Debat mengenai pengeboman Hiroshima dan Nagasaki

Debat mengenai pengeboman Hiroshima dan Nagasaki terkait dengan kontroversi etika, legal dan militer pengeboman atom Hiroshima dan Nagasaki yang dilakukan oleh Amerika Serikat pada tanggal 6 Agustus dan 9 Agustus 1945 demi mengakhiri Perang Dunia Kedua (1939–45). Di satu sisi dianggap sudah tepat karena terbukti membuat Jepang menyerah, tetapi di sisi yang lain dianggap tidak tepat karena banyaknya korban sipil yang berjatuhan berjatuhan tapi bom ini sangat efektif untuk membuat Jepang menyerah dan menghindari perang total diatas tanah Jepang dalam Operation Downfall. Sebelum Amerika menjatuhkan duo bom atom tersebut ke Hiroshima dan Nagasaki, para jendral, ahli militer dan petinggi-petinggi lainnya di kubu Amerika sudah menyusun strategi dan menghitung untuk menguasai Jepang secara skala penuh melalui sebuah serbuan besar-besaran keatas daratan Jepang.
Dari hitung-hitungan yang berdasarkan jumlah kekuatan, luas wilayah, step-step wilayah yang harus dilalui, metodenya, serta sospolbud dari penduduk Jepang, Amerika memperkirakan jumlah korban dari kedua sisi akan sangat besar, Amerika sendiri memperkirakan ratusan ribu pasukannya akan menjadi korban, sementara di Jepang sendiri, jutaan manusia baik dari militer, pemerintahan, sampai sipil akan menjadi korban kalau dilihat dari militansi masyarakatnya, singkat kata Amerika menggunakan bom Atom untuk memberi peringatan terakhir sebelum perang skala penuh diluncurkan.
Dampak Negatif terhadap Militer dan Kebijakan Luar Negeri AS
Penulis dan ekonom Prancis, Frédéric Saint Clair, menunjukkan bahwa pengeboman atom di Hiroshima dan Nagasaki tertanam dalam strategi militer Amerika sebagai "pengalaman yang berhasil", yang menyebabkan Amerika Serikat bertindak berdasarkan asumsi keliru bahwa "menundukkan musuh dengan kekuatan" akan efektif dalam perang-perang selanjutnya—seperti Perang Vietnam dan Perang Irak—sehingga menyebabkan konsekuensi negatif jangka panjang.[1]
Peristiwa pada 6, 9, dan 10 Agustus 1945, mendukung tesis bahwa para militeris Amerika telah mengingat—dan terus menghidupkannya kembali selama beberapa dekade. Namun, ada banyak contoh sebaliknya. Bencana Teluk Babi pada tahun 1961. Fiasco besar dari Perang Vietnam, dari 1955 hingga 1975. Perang tanpa akhir di Afghanistan, yang dimulai setelah peristiwa 11 September 2001. Kegagalan Perang Irak, yang dimulai pada tahun 2003, meskipun ada "kemenangan" AS dan jatuhnya sang diktator—jika seseorang mempertimbangkan kekacauan yang telah berlangsung di wilayah tersebut sejak saat itu. Dan ini bukan daftar yang lengkap.
Sejarawan Amerika tentang Jepang modern, John Dower, juga menunjukkan bahwa pembingkaian positif Amerika terhadap pendudukan Jepang dan pengeboman atom kemudian memiliki konsekuensi negatif. Ia berpendapat bahwa Jepang kemungkinan besar akan menyerah bahkan tanpa invasi AS — selama AS menerima keberlanjutan keberadaan kaisar, yang pada akhirnya memang diterima.[2]
Dower juga mengkritik pemerintahan Bush karena mempromosikan Jepang sebagai kasus keberhasilan demokratisasi dalam konteks non-Barat. Ia menunjukkan bahwa hal ini tidak hanya mengabaikan perdebatan yang terus berlangsung dan seringkali kontroversial di Jepang tentang masa pendudukan, tetapi juga gagal mengakui perbedaan besar antara Jepang dan Irak. Meskipun terdapat perbedaan tersebut, pemerintahan tersebut tetap mencoba menggunakan Jepang sebagai model.[3]
Sebagai contoh, Dower mencatat bahwa Jepang telah mengalami perkembangan demokratis sebelumnya, seperti diberlakukannya Konstitusi Meiji setelah Restorasi Meiji dan periode Demokrasi Taisho. Ia juga menekankan isolasi geografis Jepang sebagai negara kepulauan, sejarah panjang identitas bersama, dan relatif tidak adanya perpecahan masyarakat yang dalam berdasarkan agama atau etnis.[3]
Tren ini berlanjut hingga tahun 2024, ketika Lindsey Graham berpendapat bahwa karena Amerika Serikat menjatuhkan dua bom atom di Jepang pada akhir Perang Dunia II, Israel juga seharusnya menggunakan segala jenis bom di Jalur Gaza.[4] Alex Lo, seorang kolumnis yang berbasis di Hong Kong, menulis bahwa elit penguasa Amerika mulai kehilangan akal sehat, dengan mengungkit kejahatan perang atau genosida Amerika satu demi satu untuk membenarkan genosida oleh Israel.[5] Tim Walberg dan Randy Fine juga mengungkapkan pandangan serupa dan menyampaikan pernyataan yang sejalan.[6][7][8]
Killing for peace: kontradiksi retorika “mal yang diperlukan”
Killing for peace adalah strategi retoris di mana pemimpin politik dan militer membenarkan korban sipil besar-besaran sebagai “mal yang diperlukan” untuk mencapai perdamaian.[9]
Contoh terkenal adalah pengeboman atom di Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945. Presiden AS, Harry S. Truman, mengklaim serangan itu akan mempercepat berakhirnya perang dan menyelamatkan nyawa. Namun, beberapa sejarawan berpendapat Jepang sudah hampir menyerah, dan pengeboman juga dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan Amerika di tatanan pascaperang yang baru.[9]
Cendekiawan Afrika Selatan Na’eem Jeenah, peneliti senior di Mapungubwe Institute dan Direktur Eksekutif Afro–Middle East Centre, menyebut logika ini sebagai “moralitas yang bengkok.” Menurut Jeenah:[9]
- Pemimpin menampilkan diri sebagai pencari perdamaian, sementara korban digambarkan sebagai penghalang perdamaian atau “teroris.”
- Jepang dipilih sebagai target bom atom, bukan Jerman, mencerminkan hierarki rasial, dengan nyawa Jepang dinilai lebih rendah daripada Eropa.
- Retorika “mal yang diperlukan” yang sama muncul dalam konflik berikutnya, termasuk pengeboman AS di Kamboja selama Perang Vietnam, invasi Irak 2003, dan operasi militer Israel saat ini di Gaza.
- Di bawah hukum internasional saat ini, serangan sengaja terhadap warga sipil dan tindakan militer yang tidak proporsional tidak dapat dibenarkan sebagai langkah “yang diperlukan” untuk mengakhiri perang.
- Jeenah berpendapat bahwa logikanya sama dalam semua kasus: kepentingan kelompok yang dianggap “unggul” diprioritaskan di atas nyawa kelompok yang dianggap “inferior.”
Jeenah dan kritikus lain menyoroti kontinuitas sejarah serta kontradiksi hukum dan moral dalam narasi killing for peace.[9]
Opini publik
Amerika Serikat
Pew Research Center melakukan survei pada tahun 2015 yang menunjukkan bahwa 56% orang Amerika mendukung pengeboman atom di Hiroshima dan Nagasaki, sementara 34% menentang.[10] Studi tersebut menyoroti dampak perbedaan generasi terhadap pendapat responden, dengan menunjukkan bahwa dukungan terhadap pengeboman sebesar 70% di kalangan warga Amerika berusia 65 tahun ke atas, tetapi hanya 47% di kalangan usia 18 hingga 29 tahun. Afiliasi politik juga memengaruhi tanggapan; dukungan tercatat sebesar 74% di kalangan Republikan dan 52% di kalangan Demokrat.[10]
Terdapat juga perbedaan dukungan dan penolakan berdasarkan kelompok etnis. Menurut survei CBS News, 49% warga kulit putih Amerika mendukung pengeboman atom, sementara hanya 24% dari warga non-kulit putih yang mendukung.[11]
Persetujuan masyarakat Amerika terhadap pengeboman tersebut telah menurun secara signifikan sejak tahun 1945, ketika jajak pendapat dari Gallup menunjukkan 85% mendukung dan hanya 10% yang menolak.[12] Empat puluh lima tahun kemudian, pada tahun 1990, Gallup melakukan jajak pendapat lagi dan menemukan bahwa 53% mendukung dan 41% menentang.[12] Jajak pendapat Gallup lainnya pada tahun 2005 mencerminkan temuan Pew Research Center tahun 2015, dengan 57% mendukung dan 38% menolak.[12] Meskipun data dari Pew dan Gallup menunjukkan penurunan tajam dalam dukungan terhadap pengeboman selama setengah abad terakhir, para ilmuwan politik dari Stanford melakukan penelitian yang mendukung hipotesis mereka bahwa dukungan publik Amerika terhadap penggunaan kekuatan nuklir kemungkinan akan tetap setinggi tahun 1945 jika skenario serupa terjadi di masa kini.[13]
Dalam sebuah studi tahun 2017 yang dilakukan oleh ilmuwan politik Scott D. Sagan dan Benjamin A. Valentino, responden ditanya apakah mereka akan mendukung penggunaan senjata nuklir dalam situasi hipotetik yang akan membunuh 100.000 warga sipil Iran dibandingkan invasi yang akan menewaskan 20.000 tentara Amerika. Hasilnya menunjukkan bahwa 59% warga Amerika akan menyetujui serangan nuklir dalam situasi tersebut.[14] Namun, survei Pew tahun 2010 menunjukkan bahwa 64% warga Amerika menyetujui pernyataan Barack Obama bahwa AS tidak akan menggunakan senjata nuklir terhadap negara-negara yang tidak memilikinya.[15]
Negara-negara lain
Pengeboman atom sering dibahas dari sudut pandang bahwa tindakan tersebut mengurangi jumlah korban jiwa di kalangan tentara, tetapi pandangan ini mencerminkan perspektif Amerika Serikat; di negara-negara lain, isu ini sering diperdebatkan dari sudut pandang yang berbeda.
Jepang
Dalam survei tahun 2015, 79% orang Jepang mengatakan bahwa pengeboman tersebut tidak dapat dibenarkan, sementara 14% mengatakan bahwa itu dapat dibenarkan.[16][17]
Meskipun militer Jepang adalah pihak yang memulai Perang Pasifik, bahkan mereka yang mengkritik militer tidak serta merta mendukung pengeboman atom. Shigeru Yoshida dan Jiro Shirasu dikenal menentang perang dan sering berselisih dengan militer selama Perang Pasifik. Setelah Perang Dunia II, mereka mendapatkan popularitas yang kuat di kalangan masyarakat Jepang.[18][19]
GHQ mendesak pihak Jepang untuk menerjemahkan draf konstitusi baru berbahasa Inggris ke dalam bahasa Jepang hanya dalam beberapa hari. Dikatakan bahwa mereka menggunakan kata "atom" — yang merupakan tabu bagi orang Jepang saat itu — untuk mengintimidasi agar proses dipercepat, dengan berkata secara blak-blakan, "Kami telah menikmati sinar matahari atom kalian."[20][21][22] Mendengar ini, Yoshida dilaporkan marah besar, menghentakkan kakinya dan berteriak, "Apa-apaan itu?!" Ia membalas dengan sarkastis, "GHQ berarti Go Home Quickly!" — sebuah sentimen yang dikatakan disetujui oleh Jiro Shirasu.[20][21][22]
Negara-negara Eropa
Dalam survei tahun 2016, 41% responden Inggris mengatakan bahwa pengeboman tersebut adalah keputusan yang salah, sementara 28% mengatakan itu adalah keputusan yang benar.[23][24]
Alex Wellerstein, sejarawan nuklir di Stevens Institute of Technology, mengatakan bahwa sementara negara-negara yang diserang oleh Jepang mendukung pengeboman atom, warga Eropa pada umumnya memiliki pandangan dingin. Mereka terkejut bahwa sebagian besar orang Amerika percaya bahwa pengeboman Hiroshima dan Nagasaki dibenarkan secara moral.[25]
Survei internasional tahun 2025 yang dilakukan di enam negara Barat menunjukkan perbedaan signifikan dalam pandangan publik mengenai pembenaran moral pengeboman Hiroshima dan Nagasaki. Di negara-negara Eropa, mayoritas responden menganggap pengeboman tersebut tidak dibenarkan secara moral — 81% di Jerman, 78% di Italia, 75% di Spanyol, 57% di Prancis, dan 50% di Inggris. Sebaliknya, opini publik di Amerika Serikat lebih terbagi: 38% mengatakan pengeboman dibenarkan secara moral, 35% mengatakan tidak, dan 26% tidak yakin.[26]
Negara-negara Asia
Di Filipina, pengeboman Hiroshima dan Nagasaki sering dianggap sebagai faktor yang mempercepat akhir Perang Dunia II dan sekaligus mengakhiri pendudukan Jepang.[27] Namun, ada juga pandangan kritis karena sejarah kolonisasi Amerika di negara tersebut. Perang Filipina-Amerika (1899–1902) dan peristiwa seperti Pembantaian Balangiga serta perintah terkenal Jenderal Jacob H. Smith untuk “bunuh semua yang berusia di atas sepuluh tahun” menimbulkan pandangan negatif terhadap imperialisme Amerika.[28]
Di Korea Selatan, sering dikatakan bahwa pengeboman atom turut berkontribusi terhadap kemerdekaan Korea.[29][30] Namun, saat itu Korea berada di bawah penjajahan Jepang, dan banyak orang Korea datang ke Jepang sebagai imigran atau pekerja perang. Diperkirakan puluhan ribu orang Korea menjadi Hibakusha akibat pengeboman tersebut.[31][32] Narasi dekolonisasi ini sering mengabaikan para korban Korea yang sebenarnya. Para hibakusha Korea telah mengkritik baik Jepang maupun Amerika Serikat. Jeon Wonsul, ketua Asosiasi Korban Bom Atom Korea, mengatakan, “Amerika Serikat yang menjatuhkan bom atom, dan Jepang yang memulai perang. Sudah 78 tahun berlalu, tetapi baik AS maupun Jepang belum pernah meminta maaf."[33] Perbedaan pandangan terhadap pengeboman atom menjadi penghalang pemahaman antara orang Korea Selatan dan Zainichi Korea.[34]
Di Vietnam, karena afiliasinya dengan Uni Soviet selama Perang Dingin, pandangan resmi pemerintah adalah bahwa masuknya Uni Soviet ke dalam perang — bukan pengeboman atom — yang menyebabkan berakhirnya Perang Pasifik. Namun, beberapa tokoh seperti Nguyễn Chí Thiện berpendapat bahwa pengeboman tersebut adalah faktor penentu dalam menyerahnya Jepang.[35] Di sisi lain, pengeboman tersebut juga banyak dikritik. Lembaga Ilmu Sosial dan Humaniora Militer Vietnam telah menerbitkan makalah yang menyamakan penggunaan Agent Orange oleh AS di Vietnam dengan pengeboman atom dalam hal kebrutalan.[36]
Negara-negara yang bermasalah dengan AS
Pandangan terhadap pengeboman atom juga sangat negatif di negara-negara yang sedang berselisih diplomatik dengan Amerika Serikat. Pada tahun 1959, Che Guevara saat mengunjungi Hiroshima berkata, “Tidakkah kalian orang Jepang marah atas kekejaman yang dilakukan AS terhadap kalian?”[37] Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei mengatakan, "Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima pada Agustus 1945, membantai 100.000 orang dalam sekejap. Ini menunjukkan bahwa militer AS yang hegemonik secara moral bangkrut, tidak beragama, dan atheis."[38]
Pada tahun 2009, Presiden Venezuela Hugo Chávez dalam konferensi pers bersama Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad berkata, "Mereka (Amerika Serikat) yang memiliki bom atom, dan ingatlah bahwa kaum imperialis Yankee menjatuhkan bom itu di Hiroshima dan Nagasaki."[39] Ia juga mengatakan bahwa Amerika Serikat harus meminta maaf atas pengeboman tersebut pada akhir Perang Dunia II.[40]
Referensi
- Catatan
- ^ Hiroshima, Nagasaki : les Etats-Unis devraient-ils être jugés pour crime contre l'humanité ?
- ^ John W. Dower, Cultures of War: Pearl Harbor / Hiroshima / 9-11 / Iraq (New York: W. W. Norton & Company, 2010), Bab 10, "The Logic Behind the Atomic Bombings."
- ^ a b John W. Dower, Cultures of War: Pearl Harbor / Hiroshima / 9-11 / Iraq (New York: W. W. Norton & Company, 2010), Bab 13, "The Occupations of Japan and Iraq."
- ^ Marquez, Alexandra (May 12, 2024). "Sen. Lindsey Graham says Israel should do 'whatever' it has to while comparing the war in Gaza to Hiroshima and Nagasaki". NBC News. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal May 22, 2024. Diakses tanggal May 13, 2024.
- ^ To nuke or to level Gaza? That is the question
- ^ Republican congressman suggests nuking Gaza
- ^ Republican Congressman Says of Gaza: ‘It Should Be Like Nagasaki and Hiroshima’
- ^ "Need to be defeated": GOP Rep. Fine says Gaza should be "nuked" in response to DC shooting
- ^ a b c d [[1](https://trt.global/world/article/48f4ba285994) Killing for peace: How leaders justify atrocities in the name of ending wars - TRT Global]
- ^ a b "70 years after Hiroshima, opinions have shifted on use of atomic bomb". Pew Research Center (dalam bahasa American English). 2015-08-04. Diakses tanggal 2018-03-17.
- ^ CBS News poll: What do Americans think of the 1945 use of the atomic bomb?
- ^ a b c Inc., Gallup. "Gallup Vault: Americans' Mindset After Hiroshima". Gallup.com (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2018-03-17.
- ^ University, Stanford (2017-08-08). "Americans weigh in on nuclear war | Stanford News". Stanford News (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2018-03-17.
- ^ Sagan, Scott D.; Valentino, Benjamin A. (2017-08-10). "Revisiting Hiroshima in Iran: What Americans Really Think about Using Nuclear Weapons and Killing Noncombatants". International Security (dalam bahasa Inggris). 42 (1): 41–79. doi:10.1162/ISEC_a_00284. ISSN 1531-4804. S2CID 57563501.
- ^ "Section 4: Foreign Policy". Pew Research Center for the People and the Press (dalam bahasa American English). 2010-04-28. Diakses tanggal 2018-04-20.
- ^ 70 years after Hiroshima, opinions have shifted on use of atomic bomb - Nikkei Asia
- ^ Americans, Japanese: Mutual Respect 70 Years After the End of WWII
- ^ 『実録首相列伝―国を担った男達の本懐と蹉跌』学研〈歴史群像シリーズ(70号)〉,pp 98-103,ISBN 978-4056031515
- ^ 白洲次郎の生涯をかけたメッセージ
- ^ a b Into the Atomic Sunshine: Shinya Watanabe's New York and Tokyo Exhibition on Post-War Art Under Article 9 Jean Miyake Downey, Shinya Watanabe
- ^ a b 白洲次郎 占領を背負った男 北 康利
- ^ a b The Tokyo Trial: a hollow victory for US imperialism
- ^ Younger Americans 'inclined to say dropping the bomb on Japan was the wrong decision' YouGov poll
- ^ Revisiting Hiroshima in Iran: What Americans Really Think about Using Nuclear Weapons and Killing Noncombatants Scott D. Sagan, Benjamin A. Valentino
- ^ How the Hiroshima bombing is taught around the world
- ^ VE Day 80: European and American attitudes towards World War 2
- ^ Hiroshima and Manila: Experiences and Memories of Loss in World War II Hitoshi Nagai pp. 271-286 Asian Journal of Peacebuilding
- ^ After Bud Dajo, Duterte brings up Balangiga Massacre ABS-CBN News
- ^ "히로시마 원폭투하, 민간인 공격 금지 국제조약 위반"
- ^ An Atomic Age Unleashed: Emancipation and Erasure in Early Korean Accounts of the Hiroshima and Nagasaki Bombings
- ^ 원폭국제민중법정① 1945년 美 원폭 투하...역사에서 지워진 조선인 10만 명
- ^ 埋もれた名前<6>朝鮮半島出身者 多数犠牲、解明には壁
- ^ 히로시마 찾은 한국 원폭 피해자들…“78년간 미·일 한마디도 없었다”
- ^ 「夢のよう」在日被爆者喜ばせた日韓首脳だが 避けられない歴史問題
- ^ "Vietnam dissident poet Nguyen Chi Thien dies in US". BBC News. 3 Agustus 2012. Diarsipkan dari asli tanggal 19 April 2013. Diakses tanggal 8 Oktober 2012.
- ^ [2]
- ^ [3]
- ^ [4]
- ^ [5]
- ^ [6]
- Daftar pustaka
- Allen, Thomas; Polmar, Norman (1995). Code-Name Downfall: The Secret Plan to Invade Japan—And Why Truman Dropped the Bomb. New York, NY: Simon & Schuster. ISBN 978-0-684-80406-4.
- Alperovitz, Gar (2004) [1965]. Atomic Diplomacy: Hiroshima and Potsdam (Edisi 2nd). New York, NY: Simon and Schuster. ISBN 978-0-745-30947-7.
- Anders, Roger M. (1986). "Military Library: Nuclear America by Gerard H. Clarfield and William M. Wiecek; Japan's Secret War by Robert K. Wilcox". Military Affairs. 50 (1): 56–57. JSTOR 1988558.
- Appleman, Roy E.; Burns, James M.; Gugeler, Russell A.; Stevens, John (2000). Okinawa: The Last Battle. Washington, DC: United States Army Center of Military History. Diarsipkan dari asli tanggal 2009-09-26. Diakses tanggal 2014-03-26. ;
- Axinn, Sidney (1986). "Honor, Patriotism, and Ultimate Loyalty". In Avner Cohen & Steven Lee, eds., Nuclear Weapons and the Future of Humanity: The Fundamental Questions (pp. 273–288). Totowa, NJ: Rowman & Allanheld. ISBN 978-0-847-67258-5.
- Bess, Michael (2006). Choices Under Fire: Moral Dimensions of World War II. New York, NY: Knopf. ISBN 978-0-307-26365-0.
- Bevan, Robert (2007). The Destruction of Memory: Architecture at War. London: Reaktion Books. ISBN 978-1-861-89638-4.
- Bix, Herbert P. (1996). "Japan's Delayed Surrender: A Reinterpretation". In Michael J. Hogan, ed., Hiroshima in History and Memory (pp. 80–115). Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-56206-5.
- ——— (2000). Hirohito And The Making Of Modern Japan. London: Gerald Duckworth. ISBN 978-0-715-63077-8.
- Boyd, Carl; Yoshida, Akihiko (2002). The Japanese Submarine Force and World War II. Annapolis, MD: Naval Institute Press. ISBN 978-1-557-50015-1.
- Boyle, Francis A. (2002). The Criminality of Nuclear Deterrence. Atlanta, GA: Clarity Press. ISBN 978-0-932-86333-1.
- Burrell, Robert S. (2006). The Ghosts of Iwo Jima. College Station, TX: Texas A&M University Press. ISBN 978-1-585-44483-0.
- Caney, Simon (2005). Justice beyond Borders: A Global Political Theory. Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-198-29350-7.
- Carroll, James (2006). House of War: The Pentagon and the Disastrous Rise of American Power. Boston, MA: Houghton Mifflin Harcourt. ISBN 978-0-618-18780-5.
- Chomsky, Noam (1967a). "The Responsibility of Intellectuals". The New York Review of Books. 8 (3). Diarsipkan dari asli tanggal 2014-02-20. Diakses tanggal 2 December 2013. Pemeliharaan CS1: Ref menduplikasi bawaan (link)
- Chomsky, Noam (1967b). "An Exchange on 'The Responsibility of Intellectuals' ". The New York Review of Books. 8 (7). Diarsipkan dari asli tanggal 2008-05-13. Diakses tanggal 2 December 2013. Pemeliharaan CS1: Ref menduplikasi bawaan (link)
- Coughlin, William (1953). "The Great Mokusatsu Mistake: Was This the Deadliest Error of Our Time?". Harper's Magazine. 206 (1234): 31–40. ISSN 0017-789X.
- Cousins, Norman (1987). The Pathology of Power. New York, NY: W. W. Norton & Company. ISBN 978-0-393-02378-7.
- Cox, Harvey (1997). "Repentance and Forgiveness: A Christian Perspective". In Amitai Etzioni and David E. Carney, eds., Repentance: A Comparative Perspective (pp. 21–30). Lanham, MD: Rowman & Littlefield. ISBN 978-0-847-68470-0.
- Craig, Campbell; Logevall, Fredrik (2009). America's Cold War: The Politics of Insecurity. Cambridge, MA: Belknap Press. ISBN 978-0-674-03553-9.
- Cumings, Bruce (1999). Parallax Visions: Making Sense of American–East Asian Relations at the End of the Century. Durham, NC: Duke University Press. ISBN 978-0-822-32276-4.
- Davies, Roger J.; Ikeno, Osamu, ed. (2002). The Japanese Mind: Understanding Contemporary Japanese Culture. Boston, MA: Tuttle Publishing. ISBN 978-0-804-83295-3.
- Dower, John W. (1995). "The Bombed: Hiroshima and Nagasaki in Japanese Memory". Diplomatic History. 19 (2).
- ——— (1998). Embracing Defeat: Japan in the Wake of World War II. New York, NY: W. W. Norton. ISBN 978-0-393-04686-1.
- Eisenhower, Dwight D. (1963). The White House Years; Mandate For Change: 1953–1956. New York, NY: Doubleday & Company.
- Falk, Richard (2003). "State Terror versus Humanitarian Law". In Mark Selden and Alvin Y. So, eds., War and State Terrorism: The United States, Japan, and the Asia-Pacific in the Long Twentieth Century (pp. 41–61). Lanham, MD: Rowman & Littlefield. ISBN 978-0-742-52391-3.
- Frank, Richard B. (1999). Downfall: The End of the Imperial Japanese Empire. New York, NY: Random House. ISBN 978-0-679-41424-7.
- Frank, Richard B. (2004). "President Harry S. Truman's Farewell Address and the Atomic Bomb: The High Price of Secrecy". In Richard Stewart Kirkendall, ed., Harry's Farewell: Interpreting and Teaching the Truman Presidency (pp. 105–142). Columbia, MO: University of Missouri Press. ISBN 978-0-826-21552-9.
- Frey, Robert S., ed. (2004). The Genocidal Temptation: Auschwitz, Hiroshima, Rwanda and Beyond. Lanham, MD: University Press of America. ISBN 978-0-761-82743-6.
- Gaddis, John Lewis (2005). The Cold War. London: Allen Lane. ISBN 978-0-713-99912-9.
- Gentile, Gian P. (2000). How Effective is Strategic Bombing?: Lessons Learned from World War II to Kosovo. New York, NY: New York University Press. ISBN 978-0-814-73135-2.
- Groves, Leslie (1962). Now it Can be Told: The Story of the Manhattan Project. New York, NY: Harper & Row. ISBN 0-306-70738-1. OCLC 537684. ;
- Gruhl, Werner (2007). Imperial Japan's World War Two: 1931–1945. Piscataway, NJ: Transaction Publishers. ISBN 978-0-765-80352-8.
- Grunden, Walter E. (1998). "Hungnam and the Japanese Atomic Bomb: Recent Historiography of a Postwar Myth". Intelligence and National Security. 13 (2): 32–60. doi:10.1080/02684529808432475.
- Harbour, Frances Vryling (1999). Thinking About International Ethics: Moral Theory and Cases from American Foreign Policy. Boulder, CO: Westview Press. ISBN 978-0-813-32847-8.
- Hasegawa, Tsuyoshi (2005). Racing the Enemy: Stalin, Truman, and the Surrender of Japan. Cambridge, MA: Belknap Press. ISBN 978-0-674-01693-4.
- Home, R. W.; Low, Morris F. (1993). "Postwar Scientific Intelligence Missions to Japan". Isis. 84 (3): 527–537. JSTOR 235645.
- Kazemek, Francis E. (1994). "'Two Handfuls of Bone and Ash': Teaching Our Children about Hiroshima". Phi Delta Kappan. 75 (7): 531–534. JSTOR 20405161.
- Kolko, Gabriel (1990) [1968]. The Politics of War: The World and United States Foreign Policy, 1943–1945. New York, NY: Random House. ISBN 978-0-679-72757-6.
- Kort, Michael (2006). "Racing the Enemy: A Critical Look". Historically Speaking. 7 (3).
- Leahy, William D. (1950). I was there. New York, NY: McGraw Hill Book Company.
- Lee, Bruce (2001). Marching Orders: The Untold Story Of World War II. New York, NY: Da Capo Press. ISBN 978-0-306-81036-7.
- Levering, Ralph B. (2007). "Book Review: Racing the Enemy by Tsuyoshi Hasegawa". Journal of American History. 94 (1): 329. JSTOR 25094908.
- Lynn, John A. (2008). Battle: A History of Combat and Culture. New York, NY: Basic Books. ISBN 978-0-813-33372-4.
- Maddox, Robert James (1995). "The Biggest Decision: Why We Had to Drop the Atomic Bomb". American Heritage. 46 (3). Diakses tanggal 1 June 2012.
- ——— (2004) [1995]. Weapons for Victory: The Hiroshima Decision. Columbia, MO: University of Missouri Press. ISBN 978-0-826-21562-8.
- Maga, Timothy P. (2001). Judgment at Tokyo: the Japanese War Crimes Trials. Lexington, KY: University Press of Kentucky. ISBN 978-0-813-12177-2.
- Marty, Martin E. (1996). Modern American Religion, Volume 3: Under God, Indivisible, 1941–1960. Chicago, IL: University Of Chicago Press. ISBN 978-0-226-50898-6.
- Miles, Rufus E. (1985). "Hiroshima: The Strange Myth of Half a Million American Lives Saved". International Security. 10 (2): 121–140. JSTOR 2538830.
- Miscamble, Wilson D. (2011). The Most Controversial Decision: Truman, the Atomic Bombs, and the Defeat of Japan. New York, NY: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-51419-4.
- Nassar, Jamal (2009). Globalization and Terrorism: The Migration of Dreams and Nightmares. Lanham, MD: Rowman & Littlefield. ISBN 978-0-742-55788-8.
- Newman, Robert P. (2004). Enola Gay and the Court of History. New York, NY: Peter Lang. ISBN 978-0-820-47457-1.
- Newman, Robert P. (2011). Truman and the Hiroshima Cult. East Lansing, MI: Michigan State University Press. ISBN 978-0-870-13940-6.
- Oppenheimer, J. Robert (1948). "Physics in the contemporary world". Bulletin of the Atomic Scientists. 4 (3): 65–68, 85–86.
- Pape, Robert A. (1993). "Why Japan Surrendered". International Security. 18 (2): 154–201. JSTOR 2539100.
- Rice, Sarah (2005). "Book Notes: The Genocidal Temptation: Auschwitz, Hiroshima, Rwanda and Beyond by Robert S. Frey, ed". Harvard Human Rights Journal. 18: 289ff.
- Scalia, Joseph M. (2000). Germany's Last Mission to Japan: The Failed Voyage of U-234. Annapolis, MD: Naval Institute Press. ISBN 978-1-557-50811-9.
- Selden, Kyoko; Selden, Mark, ed. (1989). The Atomic Bomb: Voices from Hiroshima and Nagasaki. Armonk, NY: M. E. Sharpe. ISBN 978-0-873-32556-1.
- Sherwin, Martin (1974). A World Destroyed: The Atomic Bomb and the Grand Alliance. New York, NY: Random House. ISBN 978-0-394-49794-5.
- Sherwin, Martin (2003). A World Destroyed: The Atomic Bomb and the Grand Alliance (Edisi 3rd). Stanford, CA: Stanford University Press. ISBN 978-0-804-73957-3.
- Stohl, Michael (1988). "National Interests and State Terrorism in International Affairs". In Michael Stohl, ed., The Politics of Terrorism (pp. 273–294) (Edisi 3rd). New York, NY: Marcel Dekker. ISBN 978-0-824-77814-9.
- Toland, John (2003) [1970]. The Rising Sun: The Decline and Fall of the Japanese Empire, 1936–1945. New York, NY: Modern Library. ISBN 978-0-812-96858-3.
- Wainstock, Dennis (1996). The Decision to Drop the Atomic Bomb. Westport, CT: Praeger. ISBN 978-0-275-95475-8.
- Walker, J. Samuel (2005). Recent Literature on Truman's Atomic Bomb Decision: A Search for Middle Ground. Vol. 29. hlm. 311–334. doi:10.1111/j.1467-7709.2005.00476.x. ;
- ——— (1996). "The Decision to Use the Bomb: A Historiographical Update". In Michael J. Hogan, ed., Hiroshima in History and Memory (pp. 11–37). Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-56206-5.
- Weingartner, James J. (1992). "Trophies of War: U.S. Troops and the Mutilation of Japanese War Dead, 1941–1945". Pacific Historical Review. 61 (1): 53–67. JSTOR 3640788.
- Wilkins, Burleigh Taylor (1992). Terrorism and Collective Responsibility. Routledge. ISBN 0-415-04152-X.
- Wilson, Ward (2007). "The Winning Weapon? Rethinking Nuclear Weapons in the Light of Hiroshima" (PDF). International Security. 31 (4): 162–179. doi:10.1162/isec.2007.31.4.162.
Bacaan tambahan
- Allen, Thomas B. and Polmar, Norman (1995). Code-Name Downfall: The Secret Plan to Invade Japan And Why Truman Dropped the Bomb. Simon & Schuster. ISBN 0-684-80406-9. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
- Concludes the bombings were justified.
- Alperovitz, Gar (1995). The Decision To Use The Atomic Bomb And The Architecture Of An American Myth. Knopf. ISBN 0-679-44331-2.
- Weighs whether the bombings were justified or necessary, concludes they were not.
- Bernstein, Barton J. (Editor) (1976). The Atomic Bomb: The Critical Issues. Little, Brown. ISBN 0-316-09192-8.
- Weighs whether the bombings were justified or necessary.
- Bird, Kai and Sherwin, Martin J. (2005). American Prometheus: The Triumph and Tragedy of J. Robert Oppenheimer. Knopf. ISBN 0-375-41202-6. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
- "The thing had to be done", but "Circumstances are heavy with misgiving."
- Butow, Robert (1954). Japan's Decision to Surrender. Stanford University Press. ISBN 0-8047-0460-0. ;
- Explains the conflicts and debates within the Japanese government from the onset of World War II until surrender. Concludes the bombings were justified.
- Feis, Herbert (1961). Japan Subdued: The Atomic Bomb and the End of the War in the Pacific. Princeton University Press.
- Concludes that the bombs were not only necessary, but legally and morally acceptable (1966 reprint).
- Frank, Richard B. (1999). Downfall: The End of the Imperial Japanese Empire. Random House. ISBN 0-679-41424-X.
- Major work, concludes that the bombs were morally reprehensible, but influential on the surrender and understandable given the circumstances.
- Fussell, Paul (1988). Thank God For The Atom Bomb, And Other Essays. Summit Books. ISBN 0-345-36135-0.
- Exceedingly Orthodox article, defends the bomb but not a serious academic work.
- Grayling, A. C. (2006). Among the Dead Cities. Walker Publishing Company Inc. ISBN 0-8027-1471-4.
- Philosophical/moral discussion concerning the Allied strategy of area bombing in World War II, including the use of atomic weapons on Hiroshima and Nagasaki.
- Ham, Paul (2011). Hiroshima Nagasaki. HarperCollins Publishers. ISBN 978-0-7322-8845-7.
- Concludes that the atomic bombings were unnecessary. Challenges the view that that the atomic bombings were necessary to end the Pacific War and save lives.
- Hasegawa, Tsuyoshi (2005). Racing the Enemy: Stalin, Truman, and the Surrender of Japan. Belknap Press. ISBN 0-674-01693-9.
- Argues the bombs were not the deciding factor in ending the war. The Russian entrance into the Pacific war was the primary cause for Japan's surrender.
- Hasegawa, Tsuyoshi (17 August 2007). "The Atomic Bombs and the Soviet Invasion: What Drove Japan's Decision to Surrender?". Japan Focus. Diakses tanggal 17 June 2012.
- Here he sharpens his earlier view that the Russian entrance into the Pacific war was the primary cause for Japan's surrender.
- Maddox, Robert James (1995). Weapons for Victory: The Hiroshima Decision. University of Missouri Press. ISBN 0-8262-1562-9.
- Author is a diplomatic historian who favors Truman's decision to drop the atomic bombs.
- Newman, Robert P. (1995). Truman and the Hiroshima Cult. Michigan State University Press. ISBN 0-87013-403-5.
- An analysis critical of postwar opposition to the atom bombings.
- Nobile, Philip (Editor) (1995). Judgement at the Smithsonian. Marlowe and Company. ISBN 1-56924-841-9.
- Covers the controversy over the content of the 1995 Smithsonian Institution exhibition associated with the display of the Enola Gay; includes complete text of the planned (and canceled) exhibition.
- Takaki, Ronald (1995). Hiroshima: Why America Dropped the Atomic Bomb. Little, Brown. ISBN 0-316-83124-7.
Pranala luar
- Hiroshima: Was It Necessary?
- Reflections of a Far East Prisoner of War on the use of the atomic bombs
- Annotated bibliography on the decision to use the atomic bombs on Japan Diarsipkan 2008-07-03 di Wayback Machine.—The Alsos Digital Library for Nuclear Issues
- Unconditional Surrender, Demobilization, and the Atomic Bomb Diarsipkan 2011-10-16 di Wayback Machine. by Michael D. Pearlman U.S. Army Command and General Staff College Fort Leavenworth, Kansas 66027-1352
- "The Obliteration of Hiroshima" Diarsipkan 2001-03-04 di Archive.is, Stephen R. Shalom (from New Politics, vol. 6, no. 1 (new series), whole no. 21, Summer 1996)
- Hiroshima: the 'White Man's Bomb' revisited: Dropping the Bomb on Japan was the final act of a bitter race war in the Pacific. Diarsipkan 2007-11-15 di Wayback Machine. by Mick Hume, Spiked, 2 August 2005. Abridged version of a 1995 article in Living Marxism.
- Yuki Tanaka and Richard Falk, "The Atomic Bombing, The Tokyo War Crimes Tribunal and the Shimoda Case: Lessons for Anti-Nuclear Legal Movements", The Asia-Pacific Journal, Vol. 44-3-09, 2 November 2009.
- Record of private talk between Winston Churchill and Generalissimo Stalin after the Plenary Session on 17 July 1945 at Potsdam[pranala nonaktif permanen]
- The Enola Gay Controversy - About - Overview
- International Peoples' Tribunal on the Dropping of Atomic Bombs on Hiroshima and Nagasaki Diarsipkan 2011-07-16 di Wayback Machine.
- Dietrich, Bill (1995). "Pro and Con on Dropping the Bomb". Seattle Times.
- MacLaren, Don (1998). "Troubling memories of the past", "Better to bomb than blockade". The Japan Times.