More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Gedung Nasional Samarinda - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gedung Nasional Samarinda - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Gedung Nasional Samarinda

Tambah pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Gedung Nasional Samarinda adalah sebuah bangunan bersejarah yang terletak di Jalan Panglima Batur, Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Dibangun secara gotong royong oleh masyarakat pada tahun 1947 di era Revolusi Fisik, gedung ini memiliki nilai historis yang tinggi sebagai pusat koordinasi perjuangan kemerdekaan di Samarinda dan pernah dikunjungi oleh Presiden Soekarno. Setelah mengalami periode keterbengkalaian selama puluhan tahun, gedung ini direstorasi pada awal dekade 2020-an dan kini difungsikan kembali sebagai pusat kegiatan masyarakat.[1]

Sejarah

[sunting | sunting sumber]

Gedung Nasional didirikan di tengah periode yang dikenal sebagai "Revolusi Fisik" untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pembangunannya diinisiasi oleh para pejuang dan organisasi masyarakat di Samarinda yang membutuhkan sebuah wadah untuk berkumpul, menyatukan, dan mengoordinasikan langkah-langkah perjuangan.

Pada awalnya, bangunan ini didirikan dalam kondisi yang sangat sederhana, dengan dinding terbuat dari papan yang disusun sirih, sebagian atap menggunakan daun rumbia (kajang), dan lantai yang masih beralas tanah. Pada 20 Mei 1948, bertepatan dengan peringatan 40 tahun Kebangkitan Nasional, Front Nasional memprakarsai peletakan batu pertama Tugu Nasional di halaman gedung tersebut.

Untuk menyempurnakan pembangunan, sebuah pasar malam amal diadakan di halaman gedung pada akhir tahun 1949 untuk menyambut pengakuan kedaulatan Indonesia. Seluruh keuntungan dari acara tersebut disumbangkan untuk menyelesaikan pembangunan Gedung Nasional.

Salah satu peristiwa bersejarah yang paling penting adalah kunjungan pertama Presiden Soekarno ke Kalimantan Timur pada bulan September 1950, di mana ia menyempatkan diri untuk datang ke gedung ini. Pada tahun 1973, fungsi bangunan ini sempat berubah menjadi bioskop.

Kondisi

[sunting | sunting sumber]

Gedung Nasional mengalami masa keterbengkalaian yang berlangsung selama kurang lebih 20 tahun. Sebelum restorasi, kondisi gedung disebut sangat memprihatinkan. Area sekitarnya ditumbuhi rerumputan liar, atap mengalami kebocoran parah yang menyebabkan lantai licin dan berlumut saat hujan.

Pada masa itu, gedung ini secara resmi dikelola oleh Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kalimantan Timur dan sempat digunakan sebagai sekretariat serta tempat latihan seni teater secara tidak menentu. Namun, perhatian terhadap perawatan gedung sangat minim. Dampaknya, sambungan air dari PDAM sempat dicabut karena tunggakan pembayaran, meskipun aliran listrik masih tersedia. Aset gedung ini tercatat sebagai milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yang dipinjam-pakai oleh DKD Kaltim.

Restorasi dan fungsi terkini

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 2020, Gedung Nasional akhirnya direstorasi oleh pihak swasta, yaitu PT Sintesa Fortuna Entertainment, dengan total biaya mencapai Rp1 miliar. Proses restorasi ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi dan pesona bangunan dengan tetap mempertahankan elemen-elemen bersejarah yang ada, seperti koordinat tugu monumen dan papan khas Dayak.[2]

Setelah restorasi, pengelolaan gedung kini berada di bawah PT Sintesa Fortuna Entertainment melalui perjanjian sewa lahan dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dalam skema Hak Guna Usaha (HGU) yang diperbarui setiap lima tahun.

Kini, Gedung Nasional difungsikan kembali sebagai ruang serbaguna yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Samarinda untuk berbagai kegiatan positif, seperti pertunjukan teater, festival seni dan budaya, seminar, hingga acara pernikahan dengan biaya yang terjangkau. Peluncuran kembali gedung ini ditandai dengan sebuah acara publik pada awal September.

Pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia, Minggu (17/8/2025) pukul 11.00 Wita, sekelompok orang dari Komunitas Sumbu Tengah menggelar aksi diam selama 80 menit di depan gedung ini sebagai bentuk protes terhadap berbagai permasalahan yang ada di Indonesia.[3]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Kaltim, Koran (2018-02-04). "Ada Jejak Sukarno, Aset Sejarah itu Terlupakan, Gedung Nasional Kini Rimbun oleh Rerumputan". Korankaltim.com (dalam bahasa In-Id). Diakses tanggal 2025-09-07. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  2. ^ ID, Busam (2023-09-01). "Restorasi Gedung Nasional Tembus Rp 1 M | BusamID - Samarinda, Kaltim & Sekitarnya". BusamID - Media Kreatif Dari Samarinda, Untuk Indonesia (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2025-09-07.
  3. ^ nomorsatukaltim.com. "Peringati HUT RI, Warga Samarinda Ini Pilih Aksi Diam Selama 80 Menit di Tempat Bersejarah". nomorsatukaltim.com. Diakses tanggal 2025-09-07.
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gedung_Nasional_Samarinda&oldid=27817494"
Kategori:
  • Bangunan bersejarah di Kalimantan Timur
  • Pendirian tahun 1947 di Indonesia
  • Bangunan dan struktur di Kota Samarinda
  • Samarinda Kota, Samarinda
Kategori tersembunyi:
  • Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui
  • CS1 sumber berbahasa American English (en-us)
  • WikiBanua 3.0

Best Rank
More Recommended Articles