Bubur lambuk
Malaysia memiliki hubungan erat dengan Indonesia, baik dari segi geografis maupun budaya. Salah satu kesamaan yang mencolok adalah mayoritas penduduknya yang beragama Islam dan tradisi dalam menyambut bulan suci Ramadhan dengan penuh keistimewaan. Di Malaysia, Ramadhan tidak hanya menjadi waktu untuk meningkatkan ibadah, tetapi juga kesempatan untuk menikmati berbagai kuliner khas berbuka puasa. Salah satu hidangan yang menjadi ikon berbuka puasa di Malaysia adalah bubur lambuk.[1]
Tradisi Bubur Lambuk di Malaysia
Bubur lambuk merupakan bubur khas Malaysia yang secara tradisional disajikan saat bulan Ramadhan. Hidangan ini dibuat dari beras yang dimasak dengan daging sapi, udang, serta berbagai jenis sayuran dan rempah-rempah khas, sehingga menghasilkan rasa yang gurih dan lezat, terutama ketika dinikmati dalam keadaan hangat.[2][3]
Tradisi membagikan bubur lambuk secara gratis di masjid-masjid telah berlangsung selama bertahun-tahun. Salah satu tempat yang paling terkenal dengan bubur lambuknya adalah Masjid Jamek Kampung Baru di Kuala Lumpur. Masjid ini telah mempertahankan tradisi memasak dan mendistribusikan bubur lambuk kepada masyarakat selama lebih dari 100 tahun. Tradisi ini tidak hanya menjadi bagian dari budaya kuliner Malaysia, tetapi juga simbol solidaritas dan kebersamaan selama bulan Ramadhan.[4]
Fenomena Budaya dan Antusiasme Masyarakat
Setiap sore selama Ramadhan, bubur lambuk dibagikan secara gratis di berbagai masjid, termasuk di Kampung Baru. Pembagian bubur ini biasanya dilakukan setelah shalat Ashar, sekitar pukul 5 sore. Uniknya, antrian panjang yang terbentuk untuk mendapatkan bubur lambuk tidak hanya terdiri dari penduduk Melayu yang beragama Islam, tetapi juga dari berbagai latar belakang etnis dan agama, seperti masyarakat Tionghoa dan India. Hal ini mencerminkan nilai inklusivitas dan kebersamaan dalam budaya Malaysia.[2]
Mantan Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Razak, juga diketahui sebagai salah satu penggemar bubur lambuk Kampung Baru. Dalam salah satu pernyataannya, ia pernah mengungkapkan bahwa menunggu dalam antrian panjang untuk mendapatkan bubur ini mungkin terasa melelahkan, namun semua usaha tersebut terbayar ketika tiba waktu berbuka puasa dan menikmati bubur lambuk bersama keluarga atau komunitas.[5][2]
Bubur Lambuk di Masa Pandemi
Selama pandemi COVID-19, tradisi pembagian bubur lambuk di masjid sempat mengalami pembatasan. Departemen Agama Islam Wilayah Federal (JAWI) Malaysia mengeluarkan kebijakan yang melarang pelaksanaan buka puasa di masjid dan membatasi distribusi makanan untuk mencegah penyebaran virus. Namun, dengan semakin membaiknya situasi, Masjid Jamek Kampung Baru telah kembali melanjutkan tradisi berbagi bubur lambuk kepada masyarakat.[6]
Rujukan
- ^ "Mengenal Bubur Lambuk, Sajian Khas Ramadhan Negeri Jiran". Republika Online. Diakses tanggal 2025-03-05.
- ^ a b c "Mengenal Bubur Lambuk, Sajian Berbuka Puasa Khas dari Malaysia". kumparan. Diakses tanggal 2025-03-05.
- ^ "Mengenal Bubur Lambuk, Sajian Khas Ramadhan Negeri Jiran". Republika Online. Diakses tanggal 2025-03-05.
- ^ www.astroawani.com https://www.astroawani.com/berita-malaysia/masjid-jamek-kampung-baru-sedia-4-000-bubur-lambuk-sehari-462015. Diakses tanggal 2025-03-05.
- ^ Aidil (2022-04-18). "GERAKAN Hulu Selangor sumbang 150kg beras untuk menjayakan bubur lambuk". GERAKAN (dalam bahasa Melayu). Diakses tanggal 2025-03-05.
- ^ www.astroawani.com https://www.astroawani.com/berita-malaysia/agihan-bubur-lambuk-secara-pandu-lalu-patuhi-sop-covid-19-293414. Diakses tanggal 2025-03-05.