More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. XLSMART - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
XLSMART - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

XLSMART

  • English
  • فارسی
  • Italiano
  • Bahasa Melayu
  • नेपाली
  • Nederlands
  • Polski
  • Sunda
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini berisi tentang perusahaan telekomunikasi seluler. Untuk informasi produk telekomunikasi seluler dari XLSMART, lihat XL (telekomunikasi).
PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk
Nama dagang
XLSMART
Sebelumnya
PT Graha Metropolitan Lestari (1989–1991)
PT Grahametropolitan Lestari (1991–1995)
PT Excelcomindo Pratama Tbk (1995–2009)
PT XL Axiata Tbk (2009–2025)[1]
Jenis
Publik
Kode emitenBEI: EXCL
Komponen LQ45
IndustriOperator telekomunikasi seluler
PendahuluAxis Telekom Indonesia
Smartfren Telecom
Smart Telecom
Didirikan6 Oktober 1989; 35 tahun lalu (1989-10-06)
PendiriPeter Sondakh (Rajawali Wira Bhakti Utama)
Kantor pusatXLSMART Tower
Jl. H.R. Rasuna Said X5/11-12
Jakarta, Indonesia
Tokoh kunci
Arsjad Rasjid (Presiden Komisaris)
Rajeev Sethi (Presiden Direktur)
ProdukTelepon Seluler, Aplikasi, Content, dan Datacom
MerekXL
XL Satu
AXIS
Smartfren
PendapatanKenaikan Rp 34,39 triliun (2024)
Laba bersih
Kenaikan Rp 1,85 triliun (2024)
Total asetPenurunan Rp 86,17 triliun (2024)
Total ekuitasPenurunan Rp 26,22 triliun (2024)
PemilikAxiata Investments Indonesia (34,8%)
Sinar Mas (34,8%)
Publik (30,4%)
Karyawan
2.199 (Maret 2025)[2]
Anak usaha
  • XL Axiata Singapore Pte. Ltd. (100%)
  • Distribusi Sentra Jaya (99,9%)
  • Hipernet Indodata (51%)
  • One Indonesia Synergy (50%)
  • LinkNet (20%)
  • Moratelindo (18,32%)[1]
  • PDG Indonesia (10,71%)[2]
Situs webwww.xlsmart.co.id
Facebook: myXL X: XLAxiata_Tbk Instagram: myxl Youtube: UClirph68g1EsHrO_rxCTkAA Modifica els identificadors a Wikidata

PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk adalah sebuah perusahaan operator telekomunikasi seluler di Indonesia. XLSMART mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 8 Oktober 1996, dan merupakan perusahaan ketiga yang menyediakan layanan telepon seluler GSM di Indonesia.

XLSMART mempunyai berbagai produk utama yaitu XL Prabayar, XL Prioritas, XL Satu, XLSMART for Business, AXIS, dan Smartfren. Saat ini, saham XLSMART dimiliki oleh Axiata Investments (Indonesia) (34,8%) yang tergabung dalam Axiata Group Berhad, Malaysia, sisanya milik Sinar Mas (34,8%) dan publik (30,4%). XLSMART terus berinovasi dan menjadi operator telekomunikasi pertama di Indonesia yang meluncurkan konvergensi.

Sejarah

[sunting | sunting sumber]

Pendirian

[sunting | sunting sumber]

Awal mula perusahaan ini didirikan dengan nama PT Graha Metropolitan Lestari[1] pada 6 Oktober 1989,[3] dengan 100% sahamnya dikuasai oleh PT Rajawali Wira Bhakti Utama (milik Peter Sondakh).[4][5] Pada tahun 1991 nama perusahaan sedikit dimodifikasi menjadi PT Grahametropolitan Lestari. Bisnis perusahahaan saat itu ada di bidang perdagangan dan jasa umum,[6] yang kemudian berubah menjadi pelayanan akomodasi perhotelan.[1] Di bulan Juni 1995, seluruh kepemilikan PT Rajawali Wira Bhakti Utama dialihkan kepada anak usahanya, PT Telekomindo Primabhakti dan PT Grahametropolitan mengubah namanya menjadi PT Excelcomindo Pratama.[5] Pada 6 September 1995, Excelcomindo berhasil mendapat lisensi untuk membangun jaringan GSM ketiga di Indonesia, setelah Satelindo dan Telkomsel, yang sebenarnya merupakan pengalihan dari Telekomindo (diberikan pada 28 April 1995).[3][7]

Setelah didapatnya izin tersebut, pada Oktober 1995 Excelcomindo berhasil menjalin kerjasama dengan sejumlah investor asing, meliputi NYNEX AS (lewat anak usahanya, NYNEX (Asia) Indonesia Ltd.) dengan kepemilikan 23,1%, Mitsui Jepang sebesar 4,2% kepemilikan, dan Asia Infrastructure Fund Taiwan dengan saham sebesar 12,7%. Adapun para investor asing tersebut membayar US$ 250 juta untuk investasi mereka. Direncanakan NYNEX akan memberikan bantuan dana sebesar US$ 800 juta maupun dukungan dalam pembangunan jaringan, teknologi dan infrastruktur Excelcomindo.[8][9] Selain pemegang saham asing, kemudian juga bergabung pemegang saham lokal seperti PT Santana Telekomindo (milik perusahaan Ibnu Sutowo, Nugra Santana) sebesar 10%, Yayasan Tridaya sebesar 2,5% dan Yayasan Kartika Eka Paksi sebesar 7,5%. Namun, PT Telekomindo tetap menjadi pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan 42,5%.[3][10]

Perkembangan awal

[sunting | sunting sumber]

Setelah persiapan selama beberapa bulan, Excelcomindo resmi meluncurkan jaringan GSM 900 MHz-nya yang pada saat itu diresmikan oleh Menparpostel Joop Ave pada 8 Oktober 1996.[11][12] Awalnya, Excelcomindo menjual produknya dengan nama "GSM-XL" yang hanya beroperasi di Jabodetabek dan Bandung (dibantu 100 BTS),[13] tetapi direncanakan untuk beroperasi secara nasional ke depan. Pada 1997, Excelcomindo memperluas operasinya ke beberapa kota besar seperti Semarang, Surabaya, Malang dan Denpasar, yang selanjutnya akan diperluas ke berbagai kota lainnya di pulau Jawa dan seluruh Indonesia dalam beberapa fase.[11] Di akhir tahun itu, pelanggan Excelcomindo ditargetkan mencapai 180.000 pelanggan, dan pada Agustus 1997 sudah mencapai 107.000 pelanggan. Untuk membantu jaringannya, Excelcomindo menggandeng Ericsson untuk membangun jaringan mikrosel di Segitiga Emas Jakarta. Menurut salah satu pimpinan Excelcomindo saat itu, Rudiantara, proyeknya ini merupakan yang terbesar di Indonesia.[14] Sebelumnya, keduanya sudah menjalin kesepakatan untuk membangun infrastruktur awal Excelcomindo pada 8 Mei 1996 senilai Rp 1 triliun.[15] Selanjutnya, untuk membangun infrastruktur di kota-kota lain seperti Surakarta, Excelcomindo berusaha mendanainya dengan kredit sindikasi sebesar US$ 400 juta dari 22 bank asing di pertengahan 1997.[16] Beberapa layanan juga terus dihadirkan untuk pelanggan, seperti call center, gerai XL Center dan jaringan serat optik.[17] Pada tahun ini juga, pemegang saham Excelcomindo mengalami perubahan dengan menghilangnya kepemilikan PT Santana Telekomindo, Yayasan Kartika Eka Paksi dan Yayasan Tridaya, sehingga komposisi kepemilikannya menjadi PT Telekomindo 60% dan sisanya masih dipegang investor asing dengan komposisi saham tidak berubah.[3]

Namun, di tengah kondisi perusahaan yang masih baru beberapa saat beroperasi, krisis ekonomi 1997-1998 menerjang Indonesia. Excelcomindo mengalami masalah yang tidak mudah, mengingat pelanggannya turun dari 133.000 menjadi 65.000.[16] Untuk membantu kinerjanya agar tetap stabil, pada tahun ini XL meluncurkan layanan prabayar pertamanya yang diberi nama "Pro-XL", pada 29 April 1998. Produk ini bersaing dengan kartu sejenis yang diluncurkan di tahun yang sama seperti Mentari Satelindo, dan berhasil menggaet 113.000 pelanggan pada Oktober 1998.[18][19] Lalu, manajemen juga menunda pembangunan BTS Excelcomindo dan justru malah memindahkan sejumlah infrastrukturnya yang sudah dibangun ke tempat lain yang lebih potensial.[20][21] Dalam krisis itu, Excelcomindo dan induknya, PT Telekomindo terjerat hutang yang cukup banyak. Sempat ada kabar pada 1999 yang menyatakan bahwa Indosat akan mengakuisisi Excelcomindo dan salah satu pemegang saham utamanya, Bell Atlantic (pengganti NYNEX) akan mengambil saham tambahan,[22][23] tetapi kemudian nyatanya tidak terwujud. Namun, pada 1999 Excelcomindo bisa memperbaiki kinerjanya dengan meraup 383.000 pelanggan (17,2% pasar GSM).[16] Perbaikan jumlah pelanggan ini dibantu oleh manajemen Excelcomindo yang tetap fokus bermain di kartu prabayarnya yang kebetulan memiliki kelebihan karena dapat digunakan di Jawa dan Bali.[24]

Pihak Excelcomindo terus meluncurkan layanan lain, seperti WAP pada 2000,[21] dan layanan SMS grafis pada Mei 2001.[25] Ada juga layanan komunikasi non-GSM seperti leased line dan jaringan internet bernama XLnet.[26] Selain itu, ekspansi dilakukan dengan menambah mobile switching center di Jakarta dan Surabaya, dengan investasi US$ 10 juta. Dengan penambahan ini, kapasitas Excelcomindo bisa menjadi 320.000 dari sebelumnya sebesar 170.000.[27] Kerjasama dengan sejumlah bank juga dihadirkan demi kemudahan konsumen.[28] Hasilnya cukup baik karena pada 2000 pelanggan Excelcomindo menjadi 767.250, dan pertumbuhannya kedua setelah Satelindo. Dua tahun kemudian pelanggannya naik menjadi 1,3 juta orang, walaupun tetap di posisi ketiga setelah Telkomsel dan Satelindo. Ditargetkan pada akhir 2003 pelanggannya sudah menjadi 3 juta.[29] Demi mewujudkan hal tersebut, manajemen Excelcomindo sudah menyiapkan dana US$ 175 juta untuk memperluas jaringannya di Sulawesi, Sumatra dan Kalimantan.[16][30][31] Sebelumnya, pada 2002 pemerintah juga memberikan izin GSM 1800 MHz (istilah lainnya DCS, Digital Cellular System) kepada Excelcomindo.[32] Pada 2005, XL memiliki 4,25 juta pelanggan yang dilayani 2.977 BTS. Sejak 2004, dilakukan perubahan pada merek-merek XL. Di tanggal 2 Agustus 2004, diluncurkan produk bernama "Jempol" untuk menargetkan pasar menengah-bawah, yang disusul pergantian nama Pro-XL prabayar menjadi "Bebas" dengan target pasar menengah ke atas, pada 18 Agustus 2004 dan perubahan nama layanan pascabayar menjadi "Xplor" di tanggal 1 Oktober 2004.[3]

Penjualan XL ke Telekom Malaysia

[sunting | sunting sumber]

Bagaimanapun, tampak kemudian Grup Rajawali, lewat PT Telekomindo Primabhakti tidak ingin berada lebih lama di bisnis operator jaringan seluler. Hal ini disebabkan hal-hal seperti posisi Excelcomindo yang terus berada di posisi ketiga, dan pada 2003 keuntungannya menurun 46% dari tahun sebelumnya. Di 2004 dan 2005, bahkan kondisi keuangan Excelcomindo justru merugi masing-masing Rp 45 miliar dan Rp 224 miliar.[33] Pada 2004, terdengar rumor bahwa China Mobile hendak mengakuisisi saham Excelcomindo.[34] Sementara itu, selain China Mobile, ada dua calon pembeli lain terhadap saham Telekomindo di Excelcomindo, yaitu Telstra dan Telekom Malaysia (TM).[35] Telstra menawar saham dengan nilai AU$ 3 miliar di Excelcomindo, sementara Telekom Malaysia sudah membeli saham Verizon (dahulu bernama NYNEX dan Bell Atlantic, atas nama NYNEX Indocel) sebesar 23,1% pada Februari 2005.[36] Dalam perkembangannya, pada 14 April 2005 Mitsui juga melepas seluruh sahamnya ke Roger Partners Inc, Inggris yang kemudian diketahui juga dimiliki oleh Telekom Malaysia (TM). Dengan kepemilikan 27,3% saham di Excelcomindo, dibanding dua calon investor asing lain, Telekom Malaysia-lah yang kemudian nampak paling berniat untuk mengakuisisi perusahaan ini.[37] Dalam titik akhir kepemilikan mayoritas lokal ini, PT Telekomindo menguasai 60%, Asia Investment Fund (AIF) 12,7% dan Telekom Malaysia 27,3%.[38]

Seiring waktu, kemudian Excelcomindo melakukan penawaran umum perdana-nya (IPO) di Bursa Efek Jakarta, pada 29 September 2005 dengan harga Rp 100.[39] Beberapa waktu setelah pencatatan saham itu, pada 21 dan 27 Oktober 2005 Rajawali lewat PT Telekomindo menjual sebagian besar sahamnya (31,9%) kepada Telekom Malaysia (lewat anak usahanya Indocel) dengan harga US$ 460 juta. Saham Telekom Malaysia menjadi 56,9%, menjadikannya pemegang saham mayoritas dan pengendali.[40] Lalu, dari 20% saham IPO Excelcomindo, juga dibeli oleh pengendali Telekom Malaysia, Khazanah Nasional sebesar 16,81%, sehingga 73% kepemilikan Excelcomindo kini berada di tangan Malaysia. Kepemilikan publik menjadi hanya 1% sehingga pada saat itu perusahaan ini tidak dimasukkan dalam IHSG.[41] Saham 16,81% (dari IPO) yang dibeli Khazanah itu kemungkinan besar berasal dari saham Telekomindo, sedangkan 4% sisanya yang tidak dibeli adalah saham dari pemegang saham lain seperti AIF. Kepemilikan saham setelah transaksi ini adalah 73% TM dan induknya Khazanah, 10,14% AIF, 1% publik dan 15,97% PT Telekomindo.[42] Seiring dengan akuisisi ini, Excelcomindo merencanakan pembangunan 2.000 BTS dan telah memulai ujicoba jaringan 3G pada Oktober 2005.[43] Layanan 3G tersebut diluncurkan pada 21 September 2006 untuk 6 kota besar di Indonesia, setelah melalui proses uji laik operasi beberapa hari sebelumnya.[44]

Perkembangan pasca akuisisi

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 2007 PT Excelcomindo mengalami perubahan kepemilikan kembali, karena pada 29 Mei 2007 Telekom Malaysia kembali membeli saham sisa AIF yang pada saat itu telah berkurang menjadi 7,38% seharga US$ 114 juta. Sebelumnya saham TM sudah menjadi 59,6%.[45] Kepemilikan praktis menjadi Telekomindo 15,97% (kemudian dialihkan ke perusahaan Rajawali lain bernama Bella Sapphire Ventures Ltd. pada 31 Mei 2007), Khazanah Nasional 16,81% dan Telekom Malaysia 67,02%. Pada 12 Desember 2007, perusahaan telekomunikasi Uni Emirat Arab, Etisalat mengakuisisi seluruh sisa saham Rajawali (lewat Bella Sapphire Ventures Ltd.) sebesar 15,97% di Excelcomindo seharga US$ 438 juta. Awalnya, saham tersebut direncanakan akan dilepas ke perusahaan telekomunikasi Rusia, Altimo,[46] namun yang akhirnya membeli adalah Etisalat.[47][48] Dengan transaksi itu maka kepemilikan Excelcomindo dimiliki seluruhnya oleh pemodal asing.[49] Di tahun 2007 itu, Excelcomindo menargetkan adanya 3.500 BTS di seluruh Indonesia dan mengeluarkan belanja modal senilai US$ 700 juta.[50]

Pada 16 November 2009, nama perusahaan PT Excelcomindo Pratama Tbk diubah menjadi PT XL Axiata Tbk, yang menurut Presiden Direkturnya, Hasnul Suhaimi merupakan bentuk sinergitas sebagai anak perusahaan Axiata. Namun, dalam perubahan nama ini hanya nama perusahaan saja yang diubah, sementara merek dagangnya tetap.[51][52] 86,5% sahamnya kini dikuasai oleh anak perusahaan TM yang baru dibentuk, Axiata Berhad (lewat Indocel). Seluruh saham TM dan Khazanah, bisa dikatakan dialihkan ke Axiata. Sementara itu, pemegang saham lain adalah Etisalat sebesar 13,3% dan publik.[53] Lalu, pada 13 September 2012, mayoritas saham (9,3%) Etisalat dijual pada harga Rp 4,8 T (US$ 502 juta).[54] Alasan penjualan ini adalah kenaikan harga saham XL yang cukup tinggi, dan ketidaknyamanan Etisalat yang tidak memegang kendali atas XL.[55] Transaksi ini tuntas dilakukan pada 18 September 2012.[56] Kemudian, Etisalat juga melepas sisa sahamnya yang masih tersisa sebesar 4,29% ke publik beberapa waktu kemudian. Ditambah dengan pelepasan 20% saham Axiata ke publik pada Maret 2010[57] maka struktur kepemilikan XL adalah 66% Axiata dan sisanya publik, dimana saham publik telah meningkat dari 1% pada 2010 menjadi 33%.

Akuisisi dan merger Axis Telekom

[sunting | sunting sumber]

Pada tanggal 26 September 2013, XL Axiata menyepakati perjanjian jual beli bersyarat atau conditional sales purchase agreement dengan Saudi Telecom Company (STC) dan Maxis Communications, pemilik PT Axis Telekom Indonesia yang mengelola operator seluler AXIS. Dalam perjanjian jual-beli ini, STC dan Maxis lewat anak usahanya, Teleglobal Investment B.V. dan Althem B.V. akan menjual seluruh kepemilikan sahamnya (95%) di Axis Telekom kepada XL Axiata.[58][59] Sebenarnya, rumor akan terjadinya akuisisi ini sudah terdengar sejak Mei 2013 dari sebuah sumber anonim, tetapi belum terbukti sampai perjanjian tersebut.[60] XL Axiata akan mengeluarkan kocek senilai US$ 865 juta, yang digunakan untuk membayar saham dan hutang AXIS. Kondisi AXIS dalam akuisisi ini adalah bersih dari utang dan posisi kas nol (cash free and debt free).[61] Menurut Hasnul Suhaimi, akuisisi ini dilakukan dalam rangka konsolidasi industri telekomunikasi, ditambah memperkuat dan mengatasi masalah XL.[59] Masalah yang dimaksud adalah transisi pasar yang berpindah dari telepon/SMS ke layanan internet data yang membutuhkan kapasitas besar, sehingga diharapkan dengan akuisisi ini XL bisa menambah frekuensinya.[62] Selain itu, akuisisi ini juga dilatarbelakangi beberapa hal seperti permasalahan hutang AXIS.[63]

Dalam transaksi dimana Merril Lynch (Singapore) Pte. Ltd. (Bank of America Merrill Lynch) bertindak sebagai penasihat keuangan dari XL ini,[58] XL mendapatkan dananya dari pinjaman beberapa pihak, yaitu dari induknya, Axiata senilai US$ 500 juta ditambah sisanya dari pinjaman bank asing (UOB US$ 100 juta, Bank of Tokyo-Mitsubishi US$ 65 juta, dan DBS US$ 200 juta).[64] Sebelumnya, pihak XL juga sempat merencanakan menerbitkan obligasi, melakukan rights issue dan berbagai tindakan lainnya untuk mendapatkan pendanaan dalam proses akuisisi.[65] Transaksi tersebut kemudian mendapatkan "lampu hijau" maupun persetujuan dari berbagai pihak, seperti Kemenkominfo, KPPU, RUPSLB perusahaan ini pada Februari 2014, dan juga dari pasar saham sehingga berjalan dengan cukup baik.[66] Syaratnya, awalnya XL harus mengembalikan sejumlah frekuensi pada negara, dan masalah frekuensi ini sempat menimbulkan polemik di Kemenko Perekonomian[67] dan Komisi I DPR.[68] Namun akhirnya pemerintah sepakat hanya frekuensi 2.100 MHz yang dikembalikan untuk nantinya dilelang.[69] Belakangan, XL sukses menyelesaikan akuisisi lewat penandatangan dokumen penyelesaian transaksi pada tanggal 19 Maret 2014 antara XL dan STC, sehingga kini 95% saham AXIS dikuasai XL Axiata.[70] Dari US$ 865 juta yang digunakan dalam akuisisi, US$ 100 dibayar kepada Teleglobal Investment B.V. dan sisanya untuk membayar hutang dan kewajiban AXIS.[71]

Proses akuisisi ini rupanya tidak berakhir dengan kepemilikan saham mayoritas XL atas PT Axis Telekom, melainkan juga merger antara keduanya. Dalam proses merger ini, yang sudah disepakati sejak awal dan disetujui dalam RUPSLB XL Februari 2014, awalnya direncanakan akan dilakukan pada 28 Februari 2014.[64] Melalui merger ini, XL akan memiliki 65 juta pelanggan dan 21% pangsa pasar, sedangkan merek AXIS tetap dipertahankan sebagai brand XL Axiata.[72] Setelah sempat tertunda, akhirnya pada 8 April 2014 keduanya resmi merger setelah menandatangani perjanjian penggabungan.[73] Pemegang 5% saham yang tersisa di AXIS, yaitu PT Pesona Nuansa Abadi, kemudian menjual sahamnya ke XL dalam proses merger ini sehingga dalam "detik-detik merger" kepemilikan XL atas PT Axis Telekom sudah mencapai 100%.[74] Merger ini menghasilkan XL Axiata sebagai surviving company, sedangkan PT Axis Telekom Indonesia adalah perusahaan yang melebur. Setelah penggabungan usaha ini, integrasi antara XL dan eks-AXIS dilakukan di segala bidang, termasuk jaringan, pelanggan, sistem tarif, hingga sumber daya karyawan.[75]

Perkembangan pasca-merger

[sunting | sunting sumber]

Menurut XL Axiata, pasca konsolidasi, merek AXIS akan dipertahankan dan diposisikan sebagai produk bagi kelas bawah, anak muda, pengguna data dan bertarif terjangkau dengan pesaingnya adalah Indosat dan Tri, sedangkan XL akan diposisikan melawan Telkomsel. Kedua merek akan fokus ke segmennya masing-masing, melengkapi dan tidak saling "kanibalisasi".[76] Hasnul Suhaimi menyatakan bahwa keuntungan akan diperoleh baik oleh pengguna XL dan AXIS: pengguna XL mendapat tambahan frekuensi sedangkan pemakai AXIS mendapat jaringan yang lebih luas.[77] Lewat rights issue US$ 500 juta pada Mei 2016, XL Axiata bisa melunasi hutang yang digunakan dalam proses akuisisi AXIS.[78]

Sepanjang akhir 2010-an hingga awal 2020-an, operator telekomunikasi ini juga dipenuhi rumor-rumor mengenai penggabungan usaha dengan operator lain. Pada Mei 2019, disebutkan bahwa induk XL, Axiata akan melakukan penggabungan dengan operasional Telenor Norwegia di negara-negara Asia, sehingga saham XL sempat melesat.[79] Namun, pada September 2019 rencana merger itu batal karena keduanya tidak mendapat kesepakatan mengenai hal kompleks.[80] Di awal 2019, rumor lain mengatakan bahwa XL akan merger dengan Smartfren,[81] yang kembali mencuat pada tahun 2023 setelah Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi mendukung konsolidasi antar operator yang masih ada, sehingga nantinya Indonesia hanya memiliki tiga operator seluler demi industri telekomunikasi yang lebih efisien dan sehat.[82] XL juga pernah diisukan akan merger dengan Tri pada September 2019, yang gugur setelah Indosat mengakuisisi Tri pada tahun 2021.[41] Memang harga saham XL cukup meningkat akibat rumor-rumor diatas, tetapi hingga 2025 belum ada rumor tersebut yang benar-benar terealisasi.

Ekspansi bisnis FMC

[sunting | sunting sumber]

Pada awal 2020-an, XL Axiata mulai berekspansi ke bisnis konvergensi fixed-mobile convergence (FMC), yaitu layanan yang menggabungkan penyediaan jasa internet lewat kabel dan nirkabel. Pada Juni 2021 produk FMC XL Axiata diluncurkan yang diberi nama XL Satu, terdiri dari dua varian yaitu XL Satu Fiber dan XL Satu Lite.[83] XL Satu menawarkan fitur kombinasi internet cepat untuk rumah dalam wadah XL Home dan kuota bersama berkapasitas besar dalam XL Prabayar.[84] Pada kuartal ketiga 2023 layanan tersebut memiliki sekitar 206.000 pelanggan dan telah tersedia di 75 kota.[85] XL Axiata merupakan operator pertama di Indonesia yang meluncurkan produk berbasis konvergensi FMC, yang kemudian ditiru operator-operator lainnya.[83]

Untuk memperluas bisnis FMC-nya, XL Axiata kemudian mengakuisisi dua perusahaan telekomunikasi dari pihak ketiga, yaitu LinkNet dan Hypernet. Pada 27 Januari 2022, XL Axiata bersama induknya, Axiata Group Bhd., mengakuisisi 66% saham LinkNet dari Grup Lippo (XL Axiata mendapat 20%) dalam transaksi bernilai Rp 8,72 triliun.[86] LinkNet merupakan perusahaan penyedia jasa internet terkemuka dengan merek dagang salah satunya adalah First Media. Setelah akuisisi itu, XL Axiata mulai mensinergikan bisnisnya dengan LinkNet, seperti lewat peluncuran produk bersama[87] dan rencana pembangunan jaringan. Ditargetkan sekitar 750.000 pelanggan LinkNet nantinya akan menjadi pelanggan XL Axiata, sementara LinkNet menjadi perusahaan yang fokus pada pembangunan dan pemeliharaan jaringan.[83][88]

Pada tanggal 22 Mei 2024, XL Axiata dan Link Net menandatangani Perjanjian Transfer Bisnis B2C. Berdasarkan perjanjian ini, LinkNet akan mengalihkan ke XL semua hak dan kepentingan dalam bisnis B2C miliknya. Di hari yang sama, XL dan LinkNet juga menandatangani Perjanjian Induk Layanan, dimana LinkNet setuju untuk memasang, mengintegrasikan, menyewakan dan menyediakan layanan jaringan atau fasilitas HFC/FTTH kepada XL.[1] Sebagai tindak lanjut dari dua kesepakatan itu, pada tanggal 27 September 2024, dalam transaksi senilai Rp 12,94 triliun, layanan business-to-customer (First Media) resmi dialihkan dari LinkNet ke XL Axiata.[89] Layanan ini termasuk 750.000 pelanggan, 3 juta home passed yang mencakup IPTV, ISP, pay TV, cloud dan rumah pintar.[90] Belakangan, layanan First Media diputuskan untuk dileburkan ke layanan XL Satu.[91]

Selain itu, di tanggal 22 Maret 2022, XL Axiata mengakuisisi 51% saham PT Hipernet Indodata (Hypernet), perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan dan penyediaan jasa telekomunikasi dan informasi bagi pelanggan (managed service provider) dalam transaksi senilai Rp 321,3 miliar.[92] Sama seperti LinkNet, layanan Hypernet kemudian juga disinergikan bersama layanan XL Axiata Business Solutions maupun LinkNet yang menargetkan korporasi besar dan kecil.[93][94]

Merger kedua dengan Smartfren dan masuknya Sinar Mas

[sunting | sunting sumber]

Memasuki September 2023, kabar bahwa akan dilakukan merger antara XL dan Smartfren mulai berhembus kembali, setelah Bloomberg mendapatkan kabar bahwa Axiata dan Sinar Mas telah berkonsultasi dengan penasihat untuk mempertimbangkan adanya kerjasama, entah itu merger atau kerjasama network sharing, meskipun dibantah awalnya oleh kedua perusahaan.[95] Pada saat yang sama, pemerintah (Kemenkominfo) ikut mendorong proses tersebut demi menciptakan industri telekomunikasi yang lebih kompetitif dan sehat.[82] Pada saat yang bersamaan dengan masih simpang-siurnya isu merger tersebut, berbagai skema merger lain pun ikut bermunculan. Seperti kabar bahwa Indoritel lewat PT Mega Akses Persada akan ikut dalam proses merger tersebut,[96] ataupun adanya rencana meleburkan XL Axiata dan Smartfren dalam satu perusahaan baru, sebelum nantinya diakuisisi sahamnya oleh PT Dian Swastatika Sentosa Tbk.[97]

Pada 15 Mei 2024, Axiata mengumumkan adanya penandatanganan nota kesepahaman dengan beberapa entitas milik Grup Sinar Mas yang memegang saham Smartfren, yaitu PT Wahana Inti Nusantara (WIN), PT Global Nusa Data (GND), dan PT Bali Media Telekomunikasi (BMT), sebagai proses awal merger antara keduanya. Nota kesepahaman ini masih belum mengikat dan bersifat untuk menjajaki peluang-peluang yang ada.[98] Seiring waktu, kedua pihak pun menyatakan kesiapannya untuk mempercepat proses tersebut,[99][100] dan per Juli 2024 sudah memasuki tahap due diligence.[101]

Berbulan-bulan kemudian, lewat ringkasan rancangan merger yang dipublikasikan pada 11 Desember 2024, rencana merger kedua perusahaan pun resmi terungkap, menyusul kesepakatan penggabungan yang telah ditandatangani sehari sebelumnya. Dalam skema merger senilai Rp 104 triliun ini PT Smartfren Telecom Tbk (plus anak usahanya, PT Smart Telecom) akan dileburkan dalam PT XL Axiata Tbk sebagai penerima penggabungan. Pemegang saham pasca-merger akan dibagi seimbang antara Axiata dan Sinar Mas (secara spesifik, oleh Franky Oesman Widjaja lewat entitas "Stellar") sebesar 34,8%, sisanya milik publik.[1] Kedua pihak juga akan mengendalikan perusahaan pasca-merger secara bersamaan,[102] dengan komposisi manajemen tinggi akan dibagi secara 50-50.[103] Meskipun demikian, diperkirakan yang akan memainkan peran lebih besar pasca-merger nantinya adalah Axiata, karena jumlah pemegang saham ritel tersisa akan lebih banyak dari eks-XL.[104] Bahkan disebutkan Sinar Mas harus mengeluarkan dana US$ 475 juta untuk membeli saham Axiata di perusahaan ini dalam rangka memenuhi kewajibannya. Perusahaan hasil merger diberi nama PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk, yang memiliki sekitar 94,5 juta pelanggan dan efektif mulai beroperasi pasca-merger pada 16 April 2025.[105][1] XLSMART tetap memiliki tiga merek: XL, AXIS dan Smartfren.[106]

Menurut CEO Axiata, Vivek Sood, merger ini diharapkan mampu membantu Axiata dalam melayani kebutuhan infrastruktur Indonesia sebagai negara kepulauan, maupun meningkatkan cakupan dan kualitas layanan, berbagai pilihan produk menarik, dan perbaikan kualitas jaringan. Selain itu, juga untuk meningkatkan nilai bagi pemegang saham dan sebagian akan digunakan untuk menangkap peluang pertumbuhan masa depan.[107] Meskipun banyak diapresiasi,[108] ada juga yang menilai proses merger ini tidaklah mudah. Mulai dari bagaimana posisi kedua pemegang saham di perusahaan pasca-merger, belum lagi berhembusnya isu PHK bagi eks-karyawan XL Axiata (hal ini dibantah oleh Vivek).[109] Kekhawatiran itu menyebabkan karyawan XL Axiata melakukan "cuti massal" pada 6 Desember 2024. Pada saat bersamaan, direktur utama perusahaan ini, Dian Siswarini, meletakkan jabatannya yang diduga berkaitan dengan proses merger[110] (hal ini dibantah oleh Dian yang menyebutkan ia hanya ingin menyediakan "angin segar" di XL setelah jabatannya yang cukup lama).[111] Tidak hanya Dian, belakangan beberapa direksi EXCL ikut mengundurkan diri: Abhijit Navalekar, Rico Frans, I Gede Darmayusa dan Marwan Baasir pada Desember 2024 hingga Februari 2025.[112][113]

Aneka pengunduran tersebut sempat memicu spekulasi adanya ketegangan hingga rumor "merger paksa".[114] Isu lainnya yang menyelimuti seperti penggunaan frekuensi, dimana akhirnya disepakati bahwa perusahaan pasca-merger akan mengembalikan frekuensi 7,5 MHz (2x) di pita 900 MHz eks-XL Axiata ke negara.[115] Ada juga keluhan dan ketidaksetujuan dari kreditur, pemegang saham maupun vendor yang sempat mewarnai proses merger ini. Namun, demi memuluskan proses merger, sebenarnya Axiata dan Sinar Mas sudah menyiapkan dana segar, masing-masing dari CIMB Bank dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk.[116] XL Axiata sendiri menawarkan buyback pada pemegang saham yang menolak merger, dengan harga Rp 2.350/lembar saham.[117] Sesungguhnya, merger XL dan Smartfren terkesan "dilematis" bagi Axiata: di satu sisi memberikan dana segar setelah mengalami kerugian hingga RM 1,3 miliar di tahun 2023, namun juga mengurangi kendalinya pada salah satu pasarnya yang paling menguntungkan.[114]

Terlepas dari segala kontroversi tersebut, proses merger terus berjalan. Pada Januari 2025, jajaran direksi perusahaan pasca-merger diumumkan, yang menempatkan Rajeev Sethi, CEO Robi Axiata (anak usaha Axiata di Bangladesh) sebagai CEO baru XLSMART.[118] Di akhir bulan yang sama (27 Januari 2025), dalam sebuah pertemuan yang disaksikan Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim di Kuala Lumpur, Axiata dan Sinar Mas (diwakili oleh Vivek Sood dan Franky O. Widjaja) menandatangani nota kesepahaman kembali untuk meningkatkan kolaborasi di berbagai sektor terkait teknologi dan menegaskan komitmen akan proses merger.[119][120] Pada Maret 2025, Komdigi memberikan persetujuan prinsip pada proses merger,[121] sedangkan izin final diberikan pada April 2025, dengan prasyarat merger berupa pembangunan 8.000 BTS dan peningkatan kecepatan maupun jangkauan internet.[122]

Langkah penting dalam konsolidasi dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa (RUPSLB) PT XL Axiata Tbk dan PT Smartfren Telecom Tbk yang dilakukan secara bersama pada 25 Maret 2025. Dalam RUPS tersebut, kedua perusahaan menyatakan persetujuannya atas proses merger, sekaligus mengumumkan bentuk final dari pimpinan XLSMART. Adapun Rajeev Sethi didapuk sebagai CEO, sedangkan Arsjad Rasjid diberi amanah sebagai Presiden Komisaris.[123] Dinyatakan juga proses merger ini sudah mendapat persetujuan baik dari regulator (Komdigi) maupun Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).[124] Pada 15 April 2025, pihak Smartfren dan XL Axiata melakukan penandatanganan akta penggabungan kedua perusahaan.[125] Akhirnya, sesuai rencana awal, proses merger selesai pada 16 April 2025, dimana dalam legal day one ini, PT XL Axiata Tbk resmi berganti nama menjadi PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk, sedangkan PT Smartfren Telecom Tbk dan PT Smart Telecom resmi dileburkan ke dalamnya. Pada hari yang sama, Axiata menjual 31,45% sahamnya kepada entitas Grup Sinar Mas dalam transaksi senilai Rp 9,81 triliun,[126] ditambah peningkatan saham EXCL sebagai akibat konversi saham dari eks-FREN menjadi 18,19 miliar saham.[127] Sedangkan untuk operasional perusahaan pasca-merger, termasuk para jajaran manajemen baru, mulai efektif bekerja sejak 17 April 2025.[128]

Untuk meresmikan proses merger, pada 17 April 2025 diadakan konferensi pers untuk memperkenalkan brand baru XLSMART ke publik, dimana XLSMART diharapkan mampu "menandai babak baru dalam digital Indonesia". Setelah merger legal, XLSMART akan melakukan berbagai integrasi seperti jaringan, platform maupun peningkatan kualitas sinyal dengan target efisiensi hingga US$ 1,5 triliun, sembari menjaga tidak akan terganggunya layanan dan tidak dilakukannya PHK pada karyawan perusahaan. Pada merek-merek yang sudah ada juga tidak akan dilakukan peleburan atau penambahan, dimana XL Smart memilih fokus pada pemenuhan kebutuhan tiap segmen konsumen, dengan menambahkan value proposition baru sesuai kebutuhan masing-masing dengan harga yang terjangkau oleh konsumen.[129] Dengan bekal 94,5 juta pelanggan (25% pangsa pasar), merger ini diproyeksi akan menghasilkan pendapatan proforma hingga Rp 45,8 triliun.[130] Diharapkan, XLSMART menjadi perusahaan yang paling dicintai di Indonesia pada 2027.[128]

Operasional perusahaan

[sunting | sunting sumber]
XLSMART Tower di Jakarta. Sebelum menempati gedung ini, XL berkantor pusat di Gedung Grha XL, Kuningan, Jakarta Selatan.

XLSMART beroperasi di seluruh wilayah Indonesia dan per 31 Desember 2023, memiliki 92 pusat layanan pelanggan, termasuk kantor penjualan yang berada di Pulau Jawa dan Sumatra. Setelah memantapkan diri sebagai operator dominan kedua di Sumatra, XL memperluas fokusnya ke Kalimantan. Pada tahun 2023, XL meningkatkan BTS 4G di Kalimantan sebanyak 709 unit (setara dengan peningkatan 12%) sehingga total mencapai 10.245 unit BTS. Perluasan ini bertepatan dengan lonjakan lalu lintas sebesar 21%. Saat ini, XL melayani lebih dari 75% populasi Kalimantan. Perusahaan juga telah memasang lebih dari 9.500 kilometer serat optik di seluruh wilayah tersebut. Sedangkan Sulawesi (khususnya Sulawesi Selatan) merupakan pasar yang signifikan bagi XL untuk memperluas jangkauannya. Dengan basis pelanggan sebesar 1,4 juta, XL mengoperasikan 5.400 unit BTS di daerah tersebut. Selain itu, XL juga telah memperluas jangkauannya di daerah lain seperti di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur.[1]

Perusahaan ini merupakan salah satu operator pertama di Indonesia yang memanfaatkan serat optik secara intensif. Di tahun 2003, XL mulai membangun jaringan kabel bawah laut, bekerjasama dengan perusahaan asal Jerman, Norddeutsche Seekabelwerke GmbH & Co. Jaringan tersebut menghubungkan Pulau Jawa dengan Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Sumbawa dan Lombok.[131] Belakangan sistem tersebut dihubungkan dengan kabel bawah laut milik Telekom Malaysia, lewat pembangunan jaringan yang bekerjasama dengan Huawei dan Moratelindo. Proyek senilai US$ 7,6 juta itu[132] selesai pada kuartal keempat 2011.[133] Memasuki tahun 2014, XL bekerjasama dengan Nextgen Group dan 3 perusahaan lain untuk membangun jaringan kabel bawah laut yang menghubungkan Australia, Indonesia dan Singapura.[134]

Sejak 19 Desember 2014, XL telah mengoperasikan jaringan 4G LTE, dengan wilayah operasional awal di Bogor, Yogyakarta dan Medan.[135] Mulai 17 November 2015 layanan tersebut beroperasi penuh setelah melalui proses penataan lima bulan sebelumnya.[136] XL selanjutnya menjadi operator pertama di Indonesia yang memperkenalkan layanan 4,5G menggunakan pita frekuensi 1800 MHz. Mulai tahun 2019, XLSMART berfokus pada pengembangan infrastruktur jaringan untuk mengoptimalkan penggunaan spektrum. Proses ini dilakukan dengan melakukan transisi dari teknologi 3G (yang sudah usang) ke 4G LTE.[1] Setelah dimulai sejak tahun 2021, transisi tersebut selesai dilakukan pada akhir 2022, yang diperkirakan juga akan dilakukan pada jaringan 2G secara bertahap.[137] Pada saat yang bersamaan, perusahaan meluncurkan jaringan 5G-nya pada Agustus 2021, meskipun belum optimal karena lebih difokuskan untuk sektor bisnis.[138] Setelah bergabung dengan Smartfren, CEO baru XLSMART, Rajeev Sethi menjanjikan 5G dan AI akan menjadi prioritas mereka.[139]

Fokus utama lainnya dari XLSMART adalah mengembangkan solusi konvergensi digital yang menggabungkan jasa fixed broadband (FBB) dan mobile, dikombinasikan dengan penawaran over-the-top (OTT). Lini bisnis ini dimulai dengan diluncurkannya XL Satu pada tahun 2021. Setelah itu, XL mengokohkan perannya sebagai pelopor dengan melakukan investasi strategis pada PT LinkNet Tbk di tahun 2022, sehingga dapat memanfaatkan jangkauan LinkNet yang mencakup lebih dari 3 juta home passed maupun aset kontennya. Mulai Juni 2023, XL dan LinkNet memperluas cakupannya yang menghasilkan lebih dari 600.000 home passed baru pada tahun 2024. Seiring waktu, antara XL dan LinkNet terjadi proses delayering yang melahirkan serve-co (penyedia layanan ke pelanggan) oleh XL dan fiber-co (penyedia infrastruktur serat optik) oleh LinkNet. Hal ini diwujudkan dengan adanya perjanjian antara kedua perusahaan untuk mengalihkan bisnis fixed broadband yang mencakup 750.000 pelanggan residensial maupun rencana perluasan home passed dari LinkNet ke XL. Langkah ini merupakan bagian dari transformasi struktural untuk memperkuat kehadiran XL di pasar FBB dan fixed mobile-convergence, dengan target menjadi operator berbasis konvergensi terdepan di Indonesia. Perusahaan melihat penetrasi fixed broadband maupun fixed mobile-convergence di Indonesia masih terbilang amat rendah jika dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara.[1]

XLSMART juga telah melakukan investasi strategis pada tahun 2022 untuk meningkatkan penawaran produk dan layanan terintegrasinya, lewat pembelian 51% saham PT Hipernet Indodata (Hypernet). Akuisisi ini bertujuan untuk memperkuat layanan bagi sektor korporasi yang semakin meningkat kebutuhan digitalisasinya. Keahlian Hypernet dalam layanan terkelola akan memainkan peran penting dalam memperkuat interaksi XL dengan sektor pelanggan ini. Hypernet adalah penyedia layanan managed service provider yang menawarkan rangkaian lengkap layanan ICT, konektivitas dan keamanan. Layanan tersebut mencakup penyediaan dan pengelolaan sumber daya ICT (termasuk perangkat lunak dan perangkat keras), penempatan tenaga ahli IT, solusi jaringan dan digital, serta solusi keamanan siber yang komprehensif. Integrasi Hypernet dirancang untuk meningkatkan kemampuan XL Axiata Business Solutions (kini XLSMART for Business).[1]

Manajemen

[sunting | sunting sumber]
Dewan Komisaris [140]
1 Presiden Komisaris Arsjad Rasjid
2 Komisaris Vivek Sood
3 Komisaris L. Krisnan Jaya
4 Komisaris Nik Rizal Kamil
5 Komisaris Sean Quick
6 Komisaris David R. Dean
7 Komisaris Independen Retno Marsudi
8 Komisaris Independen Robert Pakpahan
9 Komisaris Independen Willem Lucas Timmermans
Dewan Direksi
1 Presiden Direktur Rajeev Sethi
2 Direktur Anthony Susilo
3 Direktur David Arcelus Oses
4 Direktur Andrijanto Muljono
5 Direktur Feiruz Ikhwan
6 Direktur Shurish Subbramaniam
7 Direktur Yessie D. Yosetya
8 Direktur Merza Fachys
9 Direktur Jeremiah Ratadhi

Kepemilikan

[sunting | sunting sumber]
  • Axiata Investments Indonesia Sdn. Bhd. (Axiata): 34,8%
  • Stellar (Sinar Mas): 32,2% yang terdiri dari:
    • PT Bali Media Telekomunikasi: 24,6%
    • PT Global Nusa Data: 4,7%
    • PT Wahana Inti Nusantara: 2,9%
  • PT Gerbangmas Tunggal Sejahtera (Sinar Mas): 2,6%
  • Publik: 30,4%[1][141]

Identitas

[sunting | sunting sumber]

Logo

[sunting | sunting sumber]

Setelah diakuisisi oleh Telekom Malaysia, Excelcomindo mulai menggunakan kalimat "A TM Company" di bawah logonya. Dengan pemisahan bisnis internasional TM ke Axiata pada tahun 2008, XL kemudian memperkenalkan logo baru yang mengombinasikan logonya dengan simbol Axiata di pojok kanan atas. Logo gabungan ini diperkenalkan pada Indonesian Cellular Show 2009 di tanggal 10 Juni 2009, yang menjadi komitmen XL untuk menjelajah Asia bersama delapan operator lain di bawah Axiata. Operator "saudara" XL tersebut, yaitu Celcom (Malaysia), M1 (Singapura), Hello (Kamboja), Idea Cellular (India), Dialog (Sri Lanka), AKTEL (Bangladesh), Multinet (Pakistan) dan MTCE (Iran). XL juga diharapkan bisa memiliki kesamaan layanan dan kualitas serupa dengan para operator tersebut.[142]

Pada tanggal 28 Oktober 2014, XL Axiata mulai memiliki logo tersendiri untuk memisahkan dari merek produk XL yang juga meluncurkan logo baru di hari yang sama. Berbeda dengan logo operator milik Axiata lainnya, simbol "prisma" grup telekomunikasi tersebut kini diletakkan di kiri, di samping wordmark XL Axiata. Prisma berwarna-warni tersebut merupakan simbol bahwa Axiata terbentuk dari berbagai operator di Asia yang karakteristik pasarnya amat beragam. Ragam warna juga menyimbolkan energi, sebagai refleksi Axiata yang melihat situasi dari aneka perspektif, demi menyatukan partner dan menghubungkan pengguna layanan mereka di Asia maupun seluruh dunia.[143]

Dengan adanya merger XL dengan Smartfren, per 17 April 2025, XLSMART mulai menggunakan lambang "Infinity World". Logo ini melambangkan konektivitas tanpa batas dan peluang tak berujung. Lingkaran di tengah lambang ini mempresentasikan teknologi kelas dunia, kemudian tulisan nomor 8 dengan bentuk interwoven mempresentasikan kolaborasi antara manusia dan ide, dan juga antara jaringan yang sekarang terkumpul dengan satu tujuan. Gaya huruf geometrik di sebelah kanan lambang ini melambangkan kekuatan kesejahteraan, dan kembali momentum ke depan. Setiap elemen di gaya huruf ini dimaksudkan bahwa setiap garis, setiap lingkaran, dibangun untuk bergerak bersama ke masa depan.[144]

  • 1995–1996
    1995–1996
  • 1996–2004
    1996–2004
  • 2001–2004
    2001–2004
  • 2004–2006
    2004–2006
  • 2006–2009
    2006–2009
  • 2009–2014
    2009–2014
  • 2014–2025
    2014–2025
  • 2025–sekarang
    2025–sekarang

Slogan

[sunting | sunting sumber]
  • #AdaUntukIndonesia (2022–2025)
  • Bersama, Melaju Tanpa Batas (2025–sekarang)

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  • MyRepublic
  • Daftar produk telekomunikasi di Indonesia
  • Telekomunikasi seluler di Indonesia

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f g h i j k l Ringkasan rancangan merger EXCL-FREN
  2. ^ a b Lapkeu XL Q1 2025
  3. ^ a b c d e "Prospektus Excelcomindo 2005" (PDF). Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 2023-03-31. Diakses tanggal 2021-02-09.
  4. ^ "Globe Asia". GlobeAsia Magazine. 21 Apr 2008 – via Google Books.
  5. ^ a b "Informasi". Yayasan Management Informasi. 21 Apr 1997 – via Google Books.
  6. ^ "XL Axiata > Home". Diarsipkan dari asli tanggal 2008-08-14. Diakses tanggal 2014-05-23.
  7. ^ "Indonesian Capital Market Directory". Institute for Economic and Financial Research. 21 Apr 2007 – via Google Books.
  8. ^ "Far Eastern Economic Review". 21 Okt 1995 – via Google Books.
  9. ^ "NYNEX joins Indonesian cellular venture; largest U.S. investment in Indonesian telecommunications market". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-08-15. Diakses tanggal 2021-02-09.
  10. ^ "NYNEX ENTERS CELLULAR VENTURE FOR GSM NETWORK IN INDONESIA". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-08-14. Diakses tanggal 2021-02-09.
  11. ^ a b "Panji masyarakat". Yayasan Nurul Islam. 21 Sep 1997 – via Google Books.
  12. ^ "Yearbook of Asia-Pacific Telecommunications". CIT Publications. 21 Apr 2004 – via Google Books.
  13. ^ Excelcomindo ramaikan bisnis telepon seluler, Berita Yudha 7 November 1996 hlm. 4
  14. ^ "JP/Excelcomido installs 17-km microcell network". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-06-10. Diakses tanggal 2021-02-09.
  15. ^ "Indonesia News Service". Indonesia Publications,. 21 Apr 1996 – via Google Books.
  16. ^ a b c d "Yearbook of Asia-Pacific Telecommunications". CIT Publications. 21 Apr 2002 – via Google Books.
  17. ^ Junardy, Y. w. "Full Circle". PT Mizan Publika – via Google Books.
  18. ^ "AsiaCom: Asia-Pacific TV, Cable, Satellite, and Telecommunications". Baskerville Communications Corporation. 21 Apr 2000 – via Google Books.
  19. ^ "Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis". Obor Sarana Utama. 21 Apr 1998 – via Google Books.
  20. ^ "Indonesia News Service". Indonesia Publications,. 21 Apr 1999 – via Google Books.
  21. ^ a b "Gamma". Garda Media Mandiri. 21 Okt 2001 – via Google Books.
  22. ^ "Gamma". Garda Media Mandiri. 21 Mei 1999 – via Google Books.
  23. ^ "Eksekutif". Trend Media. 21 Apr 1999 – via Google Books.
  24. ^ Jonatan, Simon (21 Apr 2007). "Launching for Marketer + Box". Gramedia Pustaka Utama – via Google Books.
  25. ^ "JP/Excelcomindo's new service". Diarsipkan dari asli tanggal 2021-11-09. Diakses tanggal 2021-02-09.
  26. ^ Horas 6 Tahun excelcom, Waspada 28 Oktober 2002 hlm. 6
  27. ^ Masuyama, Seiichi; Vandenbrink, Donna (21 Jan 2003). "Towards a Knowledge-based Economy: East Asia's Changing Industrial Geography". Institute of Southeast Asian Studies – via Google Books.
  28. ^ "Panji masyarakat". Yayasan Nurul Islam. 21 Apr 2001 – via Google Books.
  29. ^ "Eksekutif". Trend Media. 21 Apr 2003 – via Google Books.
  30. ^ "Tempo: Indonesia's Weekly News Magazine". Arsa Raya Perdana. 21 Apr 2002 – via Google Books.
  31. ^ "Tele.com" – via books.google.co.id.
  32. ^ "AsiaCom Yearbook" – via books.google.co.id.
  33. ^ "Tahun 2005 Kerugian XL Melonjak 395%". Diarsipkan dari asli tanggal 2021-11-09. Diakses tanggal 2021-02-09.
  34. ^ "Latin America and the Caribbean in the World Economy" – via books.google.co.id.
  35. ^ "JP/Excelcomindo's profit falls by 46 percent". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-06-10. Diakses tanggal 2021-02-09.
  36. ^ "Telekom Malaysia remains committed for Excelcomindo". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-06-11. Diakses tanggal 2021-02-09.
  37. ^ "Mitsui Jual Sahamnya di Exelcomindo". Diarsipkan dari asli tanggal 2021-11-09. Diakses tanggal 2021-02-09.
  38. ^ "Malaysia Telecom Rencana Tambah Saham Excelcomindo". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-06-12. Diakses tanggal 2021-02-09.
  39. ^ "Pendaftaran Saham PT Excelcomindo Pratama Tbk". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-06-10. Diakses tanggal 2021-02-09.
  40. ^ "Telekom Malaysia Tambah Saham XL Sampai 56,9%". Diarsipkan dari asli tanggal 2023-04-08. Diakses tanggal 2021-02-09.
  41. ^ a b "Rumor XL Axiata Merger dengan Tri, Ini Jejak Historisnya". Diarsipkan dari asli tanggal 2023-04-08. Diakses tanggal 2021-02-09.
  42. ^ "Presdir Excelcomindo Mundur". Diarsipkan dari asli tanggal 2023-01-27. Diakses tanggal 2021-02-09.
  43. ^ "JP/Excelcomindo to issue bond for expansion, 3G". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-06-10. Diakses tanggal 2021-02-09.
  44. ^ XL Resmi Gelar Layanan 3G Nasional
  45. ^ "Telekom Malaysia Akan Tambah Saham Jadi 66,98 Persen di Excelcomindo". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-06-10. Diakses tanggal 2021-02-09.
  46. ^ "Rajawali dan Alfa Group Masih Malu-malu". Diarsipkan dari asli tanggal 2023-04-07. Diakses tanggal 2021-02-28.
  47. ^ "Prospektus Limited Public Offering 2009" (PDF). Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 2021-11-09. Diakses tanggal 2021-02-12.
  48. ^ "Etisalat Masuk, Pemegang Saham Lokal di XL Ludes". Diarsipkan dari asli tanggal 2023-04-08. Diakses tanggal 2021-02-09.
  49. ^ "Etisalat Masuk, Tidak Ada Lagi Pemegang Saham Lokal di XL". Diarsipkan dari asli tanggal 2023-01-27. Diakses tanggal 2021-02-09.
  50. ^ "65% Anggaran Belanja XL Sudah Ludes". Diarsipkan dari asli tanggal 2021-11-09. Diakses tanggal 2021-02-09.
  51. ^ "Excelcomindo Berubah Nama Jadi XL Axiata". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-06-10. Diakses tanggal 2021-02-10.
  52. ^ "Resmi Ganti Nama, XL Ingin Terdepan". Diarsipkan dari asli tanggal 2009-12-26. Diakses tanggal 2009-12-26.
  53. ^ Excelcomindo Bersalin Rupa Jadi XL Axiata
  54. ^ "Jual Saham XL, Etisalat Incar Rp 4,8 T". Diarsipkan dari asli tanggal 2021-11-09. Diakses tanggal 2021-02-09.
  55. ^ "UPDATE 1-UAE's Etisalat launches $502 mln stake sale in XL Axiata". Diarsipkan dari asli tanggal 2021-11-09. Diakses tanggal 2021-02-09.
  56. ^ "Etisalat Tuntaskan Penjualan Saham XL". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-06-11. Diakses tanggal 2021-02-09.
  57. ^ "Axiata akan Jual 20% Saham XL Senilai Rp 6,1 Triliun". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-06-10. Diakses tanggal 2021-02-09.
  58. ^ a b Panji, Aditya (26 September 2013). Hidayat, Wicak (ed.). "XL Axiata Akuisisi Axis". Kompas.com. Kompas.com. Diarsipkan dari asli tanggal 2023-10-16. Diakses tanggal 26 September 2013.
  59. ^ a b "Axis Ditaksir US$ 865 juta, XL dan STC Tandatangani CSPA". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-12-01. Diakses tanggal 2021-02-09.
  60. ^ "STC sets out stall to sell Axis Indonesia". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-06-10. Diakses tanggal 2021-02-09.
  61. ^ "Axis Diakuisisi XL, Negara tak jadi rugi". Diarsipkan dari asli tanggal 2023-01-17. Diakses tanggal 2021-02-09.
  62. ^ "PPM Ungkap Cerita di Balik Merger XL-AXIS". Diarsipkan dari asli tanggal 2021-11-09. Diakses tanggal 2021-02-09.
  63. ^ "Axis Diakuisisi XL, Negara Tak Jadi Rugi". Diarsipkan dari asli tanggal 2023-01-17. Diakses tanggal 2021-02-09.
  64. ^ a b "XL Axiata Merger dengan Axis Efektif Februari 2014". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-06-20. Diakses tanggal 2021-02-09.
  65. ^ "STC Putuskan Jual Axis". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-12-06. Diakses tanggal 2021-02-09.
  66. ^ "Akuisisi Axis, Harga Saham XL Naik 1,14% ke Rp4.425". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-10-01. Diakses tanggal 2021-02-09.
  67. ^ "Merger XL-Axis: Ini Alasan Kemenko Perekonomian Minta Ditinjau Ulang". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-12-03. Diakses tanggal 2021-02-09.
  68. ^ "Merger XL-Axis terganjal DPR?". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-06-14. Diakses tanggal 2021-02-09.
  69. ^ "Semua Regulator Setujui Akuisisi dan Merger XL-Axis". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-06-10. Diakses tanggal 2021-02-09.
  70. ^ Panji, Aditya. Wahyudi, Reza (ed.). "XL Resmi Akuisisi Axis". Kompas.com. Diarsipkan dari asli tanggal 2023-02-02. Diakses tanggal 2021-02-09.
  71. ^ KETERBUKAAN INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM PT XL AXIATA TBK
  72. ^ "XL-Axis Resmi Jadi Satu Badan Usaha". Diarsipkan dari asli tanggal 2023-04-22. Diakses tanggal 2021-02-09.
  73. ^ Panji, Aditya. Hidayat, Wicak (ed.). "XL dan Axis Resmi Jadi Satu Perusahaan". Kompas.com. Diarsipkan dari asli tanggal 2023-04-13. Diakses tanggal 2021-02-09.
  74. ^ "Merger XL-AXIS: Tidak Terbitkan Saham Baru". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-12-02. Diakses tanggal 2021-02-09.
  75. ^ Panji, Aditya (April 04, 2014). Hidayat, Wicak (ed.). "Jaringan XL dan Axis Segera "Disatukan"". Kompas.com. Diarsipkan dari asli tanggal 2022-05-27. Diakses tanggal 2014-04-08. ;
  76. ^ "Pertahankan Merek Axis, XL Bidik Pelanggan Telkomsel". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-12-03. Diakses tanggal 2021-02-09.
  77. ^ "Akhirnya XL Sukses Caplok Axis". Diarsipkan dari asli tanggal 2023-05-05. Diakses tanggal 2021-02-09.
  78. ^ Akhirnya! XL Bisa Lunasi Hutang Pembelian Axis
  79. ^ Saleh, Tahir. "Axiata Dilebur ke Telenor Norwegia? Saham XL Axiata Melesat". CNBC Indonesia. Diarsipkan dari asli tanggal 2023-05-02. Diakses tanggal 7 May 2019. ;
  80. ^ "Merger Axiata dan Telenor Resmi Batal". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-11-27. Diakses tanggal 2021-02-09.
  81. ^ "Saham FREN Lepas dari Geng Gocap, Ini Kisahnya". Diarsipkan dari asli tanggal 2023-04-06. Diakses tanggal 2021-02-09.
  82. ^ a b "Merger FREN dan EXCL Berhembus Kencang, Sahamnya Melesat". Diarsipkan dari asli tanggal 2023-12-11. Diakses tanggal 2023-12-11.
  83. ^ a b c "Aksi Korporasi Terbesar Telkomsel, XL Axiata dan Indosat Demi FMC 2023". Diarsipkan dari asli tanggal 2024-01-03. Diakses tanggal 2024-02-05.
  84. ^ "XL Satu, Layanan Konvergensi pertama di Indonesia dari XL AXIATA". Diarsipkan dari asli tanggal 2024-02-05. Diakses tanggal 2024-02-05.
  85. ^ "XL Axiata Raih Cuan Rp 1 Triliun, Bakal Fokus Layanan Konvergensi". Diarsipkan dari asli tanggal 2024-02-05. Diakses tanggal 2024-02-05.
  86. ^ Haryanto, Agus Tri. "Sah! XL Axiata Akuisisi Link Net Senilai Rp 8,72 Triliun". detikcom. Diarsipkan dari asli tanggal 2022-07-12. Diakses tanggal 2022-01-27.
  87. ^ "AR LINK 2022" (PDF). Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 2024-01-02. Diakses tanggal 2024-02-05.
  88. ^ "Layanan Konvergensi Atau FMC Jadi Mainan Baru Industri Telekomunikasi". Diarsipkan dari asli tanggal 2024-01-03. Diakses tanggal 2024-02-05.
  89. ^ "XL Axiata (EXCL) Tuntaskan Transaksi dengan Link Net (LINK) Total Rp 12 Triliun". Diarsipkan dari asli tanggal 2024-12-15. Diakses tanggal 2024-12-15.
  90. ^ Caplok Unit Bisnis Link Net, XL Axiata Rogoh Rp1,87 T
  91. ^ "Merger, First Media Bakal Beralih Jadi XL SATU".
  92. ^ "EXCL Akuisisi 51% Saham Hypernet Senilai Rp 321,3 M". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-09-02. Diakses tanggal 2022-04-11.
  93. ^ "XL Axiata-Hypernet luncurkan "Open Wifi" dan "Managed Wifi"". Diarsipkan dari asli tanggal 2024-02-05. Diakses tanggal 2024-02-05.
  94. ^ "Strategi Hypernet Capai Pertumbuhan Pendapatan 40% di 2023". Diarsipkan dari asli tanggal 2024-02-05. Diakses tanggal 2024-02-05.
  95. ^ "Menanti Akhir Teka-teki Merger XL Axiata (EXCL) dan Smartfren (FREN)". Diarsipkan dari asli tanggal 2025-01-08. Diakses tanggal 2024-12-15.
  96. ^ Mengintip Gerak Saham EXCL dan FREN saat Ada Rumor Masuknya Grup Salim
  97. ^ "DSSA Dikabarkan Akan Akuisisi MergeCo Hasil Merger FREN-EXCL, Begini Skemanya". Diarsipkan dari asli tanggal 2025-01-13. Diakses tanggal 2024-12-15.
  98. ^ "Axiata & Sinar Mas Jajaki Merger XL (EXCL) dan Smartfren (FREN), Begini Rekomendasi Sahamnya".
  99. ^ "Merger XL Axiata (EXCL) dan Smartfren (FREN) Ditargetkan Selesai Akhir Tahun". Diarsipkan dari asli tanggal 2024-12-15. Diakses tanggal 2024-12-15.
  100. ^ Bos Smartfren (FREN) Beri Bocoran Update Terbaru Merger XL Axiata (EXCL)
  101. ^ Mengintip Perkembangan Merger Smartfren XL Axiata, Sudah Sejauh Mana?
  102. ^ Merger EXCL dan FREN, Axiata Ungkap Alasan Tak Jadi Pengendali Utama XLSmart
  103. ^ "Konsolidasi XL-Smartfren, untuk siapa?". IndoTelko.
  104. ^ "Investor retail FREN tidak punya banyak pilihan..." Diarsipkan dari asli tanggal 2025-01-21. Diakses tanggal 2024-12-15.
  105. ^ Langkah Terjal XL Smart akibat Merger
  106. ^ "Smartfren Bakal Hilang Usai Merger XL Axiata, Ini Penjelasannya". Diarsipkan dari asli tanggal 2024-12-23. Diakses tanggal 2024-12-15.
  107. ^ Mediatama, Grahanusa (11 Des 2024). "XL Axiata dan Smartfren Umumkan Merger Strategis Senilai Rp 104 Triliun". kontan.co.id.
  108. ^ Abigail, Syahrizal Sidik, Patricia Yashinta Desy (16 Mei 2024). "Analis Sebut Merger XL dan FREN Bakal Menguntungkan, Ini Alasannya - Korporasi Katadata.co.id". katadata.co.id. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  109. ^ "Merger XL Smart, Hadapi Banyak Masalah".
  110. ^ "EXCL-FREN Merger, Karyawan Jalani PHK Massal?". Diarsipkan dari asli tanggal 2025-01-15. Diakses tanggal 2024-12-15.
  111. ^ "CEO XL Akhirnya Buka Suara Alasan Resign Jelang Merger Smartfren". Diarsipkan dari asli tanggal 2024-12-14. Diakses tanggal 2024-12-15.
  112. ^ Mubarok, Faesal. "4 Direktur XL Axiata (EXCL) Mundur dalam Sebulan, Ada Apa?". Fortune IDN.
  113. ^ Lagi, Bos XL Axiata Mundur di Tengah Proses Merger dengan Smartfren
  114. ^ a b "Bara yang menyala di balik konsolidasi XL-Smartfren". IndoTelko.
  115. ^ XLSmart Siap Kembalikan Frekuensi ke Komdigi: Lebih Efisien
  116. ^ Drama Merger XL Axiata dan Smartfren
  117. ^ "Axiata tawarkan buyback Rp2.350 bagi yang tolak merger EXCL dan FREN". Diarsipkan dari asli tanggal 2025-03-27. Diakses tanggal 2025-04-19.
  118. ^ "Ini Jajaran Direksi XLSmart, Perusahaan Gabungan XL dan Smartfren Halaman all - Kompas.com".
  119. ^ "Sinar Mas Dan Axiata Bangun Ekosistem Telekomunikasi dan Digital yang Andal". Diarsipkan dari asli tanggal 2025-02-09. Diakses tanggal 2025-04-19.
  120. ^ "Axiata dan Sinarmas Luncurkan XLSmart, Bidik Pendapatan Rp45,4 Triliun". Diarsipkan dari asli tanggal 2025-01-30. Diakses tanggal 2025-04-19.
  121. ^ "Komdigi Keluarkan Persetujuan Prinsip Merger XL Axiata, Smartfren, dan SmartTel pada Maret 2025". Diarsipkan dari asli tanggal 2025-02-21. Diakses tanggal 2025-04-19.
  122. ^ "Hasil Verifikasi Akhir, Kemenkomdigi Setujui Merger XL-Smartfren".
  123. ^ "XL dan Smartfren Merger, Integrasi Internal Jadi Tantangan". Diarsipkan dari asli tanggal 2025-03-25. Diakses tanggal 2025-04-19.
  124. ^ Ada Retno Marsudi hingga Arsjad Rasjid, XL Smart Sahkan Dewan Direksi dan Komisaris
  125. ^ Mediatama, Grahanusa (16 Apr 2025). "Tandatangani Akta Penggabungan, EXCL dan FREN Resmi Merger". kontan.co.id.
  126. ^ "Transaksi Crossing Saham EXCL Sentuh Rp 9,8 Triliun pada 16 April 2025". liputan6.com. 17 Apr 2025.
  127. ^ "XL-FREN Resmi Menjadi XLSmart (EXCL) hingga Saham FREN Delisting Besok". investortrust.id.
  128. ^ a b XLSMART Resmi Berdiri, Siap Perkuat Masa Depan Digital Indonesia
  129. ^ Usai Merger EXCL-FREN, XLSmart Tetapkan Lima Fokus Strategis
  130. ^ XL Smart Resmi Beroperasi, Tegaskan Tidak akan Lakukan PHK
  131. ^ Sejarah XL Axiata
  132. ^ "TM to spend MYR12.2 million on submarine link with Indonesia". telegeography.com. Diakses tanggal 2014-05-23.
  133. ^ "Huawei to construct sea cables connecting RI and Malaysia | The Jakarta Post". thejakartapost.com. Diarsipkan dari asli tanggal May 24, 2014. Diakses tanggal 2014-05-23.
  134. ^ "ASC Customer Project Update February 2014; ASC International". ascinternational.net. Diakses tanggal 2014-11-01.
  135. ^ Operator Seluler XL Luncurkan Layanan 4G
  136. ^ XL Resmi Gelar 4G LTE "1.800 MHz" di Jakarta
  137. ^ Usai 3G, XL Matikan Jaringan 2G Bertahap
  138. ^ Bos XL Axiata Buka-bukaan Alasan 5G Masih Lelet di RI
  139. ^ Resmi Merger, XL SMART Akan Fokus pada Pengembangan 5G dan AI
  140. ^ "Pemimpin". Diarsipkan dari asli tanggal 2025-04-17. Diakses tanggal 2025-04-17.
  141. ^ "XL Axiata Informasikan Perubahan Pengendali Langsung maupun Tidak Langsung di XLSMART". pasardana.id.
  142. ^ Ganti Logo, XL Siap Jelajah Asia
  143. ^ Brand identity
  144. ^ "Makna Logo Infinity World di XLSmart: Konektivitas Tanpa Batas, Tak Berujung". Kumparan. 18 April 2025.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  • (Indonesia) Situs web resmi
  • l
  • b
  • s
Axiata Group
Grup struktur pada 31 Oktober 2010
Sepenuhnya milik anak perusahaan
  • Malaysia Celcom
  • Kamboja Hello
Tidak sepenuhnya milik anak perusahaan
  • Sri Lanka Dialog
  • India Idea
  • Singapura M1
  • Iran MTCE
  • Pakistan Multinet
  • Bangladesh Robi
  • Thailand Samart
  • Malaysia Tune Talk
  • Indonesia XLSmart (XL | XL Satu | AXIS | Smartfren)
  • l
  • b
  • s
Sinar Mas
Utama
  • Asia Pulp & Paper
  • Sinar Mas Agribusiness & Food
  • Sinar Mas Communication & Technology
    • XLSmart
      • XL (telekomunikasi)
      • XL Satu
      • AXIS
      • Smartfren
  • Sinar Mas Energy & Infrastructure
  • Sinar Mas Financial Services
  • Sinar Mas Healthcare
  • Sinar Mas Land
Lain-lain
  • Eka Tjipta Foundation
  • Institut Teknologi Sains Bandung
  • Sinarmas World Academy
  • l
  • b
  • s
Operator dan layanan telekomunikasi seluler Indonesia
GSM dan 4G LTE
Telkomsel
Telkomsel Halo · Telkomsel PraBayar · by.U
Indosat
IM3 · 3
XLSmart
XL · XL Prioritas · AXIS · Smartfren · Power Up
Satelit
PSN/ACeS
ByRU · PASTI
Merek-merek operator terdahulu
Axis Telekom Indonesia
dahulu Natrindo Telepon Seluler
AXIS · NTS · Lippo Telecom
Bakrie Telecom
dahulu Radio Telepon Indonesia
Esia · AHA · Wifone · Wimode · Ratelindo
First Media
Sitra
Berca Global Access
WiGO · Hinet
Indosat
Matrix · Mentari · StarOne · MPWR · IM2 Broom
Indosat-M3
Smart · Bright
Internux
BOLT!
Komselindo
dahulu Elektrindo Nusantara
Komselindo (Spirit) · Gesit · Swara
Metrosel
dahulu Centralindo Panca Sakti,
dan Centralindo Pancasakti Cellular
Metrosel · Metrostar
Net1 Indonesia
dahulu Rajasa Hazanah Perkasa,
Mandara Selular Indonesia,
Mobile Selular Indonesia,
dan Sampoerna Telekom
Era Mobitel · Mobisel (Orbit) · Neo_n · Ceria · Net1 Indonesia
Satelindo
Satelindo Card (Matrix) · Mentari
Smartfren Telecom
dahulu Mobile-8 Telecom
Fren · Hepi · Mobi · Kartu Ummat · Smartfren · Power Up · Switch
Smart Telecom
Smart
Telepoint Nusantara
Telepoint
Telesera
dahulu Telekomindo Primabhakti
Telesera · Kompak
Telkom Indonesia
Flexi · C-Phone
Telkomsel
simPATI · Kartu As · LOOP · Kartu Facebook
Hutchison 3 Indonesia
dahulu Hutchison CP Telecommunications
3 (Tri)
XLSMART
dahulu Excelcomindo dan XL Axiata
Live.On · Hauraa · Bebas · Jempol · Jimat · Xplor · Pro-XL · GSM-XL
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=XLSMART&oldid=27295393"
Kategori:
  • Perusahaan yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia
  • Perusahaan Indonesia
  • Operator telekomunikasi seluler Indonesia
Kategori tersembunyi:
  • Pages using the JsonConfig extension
  • Galat CS1: parameter tidak didukung
  • Galat CS1: tanggal
  • Galat CS1: parameter berlebih
  • Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list
  • Situs web resmi berbeda dengan Wikidata dan Wikipedia

Best Rank
More Recommended Articles