Museum Keprajuritan Indonesia
Museum Keprajuritan Indonesia adalah sebuah museum yang terletak di bagian selatan Taman Mini Indonesia Indah.[1] Bangunan Museum Keprajuritan Indonesia menyerupai benteng pertahanan berbentuk persegi lima yang dikelilingi parit.[2]
Arsitektur
Di depan bangunan benteng terdapat daratan dan danau buatan yang melambangkan negara kepulauan dengan doktrin Wawasan Nusantara. Misinya adalah melestarikan bukti dan rekaman sejarah perjuangan bangsa pada masa-masa perjuangan sejak abad ketujuh sampai abad kesembilanbelas. Oleh karena itu setiap segi bangunan dan benda yang ditampilkan memiliki makna perlambang.[3]
Gerbang utama berbentuk model bangunan abad keenambelas, mencerminkan sifat keterbukaan dan keramahtamahan rakyat Indonesia. Di setiap sudut bangunan terdapat menara pengintai atau bastion, menyiratkan kewaspadaan nasional. Dua kapal tradisional—yaitu kapal Banten dan kapal Pinisi dari Sulawesi Selatan—bersandar di danau, melambangkan kekuatan maritim dari barat sampai ke timur.[4]
Kegiatan
Pameran
Museum Keprajuritan Indonesia memamerkan koleksi dalam bentuk diorama, fragmen patung, boneka prajurit, miniatur, meriam tiruan dan patung pahlawan.[5] Koleksi-koleksi tersebut dipamerkan di bagian luar maupun bagian dalam gedung Museum Keprajuritan Indonesia. Pameran bagian luar berupa paduan relief yang menyatu ke dinding gedung bagian luar, meliputi 19 adegan kisah panjang perjuangan bangsa dari abad VII sampai abad XIX,[6] antara lain sewaktu Raden Wijaya mengusir tentara Cina tahun 1292, pertempuran di Benteng Sao Paolo tahun 1575 di Maluku dan Sultan Ageng menyerang Kastel Batavia tahun 1628.[7]
Ruang pamer bagian dalam menyajikan 14 diorama yang menggambarkan cerita perlawanan terhadap penjajah untuk mempertahankan tanah air.[8] Juga terdapat tiruan senjata, meriam, pakaian perang, panji-panji, formasi tempur serta boneka peraga yang mengenakan busana prajurit tradisional.[7] Di samping itu juga dipamerkan 23 patung pahlawan dari perunggu berukuran 1¼ kali besar manusia yang ditempatkan mengelilingi panggung di dalam gedung, di antaranya Gajah Mada, Cut Nyak Dien, dan Pattimura.[3]
Pawai prajurit
Setiap bulan Oktober, dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda, museum menyelenggarakan kegiatan pawai prajurit tradisional yang diikuti oleh berbagai daerah provinsi di Indonesia.[9] Panggung terbuka yang dimiliki dapat digunakan untuk pentas musik atau kegiatan lain baik siang maupun malam hari.
Referensi
- ↑ "DAFTAR MUSEUM KEBUDAYAAN PER KEC. CIPAYUNG". Pusdatin Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Diakses tanggal 29 Mei 2025. ;
- ↑ Buku Panduan Museum Keprajuritan Indonesia. Jakarta: Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Pusat Sejarah TNI. 2002. hlm. xvii–xviii. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- 1 2 "Sobekan Cerita – Laman 4". alatpenterjemahjakarta. 2013-05-28. Diakses tanggal 2025-06-01.
- ↑ "Latar Belakang | PDF | Seni". Scribd. Diakses tanggal 2025-06-01.
- ↑ Rusmiyati, dkk. (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid I (PDF). Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. hlm. 246. ISBN 978-979-8250-66-8. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ↑ Yabica, Humas. "Munculkan Sikap Semangat Juang dan Cinta Tanah Air, Kelas 5 SDIT Bina Insani adakan Kunjungan Ke TMII". SIT Bina Insani. Diakses tanggal 2025-06-01.
- 1 2 arissari10 (2014-10-15). "BERNOSTALGIA DI MUSEUM (12)". Diakses tanggal 2025-06-01. Pemeliharaan CS1: Nama numerik: authors list (link)
- ↑ "Museum Keprajuritan Indonesia". museum.co.id. Diakses tanggal 2025-06-01.
- ↑ Putri, Winda Destiana (2015-10-03). "Museum Keprajuritan Indonesia, Wisata Sambil Belajar Sejarah". Republika. Diakses tanggal 2025-06-01.

