Cilampe
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan. (Agustus 2025) |
Cilampe
Cilampe Tjilampe (ejaan lama) | |
---|---|
Kampung/desa bersejarah | |
Negara | ![]() |
Provinsi | ![]() |
Kabupaten | Kabupaten Tangerang |
Kecamatan (kini) | Kosambi |
Kecamatan (dahulu) | Teluknaga |
Wilayah kini | Sebagian kawasan masuk Kebon Cau dan Salembaran |
Zona waktu | UTC+7 (WIB) |
Kode pos | 15211–15215 |
Cilampe (ejaan lama: Tjilampe) adalah nama kawasan perdesaan bersejarah di pesisir utara Kabupaten Tangerang, yang kini secara administratif termasuk ke dalam Kebon Cau dan Salembaran di Kecamatan Kosambi, Provinsi Banten. Pada masa Hindia Belanda, Cilampe tercatat berada di onderdistrict Teluknaga dan dikenal sebagai sentra persawahan, perkebunan kelapa, dan jalur perdagangan hasil bumi ke pasar pesisir. [butuh rujukan]
Toponimi
Nama Cilampe berasal dari gabungan Ci (air/sungai) dalam bahasa Sunda Banten dan lampe/lampé yang merujuk pada genangan atau cekungan berair. Peta kolonial awal abad ke-20 menuliskan nama ini sebagai Tjilampe dalam ejaan Van Ophuijsen. [butuh rujukan]
Perubahan administratif
- Abad ke-19 – 1960-an: Termasuk wilayah onderdistrict Teluknaga (afdeeling Tangerang) dalam sistem pemerintahan Hindia Belanda.
- Era Orde Baru: Pemekaran desa membuat Cilampe terbagi ke Kebon Cau dan Salembaran, mengikuti batas saluran irigasi dan pemukiman.
- Sekarang: Masuk Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang.
Sejarah
Masa kolonial
Arsip topografi 1905 dan laporan Statistiek van Landbouw en Handel mencatat Cilampe sebagai wilayah pertanian produktif dengan sawah irigasi musiman, kebun kelapa, dan palawija. Akses transportasi pada masa itu menggunakan jalan tanah dan perahu kecil melalui kanal menuju Teluknaga dan pesisir Laut Jawa.
Jawara Banten
Kawasan Cilampe juga dikenal memiliki tokoh-tokoh jawara yang berperan menjaga keamanan kampung, mengatur air irigasi, dan mengawal perdagangan. Pada masa kolonial, beberapa jawara diawasi karena pengaruh sosialnya yang besar di masyarakat pesisir. [butuh rujukan]
Komunitas Cina Benteng
Interaksi dengan komunitas Cina Benteng di utara Tangerang sudah terjadi sejak lama. Mereka terlibat dalam usaha penggilingan padi, perdagangan kopra, penyewaan perahu, dan kios di jalur niaga. Arsitektur rumah panggung, langgar, dan klenteng kecil di wilayah ini mencerminkan perpaduan budaya Banten–Tionghoa lokal.
Geografi
Wilayah Cilampe berada di dataran rendah pesisir (±2–3 m dpl) dengan tanah aluvial. Pola ruang tradisionalnya meliputi pematang lurus (galengan), lebak tergenang musiman, rumpun kelapa sebagai penanda batas, dan permukiman di gundukan tanah tinggi.
Ekonomi tradisional
Sejak abad ke-19, ekonomi Cilampe bertumpu pada:
- padi sawah dan padi rawa musiman,
- perkebunan kelapa/kopra,
- pengangkutan hasil bumi ke Kosambi dan Teluknaga,
- pengolahan padi tradisional (lesung, lumbung),
- pekerjaan musiman di tambak pesisir.
Budaya
Masyarakat Cilampe memadukan budaya pesisir Banten dengan pengaruh Tionghoa lokal, termasuk:
- Pencak silat (aliran Banten),
- kesenian lenong dan gambang kromong,
- upacara sedekah bumi dan sedekah laut,
- tradisi marhaba dan pengajian kampung.
Warisan dan situs
- Sisa saluran irigasi kolonial.
- Jejak pematang sawah tua pada citra udara.
- Kompleks pemakaman kampung lama.
- Pohon kelapa tua sebagai penanda batas tanah.
Lihat pula
Referensi
- Statistiek van Landbouw en Handel. Batavia: Landsdrukkerij. 1921.
- "Peta topografi pesisir Tangerang (1905)". Arsip Topografi Hindia Belanda.
- "Jaringan Niaga Pesisir Tangerang dan Komunitas Tionghoa Lokal".