More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Critical Raw Materials Act (Uni Eropa) - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Critical Raw Materials Act (Uni Eropa) - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Critical Raw Materials Act (Uni Eropa)

Tambah pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel atau bagian ini sedang dalam perubahan besar untuk sementara waktu. Untuk menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan pada halaman ini selama pesan ini ditampilkan.
Halaman ini terakhir disunting pada 08.15, 8 September 2025 (UTC) (77 detik lalu) – (hapus singgahan). Pesan ini dapat dihapus jika halaman ini sudah tidak disunting dalam beberapa jam. Jika Anda adalah penyunting yang menambahkan templat ini, harap diingat untuk menghapusnya setelah selesai atau menggantikannya dengan {{Akan dikerjakan}} di antara masa-masa menyunting Anda.
Critical Raw Materials Act (CRMA)
Parlemen Eropa dan Dewan Uni Eropa
Judul lengkap
  • Peraturan (UE) 2024/1252 yang menetapkan kerangka kerja untuk memastikan pasokan bahan baku kritis yang aman dan berkelanjutan
KutipanRegulation (EU) 2024/1252
Jangkauan wilayahUni Eropa
Tanggal disetujui11 April 2024
Dimulai23 Mei 2024

Critical Raw Materials Act (CRMA) adalah nama umum untuk Peraturan (UE) 2024/1252, yakni kerangka hukum Uni Eropa yang bertujuan menjamin pasokan bahan baku kritis yang aman dan berkelanjutan. Peraturan ini dipublikasikan di Official Journal pada 3 Mei 2024 dan mulai berlaku pada 23 Mei 2024, serta diposisikan sebagai salah satu pilar Rencana Industri Kesepakatan Hijau (Green Deal Industrial Plan).[1][2]

Skema proses ekstraksi litium dari brine geotermal.
Skema ekstraksi litium dari air garam geotermal (geothermal brine).

Tujuan utama CRMA adalah mengurangi ketergantungan UE pada impor dari segelintir negara, memperkuat rantai nilai bahan baku di dalam UE—mulai dari ekstraksi hingga daur ulang—serta membangun kemitraan internasional yang saling menguntungkan, seraya mendukung target iklim dan digital 2030.[2]

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]

Evolusi daftar material kritis

[sunting | sunting sumber]

Sejak 2011, Komisi Eropa secara triennial menilai daftar Critical Raw Materials (CRM), dengan peningkatan jumlah material yang diidentifikasi:[1]

  • 2011: 14 CRM diidentifikasi
  • 2014: 20 CRM
  • 2017: 27 CRM
  • 2020: 30 CRM
  • 2023: 34 CRM

Material-material ini terutama digunakan dalam teknologi transisi energi dan digital.[1]

Ketergantungan pada impor

[sunting | sunting sumber]

Pada saat proposal CRMA diajukan Maret 2023, Eropa menghadapi ketergantungan ekstrem pada impor, khususnya dari China:[3]

  • 98% kebutuhan tanah jarang dari China
  • 97% pasokan litium dari China
  • 93% pasokan magnesium dari China

Krisis COVID-19 dan invasi Rusia ke Ukraina semakin menyoroti kerentanan rantai pasok Eropa. Sebagai respons, Komisi Eropa mengajukan CRMA guna meningkatkan ketahanan ekonomi dan otonomi strategis, selaras dengan Rencana Industri Kesepakatan Hijau, dan berdampingan dengan Net-Zero Industry Act.[2]

Sejarah legislasi

[sunting | sunting sumber]
  • Musim gugur 2022 – Call for Evidence dilakukan sebagai konsultasi publik awal[4]
  • 16 Maret 2023 – Komisi Eropa mengajukan rancangan CRMA[5]
  • 18 Maret 2024 – Dewan UE memberi persetujuan final terhadap CRMA[6]
  • 11 April 2024 – CRMA diadopsi secara resmi
  • 3 Mei 2024 – Teks peraturan dipublikasikan di Official Journal[1]
  • 23 Mei 2024 – CRMA mulai berlaku[7]

Tujuan dan ruang lingkup

[sunting | sunting sumber]

CRMA menetapkan kerangka komprehensif untuk:

  • Mengidentifikasi prioritas material melalui daftar critical raw materials (CRM) dan strategic raw materials (SRM)
  • Mempercepat perizinan proyek hulu–hilir
  • Membangun ketahanan melalui pemantauan risiko, persyaratan kesiapsiagaan, dan peningkatan sirkularitas (termasuk magnet permanen)
  • Memperluas kemitraan dengan negara ketiga untuk diversifikasi pasokan[2]

Daftar material kritis dan strategis

[sunting | sunting sumber]

CRMA membedakan antara:

  • Bahan baku kritis (critical raw materials, CRM): Material yang penting untuk ekonomi UE dengan risiko pasokan tinggi
  • Bahan baku strategis (strategic raw materials, SRM): Subset CRM yang paling krusial untuk teknologi strategis (hijau, digital, pertahanan, dan dirgantara)

Contoh SRM yang kerap disorot mencakup:[8][9]

  • Litium (grade baterai)
  • Kobalt
  • Nikel (grade baterai)
  • Grafit alam (grade baterai)
  • Mangan (grade baterai)
  • Unsur tanah jarang untuk magnet permanen
  • Tembaga
  • Silikon untuk panel surya

Tolok ukur kapasitas 2030

[sunting | sunting sumber]

Untuk SRM, CRMA menetapkan tolok ukur (benchmarks) ambisius tingkat UE yang harus dicapai pada 2030:[2]

Tolok ukur Target 2030 (tingkat UE)
Ekstraksi dalam negeri ≥ 10% dari konsumsi tahunan UE
Pemrosesan dalam negeri ≥ 40% dari konsumsi tahunan UE
Daur ulang dalam negeri ≥ 25% dari konsumsi tahunan UE
Diversifikasi impor ≤ 65% dari konsumsi tahunan tiap SRM berasal dari satu negara ketiga

Proyek strategis dan perizinan

[sunting | sunting sumber]

CRMA memperkenalkan skema Proyek Strategis untuk mempercepat pengembangan kapasitas domestik UE dalam ekstraksi, pemrosesan, daur ulang, dan substitusi SRM.

Fasilitasi proyek strategis

[sunting | sunting sumber]

Proyek yang diakui sebagai strategis mendapat:[2]

  • Dukungan akses pembiayaan
  • Single point of contact di tiap negara anggota
  • Batas waktu perizinan yang dipangkas:
 - Maksimum 27 bulan untuk proyek ekstraksi
 - Maksimum 15 bulan untuk proyek pemrosesan dan daur ulang (di luar waktu penyusunan kajian lingkungan menurut hukum UE)

Proyek strategis pertama

[sunting | sunting sumber]

Pada 24 Maret 2025, Komisi Eropa untuk pertama kalinya menetapkan 47 Proyek Strategis guna memperkuat kapasitas domestik UE. Daftar rinci proyek dibagi menjadi:[10][11]

  • Proyek dalam UE (dipublikasikan 25 Maret 2025)
  • Proyek luar UE untuk kemitraan strategis (dipublikasikan 4 Juni 2025)

Isu dan tantangan

[sunting | sunting sumber]

Dimensi ekonomi

[sunting | sunting sumber]

Harga bahan baku kritis meningkat seiring kelangkaan atau kesulitan akses. Sebagai bagian dari ekonomi sirkular, CRMA mendorong daur ulang, penghematan, dan substitusi material bila memungkinkan.[2]

Dimensi geostrategis

[sunting | sunting sumber]

Material kritis dapat menjadi sumber konflik atau pendanaan konflik, seperti kasus coltan dan berlian darah di Afrika. CRMA berupaya membangun rantai pasok yang bertanggung jawab melalui kemitraan strategis.[12]

Dimensi lingkungan dan energi

[sunting | sunting sumber]

Menurut data UNEP 2013, sekitar 7-8% energi global digunakan untuk ekstraksi mineral. Paradoksnya, material yang sama dibutuhkan untuk teknologi energi terbarukan seperti magnet permanen untuk turbin angin dan komponen panel surya.[13]

Tantangan daur ulang

[sunting | sunting sumber]

Data UNEP menunjukkan kesenjangan besar dalam daur ulang global:[13]

  • Kurang dari 20 logam dari 60 yang dipelajari didaur ulang lebih dari 50%
  • 34 senyawa didaur ulang kurang dari 1% dari total yang dibuang

Eropa sendiri menghasilkan sekitar 12 juta ton limbah logam pada 2012, dengan pertumbuhan lebih dari 4% per tahun.

Dimensi kesehatan

[sunting | sunting sumber]

Beberapa material kritis bersifat toksik atau reprotoksik, menimbulkan tantangan dalam penanganan dan pemrosesan yang aman. Ini memerlukan standar kesehatan dan keselamatan kerja yang ketat.[2]

Kelembagaan dan pelaksanaan

[sunting | sunting sumber]

European Critical Raw Materials Board

[sunting | sunting sumber]

CRMA membentuk European Critical Raw Materials Board dengan fungsi:[7]

  • Memberi nasihat strategis tentang implementasi
  • Mengoordinasikan upaya antar negara anggota
  • Memantau pencapaian tolok ukur 2030
  • Memfasilitasi diskusi kemitraan strategis dengan negara ketiga
  • Mengawasi kesiapsiagaan risiko pasok

Mekanisme monitoring

[sunting | sunting sumber]

Komisi Eropa akan secara berkala mengevaluasi:[2]

  • Kemajuan menuju target 2030
  • Efektivitas proyek strategis
  • Perkembangan teknologi substitusi
  • Dampak lingkungan dan sosial

Kemitraan eksternal

[sunting | sunting sumber]

Strategi diversifikasi

[sunting | sunting sumber]

CRMA menekankan diversifikasi sumber pasok melalui Kemitraan Strategis (Strategic Partnerships) dengan negara mitra, sejalan dengan inisiatif Global Gateway. UE tidak akan pernah sepenuhnya mandiri dalam material kritis dan akan terus bergantung pada perdagangan internasional yang adil dan berkelanjutan.[2]

Kemitraan yang telah dibentuk

[sunting | sunting sumber]

Hingga 2024, UE telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan:[12][14][15]

  • Kanada – fokus pada mineral untuk baterai
  • Ukraina – kerja sama pasca-perang untuk litium dan titanium
  • Namibia – tanah jarang dan hidrogen hijau
  • Republik Demokratik Kongo dan Zambia (2023) – kobalt dan tembaga
  • Australia (2024) – litium dan tanah jarang
Magnet neodimium mengangkat bola baja.
Magnet neodimium, contoh penggunaan tanah jarang untuk magnet permanen yang krusial dalam turbin angin dan motor listrik.

Implikasi bagi Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Posisi strategis Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Sebagai produsen nikel terbesar dunia—komoditas yang termasuk dalam daftar SRM/CRM relevan bagi baterai kendaraan listrik—Indonesia menempati posisi sangat penting dalam rantai pasok global. Pada 2023, produksi nikel tambang Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 2,0 juta ton (kandungan Ni), mewakili lebih dari separuh produksi global.[16]

Peluang dari CRMA

[sunting | sunting sumber]

Bagi pelaku usaha Indonesia, CRMA membuka peluang:[2][17]

  • Standar keberlanjutan yang meningkat: Pasar UE akan mensyaratkan standar lingkungan dan sosial yang lebih ketat, mendorong praktik pertambangan berkelanjutan
  • Diversifikasi pasar: Target diversifikasi UE (batas 65% dari satu negara) membuka peluang Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasar
  • Transfer teknologi: Kemitraan strategis dapat mencakup transfer teknologi untuk pemrosesan dan daur ulang
  • Investasi hilir: CRMA mendorong pemrosesan di negara mitra, sejalan dengan kebijakan hilirisasi Indonesia

Tantangan yang perlu diantisipasi

[sunting | sunting sumber]
  • Persyaratan due diligence rantai pasok yang ketat
  • Standar emisi karbon (terkait dengan CBAM)
  • Persaingan dengan negara produsen lain dalam menarik investasi UE
  • Kebutuhan sertifikasi dan audit keberlanjutan

Sinergi dengan IEU-CEPA

[sunting | sunting sumber]

Proses negosiasi IEU-CEPA dapat menjadi kanal strategis untuk:[2]

  • Memastikan akses pasar yang adil untuk produk mineral Indonesia
  • Mengamankan investasi untuk pengembangan industri hilir
  • Memfasilitasi transfer teknologi hijau
  • Membangun kerangka kerja sama jangka panjang dalam rantai pasok kritis

Kontroversi dan kritik

[sunting | sunting sumber]

Realisme target 2030

[sunting | sunting sumber]

Beberapa analisis mempertanyakan realisme target CRMA, terutama:[18][7]

  • Rendahnya tingkat daur ulang magnet tanah jarang di Eropa saat ini (kurang dari 1%)
  • Dominasi China dalam pemrosesan yang sulit dipatahkan dalam waktu singkat
  • Kebutuhan investasi masif yang belum sepenuhnya teralokasi
  • Tantangan perizinan di tingkat lokal meski ada percepatan di tingkat UE

Ketegangan dengan tujuan lingkungan

[sunting | sunting sumber]

Terdapat potensi konflik antara percepatan ekstraksi domestik dengan tujuan perlindungan lingkungan UE, terutama terkait pembukaan tambang baru di area sensitif ekologis.[7]

Implikasi geopolitik

[sunting | sunting sumber]

CRMA dapat dipersepsikan sebagai proteksionisme atau upaya decoupling dari China, berpotensi memicu ketegangan perdagangan atau balasan kebijakan.[3]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  • Kesepakatan Hijau Eropa
  • Net-Zero Industry Act
  • Mekanisme Penyesuaian Perbatasan Karbon (CBAM)
  • Ekonomi sirkular
  • Transisi energi
  • Unsur tanah jarang

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d European Parliament & Council (3 Mei 2024). "Regulation (EU) 2024/1252 of 11 April 2024 establishing a framework for ensuring a secure and sustainable supply of critical raw materials". EUR-Lex. Diakses tanggal 7 September 2025.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l European Commission (2024). "Critical Raw Materials Act — Overview". DG Internal Market, Industry, Entrepreneurship and SMEs. Diakses tanggal 7 September 2025.
  3. ^ a b European Commission (30 Maret 2023). "Speech by President von der Leyen on EU-China relations to the Mercator Institute for China Studies and the European Policy Centre". European Commission. Diakses tanggal 7 September 2025.
  4. ^ European Commission (2022). "Call for evidence - European Critical Raw Materials Act". European Commission. Diakses tanggal 7 September 2025.
  5. ^ International Energy Agency. "European Critical Raw Materials Act (policy)". IEA. Diakses tanggal 7 September 2025.
  6. ^ Council of the European Union (18 Maret 2024). "Strategic autonomy: Council gives its final approval on the Critical Raw Materials Act". Consilium. Diakses tanggal 7 September 2025.
  7. ^ a b c d European Parliamentary Research Service (24 November 2024). "Implementing the EU's Critical Raw Materials Act (Briefing)" (PDF). EPRS. Diakses tanggal 7 September 2025.
  8. ^ Joint Research Centre (2025). "Critical and strategic materials (CRM/SRM)". European Commission RMIS. Diakses tanggal 7 September 2025.
  9. ^ European Parliament (2024). "European Critical Raw Materials Act — Legislative Train". European Parliament. Diakses tanggal 7 September 2025.
  10. ^ European Commission (24 Maret 2025). "Commission selects 47 Strategic Projects to secure and diversify the EU's supply of critical raw materials". Press Corner. Diakses tanggal 7 September 2025.
  11. ^ European Commission (2025). "Selected strategic projects under the CRMA". DG GROW. Diakses tanggal 7 September 2025.
  12. ^ a b European Commission (26 Oktober 2023). "Global Gateway: EU signs strategic partnerships on critical raw materials value chains with DRC and Zambia" (PDF). Press Corner. Diakses tanggal 7 September 2025.
  13. ^ a b United Nations Environment Programme (24 April 2013). "Metal Recycling: Opportunities, Limits, Infrastructure". International Resource Panel, UNEP. Diakses tanggal 7 September 2025.
  14. ^ European External Action Service (28 Mei 2024). "EU and Australia sign partnership on sustainable critical and strategic minerals". EEAS. Diakses tanggal 7 September 2025.
  15. ^ European Commission. "Critical raw materials — Partnerships". DG GROW. Diakses tanggal 7 September 2025.
  16. ^ U.S. Geological Survey (19 Juni 2025). "The Mineral Industry of Indonesia in 2023" (PDF). USGS. Diakses tanggal 7 September 2025.
  17. ^ European Commission. "European Critical Raw Materials Act (Green Deal Industrial Plan)". European Commission. Diakses tanggal 7 September 2025.
  18. ^ Reuters (26 Juni 2025). "EU announces list of 47 strategic metals projects". Reuters. Diakses tanggal 7 September 2025.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  • Teks resmi di EUR-Lex
  • Ikhtisar CRMA — Komisi Eropa (DG GROW)
  • Legislative Train — Parlemen Eropa
  • RMIS/JRC — Daftar CRM/SRM
  • Proyek strategis di bawah CRMA
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Critical_Raw_Materials_Act_(Uni_Eropa)&oldid=27792595"
Kategori:
  • Hukum Uni Eropa
  • Bahan baku
  • Transisi energi
  • Kebijakan lingkungan Uni Eropa
  • 2024 dalam Uni Eropa
Kategori tersembunyi:
  • Galat CS1: nama generik
  • Artikel dalam perubahan besar

Best Rank
More Recommended Articles