Prefektur Okinawa
Prefektur Okinawa
沖縄県 | |
---|---|
Transkripsi Jepang | |
• Jepang | 沖縄県 |
• Romaji | Okinawa-ken |
Transkripsi Okinawa | |
• Okinawa | ウチナー県 |
• Romanisasi | Uchinaa-ken |
Himne daerah: Okinawa kenmin no uta | |
![]() Lokasi Prefektur Okinawa di Jepang | |
Koordinat: 26°12′44″N 127°40′51″E / 26.21222°N 127.68083°E | |
Negara | ![]() |
Wilayah | Kyūshū |
Pulau | Okinawa, Daitō, Miyako, Yaeyama, dan Senkaku |
Ibu kota | Naha |
Kota terbesar | Naha |
Subdivisi | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Gubernur | Denny Tamaki |
Luas | |
• Total | 2.282,11 km2 (881,13 sq mi) |
Peringkat | Ke-44 |
Populasi (1 November 2024) | |
• Total | 1,467,671 |
• Peringkat | Ke-29 |
• Kepadatan | 643,12/km2 (1,665,7/sq mi) |
Zona waktu | UTC+09:00 (JST) |
Nomor telepon | 098-866-2333 |
Kode ISO 3166 | JP-47 |
Alamat kantor prefektur | 1-2-2 Izumizaki, Naha-shi, Okinawa-ken 900-8570 |
Lambang | |
• Pohon | Ryūkyūmatsu (Pinus luchuensis) |
• Bunga | Deigo (Erythrina variegata) |
• Burung | Burung pelatuk okinawa |
• Ikan | Gurukun (Pterocaesio diagramma) |
Situs web | www |

Prefektur Okinawa (沖縄県 , Okinawa-ken, bahasa Okinawa: Uchinaa-ken) adalah prefektur yang terletak di bagian paling barat dan paling selatan di Jepang.[1] Prefektur Okinawa memiliki jumlah penduduk sebesar 1.467.671 jiwa (per 1 November 2024) dan memiliki luas wilayah sebesar 2.282,11 kilometer persegi (881,13 sq mi). Prefektur Okinawa berbatasan dengan Laut Tiongkok Timur di sebelah utara, dan Samudra Pasifik di sebelah selatan. Prefektur Okinawa juga berbatasan dengan Prefektur Kagoshima pada wilayah maritim dari prefektur ini.
Situs arkeologi tertua dari Zaman Paleolitikum di Okinawa adalah Gua Yamashita Daiichi (Yamashita-chō Daiichi Dōketsu Iseki) yang terletak di Kota Naha, dan diperkirakan berusia sekitar 32.000 tahun. Pada Zaman Jōmon, masyarakat di wilayah ini sudah melakukan pelayaran menggunakan perahu kayu (dugout canoe). Dari situs-situs arkeologi di Pulau Okinawa dan Kepulauan Amami, telah ditemukan obsidian dan tembikar yang berasal dari Prefektur Saga di Pulau Kyushu. Sebaliknya, di situs-situs arkeologi di Kyushu seperti Semenanjung Satsuma juga ditemukan tembikar gaya Men'nawa-Nishidō yang berasal dari Okinawa. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan perdagangan antara Okinawa dan daratan utama Jepang sudah terjalin erat sejak masa itu.[2]
Pada periode antara abad ke-1 hingga ke-10, yang dikenal sebagai Zaman Kaizuka, wilayah Okinawa belum mengenal pertanian secara aktif. Masyarakatnya hidup terutama dari aktivitas menangkap ikan, berburu, dan mengumpulkan hasil alam. Masa ini, yang berlangsung dari sekitar awal Masehi hingga abad ke-7, secara arkeologis diklasifikasikan sebagai "fase akhir Zaman Kaizuka." Rumah-rumah saat itu berbentuk lubang tanah (tateana) atau bangunan datar, dan pola kehidupan mereka dapat diketahui dari penemuan sisa-sisa timbunan kerang dan tulang. Pada periode ini pula, ditemukan tembikar gaya Sobata dari Kyushu di situs-situs Okinawa, menunjukkan adanya hubungan budaya dan pertukaran yang terus berlangsung.[3]Kota Naha adalah ibu kota dari Prefektur Okinawa, yang juga merupakan kota terbesar di wilayah prefektur ini. Kota-kota penting lainnya yang ada di prefektur ini yaitu Okinawa, Uruma, dan Urasoe.[4] Wlayah Prefektur Okinawa terdiri atas ratusan pulau yang disebut Kepulauan Ryūkyū dan membentuk rantaian kepulauan yang panjangnya lebih dari 1000 km, yang berada di antara wilayah barat daya Pulau Kyūshū (pulau paling selatan dari keempat pulau utama Jepang) dan Pulau Taiwan. Kepulauan Senkaku (Kepulauan Diaoyu) yang sedang dipersengketakan oleh pemerintah Jepang, Tiongkok dan Taiwan juga termasuk di dalam wilayah administrasi prefektur ini.
Sejarah
Kepulauan Okinawa sudah dihuni manusia sejak puluhan ribu tahun yang lalu.[5] Bukti-bukti tertua keberadaan manusia di Kepulauan Ryukyu ditemukan di Naha dan Yaese.[6] Pada periode Prasejarah Ryukyu yang berlangsung puluhan ribu tahun hingga abad ke-12, Ryukyu mendapat pengaruh budaya dari negara-negara tetangga di Asia. Periode sejarah Ryukyu sebelum invasi Domain Satsuma disebut periode Ryukyu Kuno. Di bawah administrasi Keshogunan Tokugawa, Kerajaan Ryukyu berada dalam periode Ryukyu Modern yang ditandai dengan pesatnya perkembangan seni pertunjukan dan budaya Ryukyu.[5]
Situs arkeologi tertua dari Zaman Paleolitikum di Okinawa adalah Gua Yamashita Daiichi (Yamashita-chō Daiichi Dōketsu Iseki) yang terletak di Kota Naha, dan diperkirakan berusia sekitar 32.000 tahun. Pada Zaman Jōmon, masyarakat di wilayah ini sudah melakukan pelayaran menggunakan perahu kayu (dugout canoe). Dari situs-situs arkeologi di Pulau Okinawa dan Kepulauan Amami, telah ditemukan obsidian dan tembikar yang berasal dari Prefektur Saga di Pulau Kyushu. Sebaliknya, di situs-situs arkeologi di Kyushu seperti Semenanjung Satsuma juga ditemukan tembikar gaya Men'nawa-Nishidō yang berasal dari Okinawa. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan perdagangan antara Okinawa dan daratan utama Jepang sudah terjalin erat sejak masa itu.[7]
Pada periode antara abad ke-1 hingga ke-10, yang dikenal sebagai Zaman Kaizuka, wilayah Okinawa belum mengenal pertanian secara aktif. Masyarakatnya hidup terutama dari aktivitas menangkap ikan, berburu, dan mengumpulkan hasil alam. Masa ini, yang berlangsung dari sekitar awal Masehi hingga abad ke-7, secara arkeologis diklasifikasikan sebagai "fase akhir Zaman Kaizuka." Rumah-rumah saat itu berbentuk lubang tanah (tateana) atau bangunan datar, dan pola kehidupan mereka dapat diketahui dari penemuan sisa-sisa timbunan kerang dan tulang. Pada periode ini pula, ditemukan tembikar gaya Sobata dari Kyushu di situs-situs Okinawa, menunjukkan adanya hubungan budaya dan pertukaran yang terus berlangsung.[8]
Kata Ryukyu pertama kali disebut-sebut dalam Buku Sui, namun sebutan itu mungkin berarti Taiwan, bukan mengacu kepada Kepulauan Ryukyu.[butuh rujukan] Bahasa Jepang yang dipakai untuk menyebut pulau ini adalah Okinawa, dan pertama kali ditemukan dalam biografi Jianzhen yang ditulis tahun 779. Kehidupan masyarakat agraris dimulai pada abad ke-8, dan berkembang dengan lambat hingga abad ke-12. Berkat lokasi Kepulauan Okinawa yang berada di tengah-tengah Laut Tiongkok Timur dan berdekatan dengan Jepang, Tiongkok, dan Asia Tenggara, Kerajaan Ryukyu berkembang sebagai negara perdagangan yang makmur. Pada periode Kerajaan Ryukyu juga dibangun gusuku-gusuku yang berfungsi sebagai benteng sekaligus tempat kediaman penguasa. Kecenderungan ke arah unifikasi politik di Kepulauan Ryukyu dimulai dengan pendirian Kerajaan Ryukyu merdeka pada tahun 1429.[5] Sejak abad ke-15, Kerajaan Ryukyu termasuk salah satu negeri upeti Kekaisaran Tiongkok.
Pada 1609, Kerajaan Ryukyu diinvasi oleh Domain Satsuma yang berkuasa di wilayah yang sekarang disebut Prefektur Kagoshima.[5] Meskipun tetap menjalin hubungan negeri upeti dengan Tiongkok, Kerajaan Ryukyu di bawah kekuasaan Keshogunan Tokugawa dan klan Shimazu dari Satsuma, Kerajaan Ryukyu diharuskan setuju untuk membayar upeti kepada keshogunan dan Domain Satsuma. Kedaulatan Ryukyu tetap dipelihara mengingat aneksasi Ryukyu oleh Jepang berarti menciptakan pertikaian dengan Tiongkok. Klan Satsuma memperoleh untung besar dari berdagang dengan Tiongkoksemasa perdagangan dengan luar negeri sangat dibatasi oleh keshogunan.
Meskipun berada di bawah pengaruh kuat Domain Satsuma, Kerajaan Ryukyu tetap memperoleh kebebasan politik dalam negeri yang cukup selama lebih dari 200 tahun. Empat tahun setelah Restorasi Meiji 1868, Pemerintah Jepang melakukan serbuan militer ke Okinawa. Kerajaan Ryukyu dianeksasi sebagai Domain Ryukyu setelah Jepang beralih dari negara feodalistis menjadi negara modern. Pada tahun 1879, Domain Ryukyu diubah bentuknya sebagai Prefektur Okinawa, dan periode Okinawa Modern dimulai. Pada waktu itu Dinasti Qing masih menegaskan kedaulatannya atas pulau-pulau di Kerajaan Ryukyu yang diklaim sebagai negeri upeti Tiongkok. Domain Ryukyu baru diubah menjadi Prefektur Okinawa pada tahun 1879, sementara domain-domain lainnya di Jepang sudah dijadikan prefektur sejak 1872. Meskipun Parlemen Jepang telah dibentuk sejak 1890, namun orang Okinawa baru pertama kalinya mendapat hak memilih untuk mengirimkan wakil rakyat pada tahun 1912.[9] Keadaan ekonomi Prefektur Okinawa awalnya jauh dari makmur, dan penduduk Okinawa banyak yang pindah ke luar negeri.[5]
Semasa Perang Dunia II, Okinawa merupakan tempat terjadinya pertempuran darat besar-besaran. Periode Okinawa Pascaperang dimulai setelah selesainya Pertempuran Okinawa dan kapitulasi Jepang. Kepulauan Okinawa terpisah dari Jepang administrasi Amerika Serikat selama 27 tahun hingga tahun 1972. Periode Pascaperang Okinawa dibagi menjadi dua bagian: periode Okinawa Administrasi Amerika Serikat, dan periode Pascapengembalian Okinawa.[5] Selama berada di bawah pendudukan, Angkatan Udara Amerika Serikat mendirikan beberapa pangkalan militer di Kepulauan Okinawa. Semasa Perang Korea, pesawat-pesawat pengebom B-29 Superfortress diterbangkan dari Pangkalan Angkatan Udara Kadena ke Korea dan Tiongkok.
Pada tahun 1972, Amerika Serikat mengembalikan Kepulauan Okinawa kepada Pemerintah Jepang. Berdasarkan Perjanjian Keamanan Amerika Serikat-Jepang, Angkatan Bersenjata Amerika Serikat Jepang (USFJ) menempatkan kekuatan militer dalam jumlah besar di Jepang. Total 27.000 personel Amerika Serikat, termasuk 15.000 anggota Marinir, Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan 22.000 anggota keluarga mereka ditempatkan di Okinawa.[10]
Geografi
Pulau-pulau utama

Dari timur laut hingga barat daya, pulau-pulau yang berpenduduk di Kepulauan Ryukyu dibagi menjadi tiga gugus kepulauan:
- Kepulauan Okinawa (沖縄諸島 , Okinawa Shotō)
- Kepulauan Miyako
- Kepulauan Yaeyama
- Kepulauan Senkaku
- Kepulauan Daitō
Kota

Kota Kotapraja Desa
- Ginowan (Jino-on)
- Ishigaki (Ishigachi)
- Itoman ('Ichuman)
- Miyakojima (Nāku)
- Nago (Nagu)
- Naha (Nāfa) (ibu kota)
- Nanjō (Nanjoo)
- Okinawa (Uchinā)
- Tomigusuku (Timigushiku)
- Urasoe ('Urashī)
- Uruma (Uruma)
Kota kecil dan desa
Berikut ini adalah daftar kota-kota kecil dan desa di Prefektur Okinawa berdasarkan distrik.
Geologi
Daratan Pulau Okinawa sebagian besar berasal dari terumbu karang sehingga air hujan menyebabkan terbentuknya banyak gua-gua yang memainkan peranan penting dalam Pertempuran Okinawa. Di bagian selatan Pulau Okinawa terdapat jaringan gua batu kapur luas yang disebut Gyokusendo.
Budaya
Seni dan kerajinan
Kerajinan tradisional khas Okinawa yang paling terkenal adalah seni tenun dan celup Okinawa yang menghasilkan kain ikat kasuri dan kain bigata, serta barang-barang pernis berhias emas dan kulit kerang.[11] Teknik kerajinan dan budaya khas Ryukyu berkembang di Kerajaan Ryukyu dengan adanya pertukaran kebudayaan yang berlangsung selama Ryukyu berperan sebagai pusat perdagangan barang-barang dari Tiongkok, Jepang, dan negara-negara Asia Tenggara dari akhir abad ke-14 hingga pertengahan abad ke-16.[12] Meskipun kebutuhan dalam negeri Kerajaan Ryukyu terhadap barang-barang tembikar tidak terlalu besar, teknik produksi keramik sudah sangat maju. Tembikar Okinawa yang bernilai seni (Tsuboya-yaki) digunakan Kerajaan Ryukyu sebagai komoditas perdagangan di luar negeri. Setelah diinvasi oleh Domain Satsuma pada tahun 1609, seni dan kerajinan Ryukyu dijadikan barang-barang upeti dan hadiah untuk penguasa Satsuma.[11]
Selain tekstil dan barang pernis, Okinawa terkenal dengan kerajinan gelas Ryukyu, lemari, kerajinan bambu, kertas Ryukyu, dan kerajinan perabot sehari-hari khas Okinawa. Pada masa pendudukan Amerika Serikat, kerajinan gelas Ryukyu diperkaya dengan gelas dari daur ulang botol bekas bir dan minuman ringan yang dibuang personel militer Amerika Serikat di Okinawa.[13] Kerajinan kertas dari serat batang pisang yang dimulai pada paruh pertama abad ke-18 menghasilkan kertas Ryukyu yang dipakai secara luas di wilayah Kerajaan Ryukyu.
Seni pertunjukan
Pada abad ke-11, orang Okinawa sudah mengenal lagu-lagu sakral sudah dinyanyikan di bukit-bukit dan ladang-ladang. Lagu-lagu "doa" merupakan dasar bagi seni pertunjukan di Okinawa, termasuk balada dan lagu zaman kuno yang disebut Umui dan Omoro.[12] Buku kumpulan balada dan puisi kuno Omoro Sōshi selesai disusun pada masa Kerajaan Ryukyu. Alat musik khas Okinawa yang sudah dikenal sejak zaman kuno adalah shamisen dari kulit ular yang disebut sanshin.[11]
Seni pertunjukan tradisional seperti musik klasik Ryukyu, drama opera Kumiodori, dan tari-tarian Ryukyu berkembang berkat adanya kebutuhan untuk menghibur tamu-tamu asing dari Tiongkok dan Domain Satsuma yang berkunjung ke istana Kerajaan Ryukyu. Setelah Kerajaan Ryukyu dibubarkan pada zaman Meiji, seni istana klasik dan seni pertunjukan rakyat mulai ramai dipentaskan di panggung-panggung dan rumah pertunjukan di Okinawa hingga menjadi akrab di kalangan rakyat. Seni pertunjukan istana selanjutnya dijadikan dasar bagi seni pertunjukan populer. Salah satu contohnya adalah Zo Odori yang merupakan perpaduan dari tari rakyat dan tari klasik. Lagu-lagu rakyat (min'yō) khas Okinawa yang disebut Shimauta (arti harfiah: Musik Pulau) mulai menjadi populer seusai Perang Dunia II.[12]
Kepercayaan tradisional

Budaya rakyat Okinawa terbentuk di bawah pengaruh kepercayaan lokal. Tempat suci kepercayaan asli Okinawa disebut utaki. Tidak seperti halnya tempat pemujaan di Jepang yang berbentuk kuil-kuil, tempat pemujaan di Okinawa tidak memiliki bangunan, melainkan hanya tempat yang memiliki rimbunan pepohonan. Utaki hanya diberi tanda dengan batu-batu dan dupa. Perempuan memegang peran utama dalam kepercayaan kuno Okinawa. Dalam kepercayaan Okinawa dikenal istilah dewi Unaishin ("kakak perempuan dari laki-laki"). Dewi-dewi Unaishin dipercaya memberi perlindungan bagi laki-laki. Sistem pendeta wanita yang disebut noro secara resmi diberlakukan pada masa Kerajaan Ryukyu. Setelah Kerajaan Ryukyu dibubarkan, noro masih berperan dalam perayaan dan festival di desa. Perempuan juga menjadi dukun (yuta) yang dimintai nasihatnya mengenai nasib orang.[14]
Kepercayaan-kepercayaan di Okinawa ini dikenal dengan nama “Shinto Ryukyu”, dan karena masih mempertahankan banyak ciri khas dari bentuk kuno Shinto Jepang yang disebut “Ko-Shinto”, kepercayaan ini menjadi subjek penelitian aktif dalam bidang mitologi komparatif dan studi keagamaan lainnya.[15]
Shisa dan ishiganto dipercaya orang Okinawa sebagai pelindung dari roh jahat. Festival-festival diadakan di Okinawa berkaitan dengan kegiatan pertanian, perikanan, ritus pemujaan leluhur, dan pergantian musim, di antaranya festival panen Hōnen dan Lomba Perahu Naga Haari. Di Pulau Okinawa dan pulau-pulau sekitarnya, ritus Umanchu diadakan setiap bulan 2, bulan 3, bulan 5, dan bulan 6 kalender lama. Di bagian utara Pulau Okinawa, festival dewa laut Unjami diadakan setiap tahunnya pada bulan 7 kalender lama.[14]
Karate

Okinawa merupakan tempat kelahiran seni bela diri karate. Seni bela diri Tiongkok kuno quan fa atau kempo dibawa masuk ke Okinawa pada masa Kerajaan Ryukyu. Unsur-unsur kempo kemungkinan diadaptasi dan dipadukan dengan seni bela diri lokal, sementara sebagian unsur asli kempo tetap dipertahankan sebagaimana bentuk aslinya hingga tercipta dua bentuk awal karate yang disebut Okinawa-te dan Tō-de.[16]
Arsitektur
Rumah penduduk Okinawa memakai atap genting dari tanah liat berwarna merah tidak hanya disusun, melainkan direkatkan satu sama lainnya dengan semen agar tidak mudah tertiup topan. Di atas genting juga dapat dijumpai patung shisa yang dipercaya sebagai penolak bala. Di sekeliling rumah dibangun tembok dibangun dari susunan batu kapur dari karang dan pohon-pohon fukugi (Garcinia) sebagai tanaman pelindung rumah tinggal dari topan.[14]
Masakan

Masakan Okinawa telah berkembang menjadi kuliner yang unik, dipengaruhi oleh berbagai budaya asing sepanjang sejarahnya dan diadaptasi secara khas oleh masyarakat setempat. Tidak seperti masakan Jepang di daratan utama, masakan Okinawa cenderung berfokus pada hidangan rebusan, tumisan, dan gorengan. Penggunaan ikan mentah seperti sashimi relatif jarang ditemukan.[17]
Banyak hidangan Okinawa yang menunjukkan pengaruh kuat dari masakan Kyushu. Sebaliknya, beberapa elemen tradisional masakan Okinawa juga telah diadopsi oleh masyarakat Kyushu, mencerminkan hubungan kuliner yang timbal balik antara kedua wilayah.
Beberapa contoh hidangan Okinawa yang terkenal antara lain:
- Goya Champuru(ゴーヤチャンプルー): tumis pare dengan tahu, telur, dan daging atau spam
- Okinawa Soba(沖縄そば): mie khas Okinawa yang disajikan dalam kuah kaldu dengan daging babi
- Rafute(ラフテー): perut babi rebus dalam kecap manis dan awamori
- Uchina-Tacorice(うちなータコライス): nasi dengan daging cincang ala taco, keju, dan sayuran
- Soki jiru(ソーキ汁): sup iga babi khas Okinawa
- Sata Andagi(さーたーあんだぎー): donat goreng manis yang merupakan kue tradisional Okinawa[18]
Alat Musik

Alat musik yang paling mewakili Okinawa tanpa diragukan adalah sanshin(三線), yang menempati posisi sentral dalam budaya musik Okinawa. Bagi masyarakat Okinawa, sanshin bukan sekadar alat musik, melainkan simbol identitas yang mendalam dan akar budaya yang kuat.[19]
Sebagai perbandingan, di wilayah Kyushu terdapat alat musik tradisional bernama gottan(ゴッタン)yang memiliki fungsi kultural yang serupa.[20]
Contoh alat musik tradisional Okinawa lainnya antara lain:
- Sanshin(三線): alat musik berdawai tiga dengan badan berlapis kulit ular, digunakan dalam berbagai musik rakyat Okinawa
- Paranku(パーランクー): drum tangan kecil yang digunakan dalam tarian tradisional Eisa
- Taiko Eisa(エイサー太鼓): drum besar yang dimainkan saat pertunjukan Eisa, sebuah festival menari khas Okinawa
- Kutcho(クッチョー): alat musik tradisional tiup atau ritmis yang digunakan dalam upacara atau musik rakyat
Bahasa
Di Okinawa, terdapat dialek dan bahasa yang berbeda dari wilayah lain di Jepang. Bahasa ini dikenal sebagai “Uchinaaguchi”(うちなーぐち), yaitu bentuk bahasa Ryukyu yang masih digunakan secara aktif oleh sebagian masyarakat setempat, terutama dalam konteks budaya dan komunikasi sehari-hari.[21]
Uchinaaguchi bukan sekadar variasi dialek bahasa Jepang, melainkan cabang tersendiri dalam rumpun Bahasa Proto-Japonik, dan dianggap sebagai warisan linguistik yang penting. Bahasa ini memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi sebagai bagian dari identitas masyarakat Okinawa.[22]
Contoh kata dan frasa umum dalam Uchinaaguchi antara lain:[22]
- haisai / haitai(はいさい・はいたい)– salam, artinya “halo” atau “selamat siang”
- nankurunaisa(なんくるないさー)– “jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja”
- dakara yō(だからよー)– ungkapan penegasan atau persetujuan, mirip dengan “itulah sebabnya”
- ○○nchu(〇〇んちゅ)– akhiran yang berarti “orang dari...”, misalnya “Uchinānchu” (orang Okinawa)
Saat ini, bentuk tutur yang paling umum digunakan oleh masyarakat Okinawa adalah "Uchinaa-Yamatoguchi"(うちなーやまとぐち), yaitu campuran antara bahasa Okinawa tradisional dan dialek Jepang Kyushu. Bentuk bahasa ini lebih mudah dipahami oleh orang di luar Okinawa dan digunakan secara luas dalam kehidupan sehari-hari, media, dan komunikasi umum.[23]
Pemerintah Jepang dan otoritas lokal juga secara aktif mengambil langkah-langkah untuk melestarikan dan menghidupkan kembali bahasa tradisional ini melalui pendidikan, dokumentasi, serta promosi dalam media dan seni tradisional. Upaya tersebut mencakup pengajaran di sekolah, pertunjukan budaya, dan program pelestarian bahasa untuk generasi muda.[24]
Referensi
- ^ Nussbaum, Louis-Frédéric. (2005). "Okinawa-shi" in Japan Encyclopedia, p. 746–747, hlm. 746, pada Google Books
- ^ 沖縄県. "沖縄県の縄文時代|沖縄県公式ホームページ". 沖縄県公式ホームページ (dalam bahasa Jepang). Diakses tanggal 2025-05-20.
- ^ 沖縄県. "沖縄の編年|沖縄県公式ホームページ". 沖縄県公式ホームページ (dalam bahasa Jepang). Diakses tanggal 2025-05-20.
- ^ Nussbaum, "Naha" in p. 686, hlm. 686, pada Google Books
- ^ a b c d e f "History of the Ryukyus". Ryukyu Cultural Archives. Diakses tanggal 2010-10-27.
- ^ 山下町第1洞穴出土の旧石器について Diarsipkan 2007-10-12 di Wayback Machine.(Jepang), 南島考古22
- ^ 沖縄県. "沖縄県の縄文時代|沖縄県公式ホームページ". 沖縄県公式ホームページ (dalam bahasa Jepang). Diakses tanggal 2025-05-20.
- ^ 沖縄県. "沖縄の編年|沖縄県公式ホームページ". 沖縄県公式ホームページ (dalam bahasa Jepang). Diakses tanggal 2025-05-20.
- ^ [Steve Rabson, "Meiji Assimilation Policy in Okinawa: Promotion, Resistance, and "Reconstruction". In Helen Hardacre, editor, New Directions in the Study of Meiji Japan. Brill, 1997. p. 642.
- ^ (Jepang)沖縄県の基地の現状, Okinawa Prefectural Government
- ^ a b c "Ryukyuan Arts". Ryukyu Cultural Archives. Diakses tanggal 2010-10-27.
- ^ a b c "Performance Arts of the Ryukyus". Ryukyu Cultural Archives. Diakses tanggal 2010-10-27.
- ^ "Ryukyu Glass". Pemerintah Prefektur Okinawa. Diakses tanggal 2010-10-27.
- ^ a b c "Folk Customs of the Ryukyus". Ryukyu Cultural Archives. Diakses tanggal 2010-10-27.
- ^ Animism, 神社メディア (2022-06-20). "琉球神道とは?沖縄の信仰と神様をわかりやすく解説!". 神社メディア Animism (dalam bahasa Jepang). Diakses tanggal 2025-05-20.
- ^ Funakoshi, Gichin (1995). Karate-Do Nyumon: The Master Introductory Text. Kodansha International. hlm. 19. ISBN 4-7700-1891-6.
- ^ "沖縄県 | うちの郷土料理:農林水産省". www.maff.go.jp. Diakses tanggal 2025-05-20.
- ^ 沖縄県. "沖縄の食文化|沖縄県公式ホームページ". 沖縄県公式ホームページ (dalam bahasa Jepang). Diakses tanggal 2025-05-20.
- ^ 沖縄県. "沖縄の音楽|沖縄県公式ホームページ". 沖縄県公式ホームページ (dalam bahasa Jepang). Diakses tanggal 2025-05-20.
- ^ "ゴッタン甑の会". peraichi.com. Diakses tanggal 2025-05-20.
- ^ "沖縄の観光に役立つ情報 沖縄方言|南都". www.gyokusendo.co.jp. Diakses tanggal 2025-05-20.
- ^ a b うるま市. "うちなーぐちって何?". うるま市 (dalam bahasa Jepang). Diakses tanggal 2025-05-20.
- ^ "うちなーぐち、ウチナーヤマトゥグチ、しまくとぅばの違いについて│旅する応用言語学". www.nihongo-appliedlinguistics.net (dalam bahasa Jepang). Diakses tanggal 2025-05-20.
- ^ 沖縄県. "しまくとぅばアーカイブ|沖縄県公式ホームページ". 沖縄県公式ホームページ (dalam bahasa Jepang). Diakses tanggal 2025-05-20.
Pranala luar



- Situs resmi Kantor Pemerintah Prefektur Okinawa di Washington D.C.
- Situs resmi Pemerintah Prefektur Okinawa (dalam bahasa Jepang)
- Official Okinawa Prefecture website (dalam bahasa Inggris)
- Ryukyu Cultural Archives
- Okinawa Prefectural Peace Memorial Museum
- (Inggris)Sekali lagi, kembali ke Okinawa Diarsipkan 2016-05-09 di Wayback Machine.
Data geografis Prefektur Okinawa di OpenStreetMap