Dalam rangka memenuhi kebutuhan sarana transportasi dalam kota, pada tahun 1881, perusahaan kereta api swasta Semarang-Joeana Stoomtram Maatschappij (SJS) mulai mengoperasikan trem yang menghubungkan Jurnatan (sebagai stasiun pusat) dengan Bulu dan Jomblang. SJS adalah perusahaan yang menggunakan loko trem pertama kali di Pulau Jawa. Namun demikian, pada tahun 1883, SJS mulai memperluas jalur kereta api ke arah timur, yaitu Mayog, Demak dan akhirnya Blora. Supaya memudahkan angkutan komoditas gula ke Pelabuhan Semarang, maka jalur kereta api milik SJS ini juga melewati banyak area pabrik gula di Semarang bagian timur.
SJS mendatangkan 5 unit lokomotif uap SJS300/D15 dari pabrik Hanomag (Jerman) pada tahun 1931. Lokomotif seri D15 dengan nomor lama SJS 307-311. Loko uap ini juga menggunakan model peggerak roda sistem klienlindner.
Lokomotif SJS300/D15 ini memiliki tugas utama untuk melayani angkutan barang di jalur SJS seperti gula, beras, pupuk, kayu, dan kapuk. Berbagai komoditas ini diekspor melalui Pelabuhan Semarang.Tahun 1974, seluruh jalur kereta api milik SJS ditutup karena tidak mampu bersaing dengan moda transportasi darat yang lain. Hal ini membuat lokomotif D15 dipindah ke dipo lokomotif Tegal untuk melayani jalur kereta api Tegal - Prupuk. Total 5 unit lokomotif seri D15 saat ini hanya tersisa 1 unit, yaitu unit yang terakhir yaitu D1505 yang diabadikan di Museum Transportasi TMII, Jakarta.
