Gajasurasanghara
| Gajasurasanghara | |
|---|---|
Siwa sebagai pembunuh asura gajah | |
| Nama lain |
|
| Afiliasi | Siwa |
| Pemujaan | |
| Dipuja umat | Hindu |
| Penganut | Saiwa |
| Kuil utama | Kuil Viratteswara, Vazhuvur |
Gajasurasanghara (Dewanagari: गजासुरसंहार; IAST: Gajāsurasaṃhāra; arti: "Pembunuh asura gajah"), disebut pula Gajasanghara, ("Pembunuh Gajah")[1] atau Matanggari ("Musuh Gajah"),[2] adalah salah satu aspek dari Dewa Siwa dalam kepercayaan Hindu, sebagai pembunuh asura gajah (Gajasura). Arca dan ukirannya banyak ditemukan pada peninggalan zaman kerajaan Chola dan Pallawa di India, menampilkan Siwa yang menari-nari di atas belulang dari Gajasura.[3]
Kuil utama yang memuliakan Gajasurasanghara terletak di Valuvur (Vazhuvur), Tamil Nadu (negara bagian India), dengan arca utama berupa patung perunggu Gajasurasanghara berlengan delapan.[4] Valuvur merupakan salah satu Atta-virattam, delapan tempat suci yang berkaitan dengan aksi heroik Dewa Siwa.[5]
Kepustakaan dan legenda
Para ahli mengaitkan wujud Siwa sebagai Gajasurasanghara dengan gelar "Kertiwasa" (Krittivasa, arti: "Yang Memakai Pakaian [dari] Belulang"), ditemukan dalam gita puja Weda "Sri Rudram Camakam" yang ditujukan kepada Rudra, sosok dewa dalam Weda yang diidentikkan dengan Siwa.[6][7] Gita puja Tevaram menyebut Siwa sebagai [dewa] yang memakai belulang gajah.[8] Siwasahasranama ("Seribu Nama Lain Siwa") menyebut Siwa sebagai "Gajaha", pembunuh gajah.[9]
Kitab Kurmapurana membabarkan kisah Gajasurasanghara dalam pembahasan tentang lingga Kertiwaswara ("Dewa yang memakai belulang sebagai busana") di Varanasi. Dikisahkan bahwa sesosok raksasa berubah wujud menjadi gajah dan meneror para brahmana yang sedang menyembah lingga. Dewa Siwa muncul dari lingga, membunuh raksasa tersebut, lalu mengulitinya. Dia pun mengenakan belulang gajah tersebut.[10] Dalam versi lain dikisahkan bahwa Gajasura memperoleh kesaktian setelah melakukan tapa brata yang keras. Namun dia menjadi angkuh, lalu mengganggu dan membunuh manusia. Bahkan para dewa pun takut kepadanya. Pada suatu hari, dia mengganggu para pemuja Siwa di Varanasi. Siwa pun muncul melindungi pemujanya. Dia mencabik-cabik sang raksasa sampai mati.[2] Valuvur—desa tempat kuil utama Gajasurasanghara berada—kadangkala disebut sebagai tempat terjadinya kisah tersebut, dan bukan di Varanasi.[1]
Kisah versi lainnya ditemukan dalam kitab Warahapurana.[1] Kisah tersebut menghubungkan Gajasurasanghara dengan perjalanan Siwa ke hutan Daruka (Darukawana) untuk memberi pelajaran kepada para petapa yang arogan. Pada saat itu, Siwa mengambil wujud petapa telanjang (Biksatana), dengan Mohini sebagai istrinya. Ketika para petapa terpikat pada Mohini, istri para petapa tergila-gila pada Siwa. Setelah para petapa menyadari hal tersebut, mereka melaksanakan ritual sihir hitam yang akhirnya memunculkan raksasa gajah bernama Gajasura. Sang raksasa menyerang Siwa, tetapi tidak berhasil. Sebaliknya, dia dibunuh oleh Siwa lalu dikuliti untuk dimanfaatkan sebagai pakaian.[7]
Catatan kaki
- 1 2 3 Rao p. 150
- 1 2 "Matangari". shaivam.org. Diakses tanggal May 6, 2012.
- ↑ Peterson p. 99
- ↑ Rao pp. 151–2
- ↑ Peterson p. 342
- ↑ Chakravarti, Mahadev (1994). The Concept of Rudra-Śiva Through The Ages. Delhi: Motilal Banarsidass. hlm. 47, 158. ISBN 81-208-0053-2.
- 1 2 Sivaramamurti, C. (1976). Śatarudrīya: Vibhūti of Śiva's Iconography. Delhi: Abhinav Publications. hlm. 100.
- ↑ Peterson p. 97
- ↑ Kumar, Vijaya (2006). The Thousand Names of Shiva. Sterling Publishers. hlm. 24.
- ↑ Rao pp. 149-50
Daftar pustaka
- Peterson, Indira Viswanathan (1991). Poems to Śiva: the Hymns of the Tamil Saints. Delhi: Motilal Banarsidass Publ. ISBN 81-208-0784-7.
- Rao, T.A. Gopinatha (1916). Elements of Hindu Iconography. Vol. 2: Part I. Madras: Law Printing House. OCLC 630452416.
- Pal, Pratapaditya (1969). "South Indian Sculptures: A Reappraisal". Boston Museum Bulletin. 67 (350). Museum of Fine Arts, Boston: 151–173. JSTOR 4171519.
Pranala luar
Media tentang Gajasurasanghara di Wikimedia Commons

