Daerah tangkapan air

Daerah tangkapan air atau catchment area adalah wilayah geografis yang secara alami atau buatan menangkap, menampung, dan mengarahkan air hujan ke suatu titik keluaran seperti sungai, danau, waduk, atau sistem drainase.[1][2] Istilah ini umum digunakan dalam kajian hidrologi, konservasi tanah dan air, serta perencanaan infrastruktur sumber daya air.[3]
Asdak (2010) mendefinisikan, Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai suatu wilayah daratan yang secara topografis dibatasi oleh punggung-punggung pegunungan yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau catchment area) yang merupakan suatu ekosistem daerah unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumberdaya alam.[4]
Karakteristik
- Topografi: Berada di wilayah yang lebih tinggi dan memiliki lereng menuju titik keluaran air.
- Fungsi: Menyimpan air hujan dan mengatur aliran permukaan menuju sungai atau waduk.
- Skala: Dapat mencakup area kecil (misalnya tangkapan air untuk sebuah embung) atau menjadi bagian dari wilayah yang lebih besar seperti DAS.
Manfaat Kajian
- Menentukan lokasi pembangunan waduk dan bendungan.
- Menghitung potensi air permukaan dan kebutuhan konservasi.
- Menyusun strategi tata guna lahan untuk mengurangi limpasan dan erosi.
Pandangan Alternatif: DTA (Catchment) vs DAS (Watershed)
Menurut Hill Country Alliance, istilah water catchment area (daerah tangkapan air) dianggap lebih tepat dibandingkan watershed. Mereka berpendapat bahwa;[5]
- Catchment area mencerminkan sistem siklus air yang menangkap, menyimpan, dan menggunakan air secara bijak, bukan sekadar “mengalirkan” atau “membuang” air seperti yang tersirat dalam istilah watershed.
- Catchment mencakup interaksi antara sistem alam dan manusia—seperti sungai, hutan, pertanian, dan pemukiman—yang semuanya berkontribusi terhadap kesehatan ekosistem air.
- Pengelolaan catchment yang sehat dapat menyediakan air minum bersih, habitat alami, dan peluang pertanian berkelanjutan.
Perbedaan dengan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Aspek | Daerah Tangkapan Air | Daerah Aliran Sungai (DAS) |
---|---|---|
Definisi | Wilayah yang menangkap dan menyalurkan air hujan ke satu titik keluaran | Wilayah yang mengalirkan air melalui jaringan sungai menuju muara |
Skala | Biasanya lebih kecil dan spesifik | Lebih luas dan mencakup sistem aliran lengkap |
Tujuan pengelolaan | Teknis dan konservatif (struktur air) | Terpadu (biofisik, sosial, dan ekonomi) |
Penggunaan istilah | Umum dalam teknik sipil dan hidrologi | Umum dalam perencanaan wilayah dan ekologi lanskap |
Contoh penggunaan | Daerah tangkapan Waduk Jatiluhur | DAS Citarum, DAS Brantas |
Pandangan HCA | Menekankan pentingnya “menangkap dan melestarikan” air | Istilah “shed” dalam "watershed" dianggap kurang mencerminkan konservasi |
Sumber bacaan
- Permen LHK No. P.61/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2016 – untuk pengelolaan DAS secara terpadu.
- Arnold, J.G., et al. (1998) – untuk pendekatan teknis dan model hidrologi catchment.
- Departemen PU Indonesia (2006) – untuk perencanaan bendungan dan analisis tangkapan air.
Referensi
- ^ "Daerah Tangkapan Air Danau". jdih.maritim.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-07-16.
- ^ "Water catchments". Science Learning Hub (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-07-16.
- ^ "Perluasan daerah tangkapan air cara lestarikan air". Antara News Lampung. 2024-12-04. Diakses tanggal 2025-07-16.
- ^ ePrints - UNDIP - Tinjauan Pustaka
- ^ "Water Catchment Areas (Watersheds) | Hill Country Alliance". hillcountryalliance.org. Diakses tanggal 2025-07-16.