Duhung

Duhung atau dohong adalah senjata tradisional suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah, Indonesia. Duhung diyakini sebagai senjata tertua sebelum kemunculan mandau. Dalam tradisi dan legenda Dayak, duhung dipercaya berasal dari alam atas (kayangan) dan pertama kali dimiliki oleh tiga leluhur Dayak: Raja Sangen, Raja Sangiang, dan Raja Bunu. Senjata ini kerap muncul dalam cerita tutur, seperti kisah Sahawong yang membunuh Raja Iblis. Dahulu, duhung digunakan dalam berbagai keperluan, mulai dari berperang, berburu, hingga bercocok tanam. Kini, duhung dianggap sebagai pusaka sakral yang hanya boleh dimiliki oleh tokoh adat seperti Pisur atau Damang, dan hanya dikeluarkan pada upacara adat tertentu seperti Tiwah.[1]
Secara fisik, duhung merupakan senjata tikam dan tusuk jarak dekat dengan bilah simetris sepanjang 50–75 cm. Bentuknya menyerupai mata tombak yang dilengkapi gagang bulat dan sarung dari kayu. Berbeda dari mandau yang lebih besar dan dikenal luas, duhung berukuran kecil namun efektif untuk perlindungan saat berburu. Pembuatan duhung pun mengikuti kepercayaan adat, yakni harus diselesaikan dalam jumlah waktu ganjil, karena masyarakat Dayak meyakini bahwa Tuhan akan menyempurnakan hasil akhirnya. Sebagai simbol warisan leluhur dan kekuatan spiritual, duhung kini lebih berperan dalam konteks budaya dan ritus keagamaan.[2]
Referensi
- ^ "Duhung, Senjata Tradisional Buatan Makhluk Kayangan". Indonesia Kaya. Diakses tanggal 2025-06-01.
- ^ "Mengenal Duhung, Senjata Tertua Suku Dayak Ngaju". kumparan. Diakses tanggal 2025-06-01.