Aris Setiono
Aris Setiono | |
---|---|
Bupati Banyumas ke-30 | |
Masa jabatan 1998–2008 | |
Presiden | B. J. Habibie Abdurrahman Wahid Megawati Soekarnoputri Susilo Bambang Yudhoyono |
Gubernur | Mardiyanto Ali Mufiz |
Informasi pribadi | |
Lahir | 30 November 1947 Wonogiri, Jawa Tengah, Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
![]() ![]() |
Aris Setiono (lahir 30 November 1947) adalah seorang politisi yang pernah menjabat sebagai Bupati Banyumas. Ia lahir di Wonogiri, tanggal 30 November 1947 dan dibesarkan di keluarga petani yang tinggal di daerah terpencil dan jauh dari kota. Masa kecil Aris dipenuhi dengan perjuangan. Termasuk harus berjalan kaki sejauh 5 kilometer untuk bersekolah setiap hari. Sepulang sekolah, ia terbiasa membantu orang tuanya di sawah dan memelihara ternak.[1]
Aris mengaku tidak memiliki kelebihan khusus semasa kecil dan menjalani hidup sebagaimana anak kampung pada umumnya. Sejak duduk di bangku SMP, ia harus hidup mandiri karena bersekolah jauh dari rumah. Setelah tamat SMA, ia mencoba masuk perguruan tinggi di Yogyakarta dan Semarang, namun gagal. Kemudia ia memutuskan untuk kembali ke kampung dan mengajar di SMP selama satu tahun.
KARIER
Pada tahun 1955, Aris memutuskan untuk bergabung dengan KAMRA dan membantu TNI dalam menumpas pemberontakan G30/SPKI. Sejak saat itu timbul keinginan pada dirinya untuk menjadi anggota TNI. Ia mendaftar AKABRI dan diterima pada tahun 1967, lalu lulus pada tahun 1970.
Aris mempunyai kebiasaan menonton pertunjukan wayang, dan dari kebiasaanya itu ia mengidolakan tokoh Hanoman. Menurutnya Hanoman adalah sosok yang pemberani dan setia pada negaranya. Dalam hidup aris mempunyai tiga pedoman utama: bersyukur pada Allah, mengevaluasi diri agar tidak sombong, dan selalu berupaya menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.
Sebagai seorang Bupati Banyumas, aris menaruh perhatian besar pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ia menekankan pada pentingnya perubahan sikap mental dikalangan aparatur pemerintah daerah, serta memberi wewenang dan kepercayaan penuh kepada bawahannya dalam mengambil keputusan, kecuali dalam kasus sangat penting yang harus dibahas bersama.
Referensi
- ^ Pemimpin pemerintahan Indonesia era otonomi: profil gubernur & bupati. IIP Press. 2002.