelah kedatangannya di Peking.[1] Han Taihu menampilkan ajarannya sendiri sebagai kelanjutan dan penegasan kembali dari tiga tradisi yang didirikan oleh “Sakyamuni, Laozi, dan Konfusius. Dialah berperan sebagai agen dari dewa tertinggi Hunyuan Laozu (混元老祖) yang telah mengirimkan utusannya untuk menyelamatkan manusia dari lautan kesedihan.[2]
Meskipun di masa pemerintahan Wanli, kebijakan pemerintah secara bertahap mulai bergeser ke arah yang lebih menekan terhadap sekte-sekte agama populer, Hongyang jiao masih tetap aktif meskipun setelah Han Taihu meninggal dunia. Bahkan setelah pemberontakan yang dilakukan Wenxiang jiao (聞香教) pada tahun 1622, Hongyang jiao masih secara aktif mencetak kitab suci baru.[3] Namun, hanya dua tahun setelah berdirinya dinasti Qing pada tahun 1644, Hunyuan jiao secara eksplisit disebutkan dalam sebuah peringatan yang mengisyaratkan penindasan terhadap kelompok-kelompok sektarian. Hongyang jiao dan Hunyuan jiao juga tercantum dalam daftar sekte-sekte yang dilarang berdasarkan Kode Hukum Dinasti Qing, dan sekte yang sama disebutkan lagi dalam peraturan pelaksanaan tahun 1673.[3] Pada masa pemerintahan kaisar Qianlong, mulai diadakan investigasi sistematis kepada sekte-sekte keagamaan populer dengan hukuman yang berat. Catatan yang Benar dari Dinasti Qing (清實錄) melaporkan bahwa pada tahun 1745, sebuah kelompok Hongyang jiao ditemukan di wilayah Tongzhou di sekitar ibu kota. Saat itu ditemukan 113 kuil populer yang dinamakan Kuil Tiga Ajaran (三教堂) yang sering digunakan oleh anggota-anggota yang dianggap sekte sesat. Para pejabat pun memutuskan untuk mengubah kuil-kuil tersebut menjadi rumah untuk kaum miskin (普濟堂).[4] Setelah itu kaisar mengirim sekretaris agung bernama Naquin (納親), untuk memimpin penyelidikan mengenai sekte-sekte yang menggunakan kuil-kuil tersebut. Berikutnya ditetapkan hukuman disetujui kaisar kepada para pengikut sekte-sekte tersebut yang terbagi menjadi empat kategori dan semua kitab suci dan gambar yang ada harus dihancurkan.[5] Di tahun 1769, dua puluh tahun setelah pemberantasan tersebut, keturunan dari pemimpin-pemimpin sebelumnya kembali melanjutkan tradisi dan kelompok-kelompok Hongyang jiao kembali terdeteksi saat pemerintah melakukan penyelidikan.[6]
Pada tahun-tahun awal abad ke-19, kelompok-kelompok yang tergabung dalam Hongyang jiao menjadi bagian dari jaringan sektarian besar yang terdiri dari berbagai macam aliran. Jaringan ini diorganisir oleh Lin Qing (林清), yang merupakan seorang pemimpin tradisi Bagua (Delapan Trigram), sebagai persiapan untuk melakukan pemberontakan. Pada tahun 1813, Lin Qing telah menyatukan berbagai kelompok sektarian di provinsi Zhili, Henan, dan Shandong, dan memulai “pertemuan besar”, yang berpuncak pada serangan langsung terhadap Istana Kekaisaran di Peking. Meskipun hanya sejumlah kecil pemberontak yang masuk ke Kota Terlarang, lebih dari seratus ribu orang terlibat di provinsi-provinsi.[7] Setelah pemberontakan ini berhasil ditumpas, penganiayaan sangat parah terjadi selama beberapa dekade berikutnya. Baik kaisar Jiaqing maupun kaisar Daoguang menganggap sekte-sekte semacam Hongyang jiao ini dengan sangat serius dan secara pribadi memerintahkan penyelidikan yang cermat untuk membasmi sekte ini.
Keyakinan
Han Taihu menciptakan banyak kitab-kitab, salah satunya adalah Piaogao Tanshi Jing (飄高歎世經), yang mengisahkan bahwa Wusheng Fumu (無生父母), juga dikenal sebagai Hunyuan Laozu menciptakan alam semesta, dan membaginya menjadi tiga masa, disebut dengan "Tiga Periode dan Tiga Buddha", yaitu Masa Pancaran Hijau yang dikelola oleh Buddha Dipankara di masa lalu, Masa Pancaran Merah yang yang dikelola oleh Buddha Shakyamuni dan Masa Pancaran Putih yang dikelola oleh Buddha Maitreya di masa depan. Ketika Masa Pancaran Merah" beralih menjadi "Masa Pancaran Putih", akan ada bencana yang tak terhitung jumlahnya, dan hanya bagi mereka yang percaya pada Biaogao Laozu yang akan diselamatkan. Kitab ini juga mengajarkan bahwa sumber dari penderitaan adalah dosa-dosa manusia, sehingga perlu ada reformasi moral sebagai prasyarat untuk melepaskan diri dari siklus kelahiran dan kematian.[8] Semua pria dan wanita, termasuk biksu dan biksuni, penganut Taoisme dan umat awam, didesak untuk memperbaiki kehidupan mereka yang penuh dengan dosa. Para biksu yang tidak mematuhi sila murni akan terlahir kembali sebagai sapi, sementara penganut Tao yang jahat akan mengambil bentuk kerbau.[2] Selain kitab tersebut Han Taihu juga membuat kitab-kitab lain seperti Kitab Suci Hongyang tentang Pencerahan melalui Usaha yang Pahit (弘陽苦功悟道經) dan Kitab Suci Hunyuan-Hongyang tentang Turunnya Piaogao ke Dunia (混元弘陽臨凡飄高經) yang isinya sangat mirip dengan kitab Wubuliuce tulisan Luo Menghong.[9] Kitab Hunyuan Hongyang linfan Piaogao jing menceritakan dengan sangat rinci bagaimana kondisi sudah sangat mendesak untuk para mahluk yang terlahir kembali di Tanah Timur. Para umat yang percaya pada ajaran Hongyang, kelahiran kembali di alam yang lebih rendah dapat dihindari. Mereka yang tidak percaya akan terlahir kembali sebagai hantu kelaparan.
Referensi
- ^ a b Seiwert 2003, hlm. 320.
- ^ a b Seiwert 2003, hlm. 324.
- ^ a b Seiwert 2003, hlm. 333.
- ^ Seiwert 2003, hlm. 334.
- ^ Seiwert 2003, hlm. 334-335.
- ^ Seiwert 2003, hlm. 335.
- ^ Seiwert 2003, hlm. 339.
- ^ Seiwert 2003, hlm. 323.
- ^ Seiwert 2003, hlm. 321-322.
Daftar Pustaka
- Seiwert, Hubert Michael (2003), Popular Religious Movements and Heterodox Sects in Chinese History, Brill, ISBN 9004131469