Bayan Resources
![]() | |
Jenis perusahaan | Perseroan terbatas |
---|---|
Kode emiten | BEI: BYAN |
Industri | Pertambangan batu bara |
Didirikan | 7 Oktober 2004 |
Pendiri | Low Tuck Kwong |
Kantor pusat | Jakarta, Indonesia |
Wilayah operasi | Indonesia |
Tokoh kunci | Low Tuck Kwong(Direktur Utama) Purnomo Yusgiantoro(Komisaris Utama) |
Jasa | |
Pendapatan | IDR 12,304 triliun (2024) |
IDR 3,472 triliun (2024) | |
Total aset | IDR 56,32 triliun (2024) |
Total ekuitas | IDR 36,96 triliun (2024) |
Pemilik | Low Tuck Kwong (40,1%) Elaine Low (22%) PT Sumber Suryadana Prima (10,00%) Publik (21,3%) |
Karyawan | 4.149 (2024) |
Anak usaha | Lihat anak usaha |
Situs web | www |
PT Bayan Resources Tbk adalah sebuah perusahaan pertambangan batu bara yang berkantor pusat di Jakarta. Hingga akhir tahun 2020, perusahaan ini memegang 5 Kontrak Karya Batubara (PKP2B) dan 16 Izin Usaha Pertambangan (IUP) dengan total luas konsesi mencapai 126.293 hektar di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.[1][2]
Sejarah
Perusahaan ini memulai sejarahnya pada bulan November 1997 saat Low Tuck Kwong mengakuisisi PT Gunungbayan Pratamacoal (GBP), pemegang konsesi sebuah tambang batubara di Muara Tae, Kalimantan Timur. Pada bulan Juni 1998, Gunungbayan Pratamacoal mulai mengoperasikan Blok II, dan pada bulan Oktober 1998, Low Tuck Kwong juga mengakuisisi PT Dermaga Perkasapratama (DPP) yang memiliki dan mengelola Balikpapan Coal Terminal (BCT) yang berkapasitas hingga 24 juta metrik ton per tahun. Pada bulan Oktober 2004, Low Tuck Kwong mendirikan perusahaan ini untuk menaungi semua bisnis batu baranya di Indonesia.
Pada bulan Februari 2005, perusahaan ini mulai menambang batu bara di Tabang, Kutai Kartanegara. Pada tahun 2007, PT Perkasa Inakakerta, PT Teguh Sinarabadi, dan PT Wahana Baratama Mining mulai beroperasi. Pada bulan Mei 2008, Gunungbayan Pratamacoal mulai mengoperasikan Blok I. Pada bulan Agustus 2008, perusahaan ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Pada bulan yang sama, melalui PT Muji Lines, perusahaan ini juga mulai mengoperasikan Kalimantan Floating Transfer Barge (KFT-1) untuk memfasilitasi pemindahan muatan batu bara dari tongkang ke kapal di lepas pantai Kalimantan Selatan.
Pada bulan Juli 2010, KEPCO mengakuisisi 20% saham perusahaan ini. Pada tahun 2011, perusahaan ini mengakuisisi 56% saham Kangaroo Resources Pty Ltd yang saat itu memiliki 13 konsesi pertambangan. Gunungbayan Pratamacoal juga memperpanjang kontrak kerja sama penambangan dengan PT Bukit Makmur Mandiri Utama hingga tahun 2017, dengan nilai kontrak mencapai US$640 juta.[3] Pada bulan Juni 2012, perusahaan ini mulai mengoperasikan Lubuk Tutung Coal Terminal (LTCT), dan pada bulan November 2012, perusahaan ini mulai mengoperasikan KFT-2 untuk memfasilitasi pemindahan muatan batu bara dari tongkang ke kapal di lepas pantai Kalimantan Timur.
Pada bulan Maret 2015, perusahaan ini berhasil menyelesaikan fase awal pengembangan jalan dan dermaga di Tambang Tabang. Pada bulan Oktober 2017, PT Senyiur Sukses Pratama mengakuisisi 10% saham perusahaan ini. Pada bulan Juli 2018, PT Tiwa Abadi mulai melakukan eksplorasi di konsesi yang mereka pegang. Pada akhir tahun 2018, perusahaan ini meningkatkan kepemilikan sahamnya di Kangaroo Resources menjadi 100%. Pada bulan November 2019, PT Tanur Jaya mulai melakukan eksplorasi di konsesi yang mereka pegang, dan pada bulan Desember 2019, perusahaan ini mulai membangun jalan pengangkutan batu bara sepanjang 101 kilometer ke Sungai Mahakam. Pada bulan Maret 2020, PT Tanur Jaya mendapat izin untuk memproduksi batu bara.[1][2] Pada tahun 2023, bersama Bayan Energy, perusahaan ini mengakuisisi 100% saham PT Kariangau Power.[4]
Pada bulan Juni 2024, Indonesia Pratama memperpanjang kontrak kerja sama pengangkutan dengan Mandiri Herindo Adiperkasa hingga tahun 2034, dengan nilai kontrak mencapai Rp19 triliun[5] Pada bulan Oktober 2024, Indonesia Pratama juga memperpanjang kontrak kerja sama penambangan dengan Bukit Makmur Mandiri Utama hingga tahun 2035, dengan nilai kontrak mencapai Rp107,8 triliun.[6] Pada tahun 2025, perusahaan ini membubarkan Kangaroo Resources.[7]
Anak usaha
Hingga akhir tahun 2020, perusahaan ini sudah memiliki 30 anak usaha, yakni:[1]
- PT Perkasa Inakakerta
- PT Wahana Baratama Mining
- PT Firman Ketaun Perkasa
- PT Teguh Sinarabadi
- PT Gunungbayan Pratamacoal
- PT Fajar Sakti Prima
- PT Bara Tabang
- PT Brian Anjat Sentosa
- PT Dermaga Perkasapratama
- PT Muji Lines
- PT Indonesia Pratama
- PT Bayan Energy
- PT Metalindo Prosestama
- PT Kariangau Power
- Kangaroo Minerals Pty Ltd
- PT Tanur Jaya
- PT Silau Kencana
- PT Orkida Makmur
- PT Tiwa Abadi
- PT Sumber Api
- PT Dermaga Energi
- PT Bara Sejati
- PT Apira Utama
- PT Cahaya Alam
- PT Mamahak Coal Mining
- PT Bara Karsa Lestari
- PT Mahakam Energi Lestari
- PT Mahakam Bara Energi
- PT Karsa Optima Jaya
- PT Sumber Aset Utama
Referensi
- ^ a b c Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaannual
- ^ a b "Profil Perusahaan". PT Bayan Resources Tbk. Diakses tanggal 6 Februari 2022.
- ^ Kartini, Dupla (20 Desember 2011). "BYAN perpanjang kontrak pertambangan dengan BUMA". Kontan. Diakses tanggal 20 Maret 2025.
- ^ Hafiyyan, Hafiyyan (4 Desember 2023). "Bayan (BYAN) Akuisisi Kariangau Power Milik Orang Terkaya RI". Bisnis Indonesia. Diakses tanggal 20 Maret 2025.
- ^ Aprilia, Zefanya (6 Juni 2024). "Mandiri Herindo (MAHA) Dapat Kontrak Batu Bara Bayan (BYAN) Rp23,9 T". CNBC Indonesia. Diakses tanggal 20 Maret 2025.
- ^ Puspadini, Mentari (28 Oktober 2024). "Bidik Rp107,8 T, BUMA Perpanjang Kontrak dengan Grup Bayan". CNBC Indonesia. Diakses tanggal 20 Maret 2025.
- ^ Andi, Dimas (19 Maret 2025). "Bayan Resources (BYAN) Bubarkan Anak Usahanya di Australia". Kontan. Diakses tanggal 20 Maret 2025.