Dawet Pati
Dawet Pati | |
---|---|
Nama lain | Dawet Pesantenan |
Sajian | penutup |
Tempat asal | ![]() |
Daerah | Pati, Jawa Tengah |
Suhu penyajian | hangat atau dingin |
Bahan utama | tepung tapioka, santan, pandan, kelapa kopyor. |
![]() ![]() |
Dawet Pati atau disebut juga Dawet Pesantenan adalah minuman khas dari Kabupaten Pati, biasanya dawet berbahan dasar tepung beras, tetapi dawet dari Pati menggunakan bahan tepung tapioka. Kemunculan dawet khas Pati berkaitan erat dengan sejarah kabupaten Pati.[1]
Dawet pati terdapat tambahan khasnya adalah penambahan cempedak, daging buah kelapa kopyor, dan irisan buah naga kecil-kecil ke dalamnnya, terkadang dilengkapi dengan tambahan dengan tape gembong. Dawet Pati menggunakan Cempedak karena aroma cempedak lebih tajam dan khas dibandingkan Nangka.
Sejarah
Asal-usul kabupaten Pati berkaitan erat dengan Dawet. Setelah kemenangan Carangsoka atas Paranggaruda di bawah pimpinan Adipati Puspa Andungjaya, Paranggaruda menjadi bagian Carangsoka. Adipati mengangkat Ki Dalang Sapanyana sebagai punggawa dan menikahkan putrinya, Dewi Rayungwulan, dengan Raden Kembangjaya.
Untuk menjaga wilayah dari kemungkinan perlawanan, Raden Kembangjaya pindah ke daerah perbatasan, menyeberangi Bengawan Silugangga, dan membuka pemukiman baru bersama Ki Dalang Sapanyana.
Di sana, muncul Ki Sagola, seorang penjual dawet. Minuman yang dijual Ki Sagola menarik Raden Kembangjaya. Sehingga sang raden pun berinisiatif menggantikan nama Carangsoka dengan “Pesantenan”[2] Asal-usul Nama Pesantenan yang diambil dari jawaban Ki Sagola yang mengatakan, dawet terbuat dari santen (santan). Nama Kadipaten Pesantenan itu bertahan hingga kemudian berubah menjadi Kabupaten Pati, tetapi kisah Ki Sagola tetap dikenang.