Keresidenan Besuki
Keresidenan Besuki adalah sebuah keresidenan di Hindia Belanda yang wilayahnya meliputi bagain timur Jawa Timur.
Wilayah administratif
Wilayah Keresidenan Besuki mencakup beberapa kabupaten di Jawa Timur yaitu Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Jember, dan Kabupaten Situbondo.
Penduduk
Kepadatan penduduk di wilayah Keresidenan Besuki sangat rendah karena banyaknya kematian akibat peperangan ketika wilayah Keresidenan Besuki masih berada dalam kekuasaan Kesultanan Mataram. Pada tahun 1709, terjadi pembunuhan massal di wilayah Besuki yang dikuasai oleh Kesultanan Mataram akibat peperangan melawan Perusahaan Hindia Timur Belanda. Setelah wilayah Perusahaan Hindia Timur Belanda Perusahaan Hindia Timur Belanda mengambil alih kekuasaaan atas wilayah Besuki pada tahun 1743 dan mendirikan Keresidenan Besuki, sebagian penduduk di wilayahnya melarikan diri ke Pulau Nusa Barung atau ke Pulau Bali. Pada tahun 1890 M, kepadatan penduduk di wilayah Keresidenan Besuki hanya sekitar 65 jiwa/km2.[1]
Komoditas
Sebelum masa penjajahan Belanda, wilayah di Keresidenan Besuki merupakan salah satu penghasil bahan pangan yang terbesar di Indonesia.[2] Bahan pangan diekspor ke wilayah-wilayah di luar Jawa. Namun selama masa penaklukan Belanda atas wilayah Besuki, wilayah ini tidak lagi mampu menghasilkan bahan pangan dalam jumlah banyak. Penyebabnya adalah terjadinya konflik dengan Belanda yang berakhir dengan peperangan yang berkepanjangan yang menyebabkan lahan pertanian diabaikan. Pemilik lahan meninggalkannya untuk migrasi ke wilayah lain atau lahan ditinggal mati pemiliknya. Penduduk di wilayah Besuki harus mengimpor beras dari daerah lain, khususnya Bali.[3]
Migrasi penduduk Besuki ke wilayah lain selama peperangan dengan Belanda membuat kawasan Besuki kembali ditumbuhi vegetasi alami. Pada pertengahan abad ke-19 M, wilayah Besuki tetap menjadi kawasan hutan terluas di Pulau Jawa dengan penduduk terjarang. Pada masa kolonial Belanda, wilayah Besuki dianggap sebagai wilayah yang tidak terlalu penting dibandingkan dengan wilayah lainnya. Kawasannya dianggap sebagai tempat persembunyian para penjahat dan perompak yang berbahaya bagi kekuasaan Belanda.[4]
Setelah Belanda menjadikan wilayah Besuki sebagai bagian dari jajahannya sejak tahun 1870, stabilitas politik di wilayah ini kembali normal. Sehingga eksploitasi ekonomi diperluas dengan pembukaan perkebunan-perkebunan dengan sistem Cultuurstelsel maupun oleh pihak swasta. Kondisi ini mengembalikan peran wilayah Besuki sebagai penghasil pangan di wilayah Indonesia sekaligus menambahkan komoditas perkebunan sebagai komoditas wilayahnya.[4]
Residen
Berikut adalah daftar residen yang pernah berkuasa di Besuki.
| Residen Besuki | Mulai | Selesai |
|---|---|---|
| Jan Louis van Neukirchen | 1817 | 1818 |
| Johannes Henricus van Ysseldijk | 1818 | 1822 |
| Pieter Langewagen | 1822 | 1826 |
| Franciscus Henricus Smulders | 1826 | 1827 |
| Benjamin Corneille Verploeg | 1827 | 1829 |
| JF. de Bruin Prince | 1829 | 1836 |
| Hugo Cornets de Groot | 1836 | 1840 |
| Johan Frans Hora Siccama | 1841 | 1843 |
| Jean Frédéric Theodore Maijor | 1843 | 4 Januari 1848 |
| Johannes Lodewijk Benedictus Engelhard | 1848 | 1852 |
| Hendricus Albertus van der Poel | 1852 | 1856 |
| Herman Kleijn van de Poll | 1856 | 1857 |
| Hendricus Albertus van der Poel | 1857 | 1861 |
| Jules Felicien Romain Stanislas van den Bossche | 1861 | 1862 |
| Petrus Theodorus Couperus | 20 November 1862 | 22 Juli 1865 |
| Herman Adriaan Steijn Parvé | 8 Agustus 1865 | 2 Desember 1867 |
| Jan Francois Schultze | 2 Desember 1867 | 18 April 1871 |
| Julius Dominicus Mispelblom Beijer | 18 April 1871 | 25 Desember 1874 |
| Pieter Frederik Wegener | 25 Desember 1874 | 22 September 1877 |
| Daniel Francois van Alphen | 1 Oktober 1877 | 26 Februari 1882 |
| Johannes Cornelis Theodorus Kroesen | 26 Februari 1882 | 2 Mei 1885 |
| Jan Frederik Wilhelm Wessels | 2 Mei 1885 | 3 Juni 1890 |
| D. de Wit | 3 Juni 1890 | 10 Februari 1894 |
| Willem de Vogel | 10 Februari 1894 | 1 Mei 1897 |
| JC. Castens | 1 Mei 1897 | 7 Juli 1900 |
| John Ricus Couperus | 7 Juli 1900 | 2 Juni 1902 |
| Eduard Marie van den Bergh van Heinenoord | 2 Juni 1902 | 5 November 1907 |
| J. Bosman | 5 November 1907 | 26 September 1913 |
| Bernardus Schagen van Soelen | 26 September 1913 | 5 Juni 1918 |
| FL. Broekveldt | 5 Juni 1918 | 12 Maret 1919 |
| JP. Fresevur | 12 Maret 1919 | 4 Agustus 1922 |
| HA. Voet | 4 Agustus 1922 | 13 Mei 1925 |
| AH. Neys | 13 Mei 1925 | 1928 |
| Antara tahun 1928-1931 dipecah menjadi Keresidenan Bondowoso dan Jember | ||
| Coenraad Hendrik Hermanus Snell | 1 November 1931 | 9 Januari 1935 |
| Charles August van Romondt | 9 Januari 1935 | 16 Februari 1938 |
| Dirk Ferdinand Pronk | 16 Februari 1938 | 26 Juli 1941 |
| Alexander Constantijn Tobi | 26 Juli 1941 | Pendudukan Jepang |
| Ryo Takahashi | 25 Agustus 1942 | |
Referensi
Catatan kaki
- ↑ Ilham, Mochamad (Juni 2024). Presilla, Mayasuri (ed.). Orang Pendalungan. Kota Jakarta Pusa: Penerbit BRIN. hlm. 48–49. ISBN 978-623-8372-76-8. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ↑ Nawiyanto 2012, hlm. 77.
- ↑ Nawiyanto 2012, hlm. 77-78.
- 1 2 Nawiyanto 2012, hlm. 78.
Daftar pustaka
- Nawiyanto (2012). "Berakhirnya Frontir Pertanian, Kajian Historis Wilayah Besuki, 1870-1970". Jurnal Masyarakat & Budaya. 14 (1). Pemeliharaan CS1: Ref menduplikasi bawaan (link)

