Bulang taji
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan. (September 2025) |

Bulang Taji merupakan salah satu aksesori perhiasan tradisional dalam pakaian adat Lampung, khususnya pada busana pengantin adat Pepadun. Aksesori ini berfungsi sebagai hiasan pada Siger Pepadun, mahkota tradisional yang dikenakan mempelai wanita. Siger tersebut biasanya dibuat dari logam emas, kuningan, perak, atau tembaga yang disepuh dengan warna emas sehingga tampak berkilau. Pada bagian mahkota, selain dihiasi dengan bunga cempaka dan seraja bulan, Bulang Taji juga menjadi elemen penting yang memperindah tampilan pengantin. Keberadaan Bulang Taji termasuk dalam dua puluh kosakata aksesori pakaian adat Lampung Pepadun yang masing-masing memiliki makna filosofis mendalam [1]
Etimologi
Secara etimologis, kata bulang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki beberapa arti. Istilah ini dapat merujuk pada kain yang dililitkan di kepala, perhiasan dari emas yang dipakai pengantin pada bagian kepala, atau tali pengikat taji, yakni alat tajam yang dipasang di kaki ayam sabungan. Sementara itu, kata taji mengacu pada senjata runcing yang ditempelkan pada ayam aduan untuk memperkuat serangan. Dengan demikian, istilah Bulang Taji dalam konteks budaya Lampung dapat dipahami sebagai perhiasan yang menyerupai atau melambangkan ketajaman dan kekuatan sebagaimana taji ayam sabung.
Fungsi dan Penggunaan
Dalam adat Pepadun, Bulang Taji berfungsi lebih dari sekadar hiasan. Sebagai bagian dari perlengkapan Siger, perhiasan ini memberikan kesan anggun dan megah pada pengantin wanita, sekaligus menunjukkan status sosial keluarga. Pakaian adat Pepadun dikenal sarat dengan makna simbolis, dan setiap aksesori yang dikenakan memiliki fungsi tertentu. Bulang Taji, dalam hal ini, menjadi simbol penting yang menegaskan nilai kepemimpinan, kekuatan, dan keteguhan hati. Oleh karena itu, pemakaiannya tidak hanya terkait aspek estetis, tetapi juga mencerminkan filosofi kehidupan masyarakat Lampung.
Makna Simbolis
Bulang Taji memiliki makna yang erat dengan nilai keberanian, ketegasan, serta ketangguhan dalam menghadapi tantangan hidup. Dalam budaya Pepadun, simbol ini juga berkaitan dengan sistem kepemimpinan adat yang dikenal melalui prosesi cakak pepadun, yaitu pelantikan seorang Penyimbang sebagai keturunan raja Lampung [2] . Nama taji yang diambil dari senjata ayam sabungan menggambarkan ketajaman berpikir dan keberanian dalam mengambil keputusan. Dengan demikian, Bulang Taji tidak hanya mempercantik pengantin, tetapi juga menyampaikan pesan filosofis tentang kepemimpinan dan tanggung jawab dalam menjalani kehidupan berumah tangga.
Identitas Budaya
Selain fungsi estetis dan simbolis, Bulang Taji turut merepresentasikan identitas budaya masyarakat Lampung. Aksesori ini menjadi penanda bahwa masyarakat Lampung, khususnya dalam adat Pepadun, menjunjung tinggi karakter tegas, berani, serta berpegang teguh pada nilai adat istiadat. Keberadaan Bulang Taji hingga kini menunjukkan bagaimana warisan budaya masih dipertahankan sebagai bagian dari tradisi pernikahan adat. Dengan demikian, perhiasan ini tidak hanya bernilai artistik, tetapi juga memperkuat eksistensi budaya Lampung di tengah perkembangan zaman.
Referensi
- ^ "KAJI AN MAKNA PADA AKSESORI PAKAI AN ADAT LAMPUNG PEPADUN". Sirok Bastra. 6 (2): 139–150. 2018. doi:10.37671/sb.v6i2.137.
- ^ Cathrin, Wikandaru, Indah, Bursan, Shely, Reno, Astrid Veranita, Rinaldi (2021). "NILAI-NILAI FILOSOSFIS TRADISI BEGAWI CAKAK PEPADUN LAMPUNG". Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. 22 (2): 97–118. doi:10.52829/pw.321. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)