Gereja Santo Laurentius, Bandung
Gereja Santo Laurentius | |
---|---|
Gereja Santo Laurentius, Paroki Sukajadi | |
![]() Gereja Santo Laurentius, Sukajadi | |
![]() |
|
Lokasi | Jalan Sukajadi Nomor 223, Gegerkalong, Sukasari, Bandung, Jawa Barat |
Negara | Indonesia |
Denominasi | Gereja Katolik Roma |
Situs web | parokilaurentiusbdg |
Sejarah | |
Didirikan | 1987[1] |
Arsitektur | |
Status | Gereja paroki |
Status fungsional | Aktif |
Administrasi | |
Paroki | Sukajadi |
Dekenat | Bandung Barat |
Keuskupan | Bandung |
Klerus | |
Jumlah imam | 4 |
Imam yang bertugas | R.P. Petrus Elvin Atmaja Hidayat, O.S.C. |
Gereja Santo Laurentius adalah sebuah gereja paroki Katolik yang terletak di Kelurahan Gegerkalong, Kota Bandung, Jawa Barat. Gereja ini berada dalam naungan Keuskupan Bandung dan didedikasikan kepada Santo Laurentius. Gereja ini berada dalam reksa pastoral para imam Ordo Salib Suci.
Sejarah
Cikal bakal Paroki Satno Laurentius berawal pada tahun 1950-an, ketika sekitar sepuluh keluarga Katolik di wilayah Bandung Utara (Karang Setra, Jurang, Cipaganti, Hegarmanah, Ciumbuleuit, dan Sukajadi bawah) mendapat pelayanan pastoral dari Paroki Katedral Santo Petrus. Perayaan Ekaristi pada awalnya dilaksanakan di rumah keluarga de Vink di Jalan Karang Tinggal 13, lalu sejak 1957 dipindahkan ke SD GIKI yang berada di Jalan Karangsari 23, sehingga lahirlah Stasi Karangsari sebagai bagian dari Paroki Katedral.
Sebuah rumah dinas di Jalan Setiabudi 17—milik CV. Sabang Merauke—digunakan sebagai sekretariat stasi. Pelayanan pastoral dijalankan oleh para imam Ordo Salib Suci, antara lain Pastor Sjaak Lammers OSC, Pastor Koster OSC, dan Pastor Van Hareen OSC. Perkembangan umat di Bandung Utara menarik perhatian Uskup Bandung, Mgr. Pierre Marin Arntz, O.S.C., yang bersama Pastor Hidayat OSC menggagas pembangunan gereja. Sebidang tanah di Jalan Sukajadi 223 disediakan, dengan pembebasan lahan dibantu oleh sejumlah tokoh awam.
Pada 1967, desain gereja sederhana berkapasitas 100 orang telah rampung disiapkan. Peletakan batu pertama dilakukan Pastor Laurentius Kuslan Soemodiwirjo OSC, dan pada tahun berikutnya umat Stasi Karangsari mulai beribadah di gereja tersebut. Pada masa ini, karya pastoral didukung oleh beberapa imam, antara lain Pastor Van Hareen, Pastor Bernard, dan Pastor J.A.C. Schellekens OSC, juga oleh sejumlah umat awam.[1]
Jumlah umat yang terus bertambah mendorong Pastor Schellekens mengajukan peningkatan status stasi menjadi paroki. Pada 10 Agustus 1981, bertepatan dengan pesta Santo Laurentius, Uskup Bandung Mgr. Arntz OSC meresmikan Stasi Karangsari sebagai Paroki Santo Laurentius. Nama paroki tersebut dipilih untuk mengenang Pastor Laurentius K. Soemodiwirjo, O.S.C., selaku perintis pembangunan gereja pertama. Pastor J.A.C. Schellekens OSC ditunjuk sebagai pastor paroki pertama. Adapun Pastor Schellekens dibantu oleh Pastor Alfons Bogaartz, O.S.C. dan Pastor Lambertus Blessing, O.S.C.

Pada tahun 1982, berlangsung pembangunan pastoran dan gedung serbaguna, sehingga kapasitas ibadah bertambah menjadi sekitar 200 umat dengan dua kali misa pada setiap hari Minggu. Karena kebutuhan ruang ibadah semakin besar, izin pembangunan gereja baru diperoleh pada 1983. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Uskup Bandung, Mgr. Alexander Djajasiswaja, pada 24 Maret 1985. Gedung gereja yang baru dan modern diberkati pada 1 Maret 1987. Pada saat itu, bangunan tersebut dirancang untuk menampung kebutuhan umat hingga 25 tahun mendatang. Namun, kenyataannya, hanya dalam lima tahun, jumlah umat yang hadir dalam Misa sudah melampaui kapasitas gereja hingga memenuhi area teras.
Seiring pergantian imam, berbagai kegiatan pastoral berkembang. Pastor Djoko Setyarmo OSC (1987–1990) mendorong keterlibatan kaum muda melalui wadah Ecclesia Sanctae Laurenti (ESL), Putra Altar Fillius Arae, dan Persekutuan Doa Karismatik Katolik (PDKK). Ia digantikan oleh Pastor Anton Rutten OSC (1990–1991), kemudian Pastor F.X. Hardjosoebroto OSC (1992–1995). Pada masa Pastor Hardjo, dibangun Grha Prakasita (dapat diartikan sebagai Rumah Sentosa) yang diberkati pada 12 Agustus 1995, dan berdiri sejumlah kelompok pelayanan baru seperti Doa Taizé, Bina Iman Remaja, SJB (SukaJadi Berita), dan KKMK (Keluarga Karyawan Muda Katolik).
Pastor Y.C. Abukasman OSC memimpin paroki pada periode 1995–1999, dalam kondisi krisis moneter yang berlangsung. Ia merintis kegiatan sosial seperti pasar murah dan bakti sosial, serta mendirikan Yayasan Peduli Masyarakat Santo Laurentius (YAPEMAS). Setelahnya, Pastor Alfons Bogaartz OSC mulai bertugas pada 1999. Pada masa kepemimpinannya, lahir PDKK Dei Verbum dan berbagai lembaga serta sarana baru di kompleks paroki, antara lain Sanggar Pratikara (1987), Kantor Majalah Komunikasi (2000), Radio Raka (2003), Forum Masyarakat Katolik Indonesia (1998), dan Wahana Karya Muda (2002).[1]
Kepemimpinan di Paroki Sukajadi kemudian digantikan secara berturut-turut oleh Pastor Setevanus Budi Saptono OSC (2016–2019), Pastor Basilius Hendra Kimawan OSC (2019–2025), dan kini oleh Pastor Elvin Atmaja Hidayat (sejak 2025).
Arsitektur gereja

Gereja St. Laurentius yang dibangun pada tahun 1981 ini telah mempunyai bangunan yang modern pada masanya. Gereja Santo Laurentius ini berkapasitas ±500 umat. Pada saat itu, menjelang selesainya pembangunan gereja dibuatlah kolumbarium untuk menyimpan abu jenazah umat. Bentuknya adalah kotak-kotak besi yang ditempelkan di tembok sisi luar gereja, di belakang altar. Pada awalnya ada pro dan kontra namun Pastor Schellekens, OSC tetap menjalankan pembuatan kolumbarium. Suasana yang terasa di kolumbarium ini jauh dari kesan angker sehingga makin banyak umat yang tertarik untuk menyimpan abu jenazah kerabatnya di situ. Tahap pertama dibuat 437 kotak yang diberi kode huruf dan angka, dan mulai digunakan tanggal 26 Juni 1986. Ketika sebagian kotak tersebut terisi penuh, sebanyak 437 kotak baru di tembok utara gereja mulai digunakan per tanggal 3 Mei 2003.[2]
Pastor

Para pastor dari Ordo Salib Suci yang memimpin umat di paroki ini antara lain:
- RP. Peter Elvin Atmadja, OSC (Pastor Paroki)
- RP. Fons Bogaartz, OSC (Vikaris Pastor Paroki)
- RP. Thomas Maman Suharman, OSC (Vikaris Pastor Paroki)
- RP. Aloysius Setitit, OSC (Vikaris Pastor Paroki)
Bangunan dalam kompleks

- Gedung Pastoran
- Graha Prakasita
- Sanggar Pratikara
- Gedung Agustinus
- Balai Pengobatan St. Laurentius
- Yayasan Peduli Masyarakat St. Laurentius
Kegiatan umat
- Legio Maria
- Doa Taize
- Pelayan-pelayan Liturgi (Lektor, Tata Tertib, Pembagi Komuni Awam, Putera Puteri Altar, Pemazmur, Koor)
- Orang Muda Katolik
- Persekutuan Doa Pembaruan Karismatik Katolik St. Laurentius
- Balai Pengobatan Laurentius
- Marriage Encounter
- Bina Iman Anak dan Remaja
Jadwal Misa
- Misa Harian: 06.00 WIB
- Misa Mingguan
- Misa Sabtu: 17.00 WIB
- Misa Minggu: 05.45 WIB, 07.00 WIB, 09.30 WIB, 17.00 WIB.
- Misa Lain
- Jumat Pertama: 05.45 WIB
Referensi
- ^ a b c "Cikal Bakal Paroki St.Laurentius". Diarsipkan dari asli tanggal 2016-01-05. Diakses tanggal 2015-12-28.
- ^ Latar Belakang Gereja St. Laurentius[pranala nonaktif permanen]
Pranala luar
