More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Hakumbang Auh - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hakumbang Auh - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Hakumbang Auh

Tambah pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini membutuhkan lebih banyak pranala ke artikel lain untuk meningkatkan kualitasnya. Silakan mengembangkan artikel ini dengan menambahkan pranala yang relevan ke konteks pada teks eksisting. (Juni 2025) (Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini)
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. (Juni 2025)


Peralatan yang diperlukan dalam prosesi Hakumbang Auh: guci/balanga (1), uang (2), sangku/bokor (3), lilis lamiang (4), dan piring malawen (5).

Hakumbang Auh adalah salah satu prosesi perkawinan adat Dayak Ngaju. Hakumbang auh merupakan tahapan awal perkawinan atau pranikah, yaitu ketika seorang laki-laki menyampaikan niatnya untuk menikahi seorang perempuan.[1]

Pranikah Suku Dayak Ngaju

[sunting | sunting sumber]

Pemilihan Uluh Helat (Perantara)

[sunting | sunting sumber]

Dalam kebiasaan masyarakat Hindu Kaharingan suku Dayak Ngaju, jika seorang laki-laki ingin menikahi seorang perempuan, maka dia harus menyampaikan maksudnya terlebih dahulu kepada orang tuanya. Apabila disetujui, maka selanjutnya orang tuanya akan memilih seseorang sebagai perantara yang bertugas menghubungi keluarga si gadis. Perantara ini disebut Uluh Helat atau biasa juga disebut Saruhan. Sebagai bukti kesungguhan hati dan niat baiknya, maka pihak laki-laki melalui Uluh Helat mengirimkan mangkuk berisi beras dan telur ayam yang dibungkus dengan kain kuning atau sejumlah uang sebagai Duit Pangumbang.[1]

Manjakah Duit

[sunting | sunting sumber]

Biasanya orang tua laki-laki meminta bantuan salah seorang kerabat dekat untuk menyampaikan pesan kepada keluarga pihak perempuan. Kesungguhan mereka dibuktikan dengan prosesi Manjakah Duit atau melempar uang. Adat tidak mengatur berapa besar jumlah uang yang disampaikan, namun biasanya hanya satu lembar saja, misalnya Rp 5.000 (lima ribu rupiah), Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah), Rp 20.000 (dua puluh ribu rupiah), Rp 50.000 (lima puluh ribu rupiah) atau Rp 100.000 (seratus ribu rupiah).[2]

Keluarga pihak perempuan boleh menolak dan mengembalikan uang tersebut apabila anak perempuan mereka sudah memiliki ikatan dengan pihak lain. Sebaliknya, untuk menerima uang dalam prosesi manjakah duit perlu dibahas terlebih dulu di lingkungan keluarga, rata-rata dalam jangka waktu dua minggu atau paling lama satu bulan, keluarga pihak perempuan akan memberikan jawaban apakah menerima atau menolak.

Maja Misek (Pertemuan Keluarga)

[sunting | sunting sumber]

Tahapan berikutnya dalam prosesi Hakumbang Auh adalah Maja Misek. Maja berarti bertamu atau bertandang, sementara Misek berarti bertanya. Maja Misek dimaksudkan sebagai acara pertemuan antara keluarga si laki-laki dengan keluarga si perempuan.

Setelah tercapai kata sepakat, pihak laki-laki akan menyerahkan Paramun Pisek (persyaratan adat dalam melamar), yaitu benda-benda yang harus diberikan kepada pihak perempuan berdasarkan ketentuan hukum adat. Persyaratan adat ini biasanya berupa perlengkapan pakaian perempuan, alat-alat kosmetik, sepatu, sendal, dan lainnya.[1]

Mamanggul (Bertunangan)

[sunting | sunting sumber]

Jika Maja Misek sudah terlaksana dan mendapat kata sepakat dari keluarga pihak perempuan, maka prosesi dilanjutkan dengan Mamanggul atau Basurat, atau bertunangan.[1]

Pada tahap ini, pihak laki-laki akan menyerahkan beberapa barang sebagai bukti kesungguhan hati dan keseriusannya dalam melamar si perempuan, antara lain berupa sebuah Balanga (guci) atau gong. Namun dalam perkembangannya, bukti Mamanggul tidak lagi berupa Balanga atau gong, melainkan berupa Duit Panggul. Pada kesempatan ini pula, kedua pihak membuat sebuah kesepakatan baik lisan maupun tertulis, yang dibuat dalam bentuk surat perjanjian atau disebut surat Panggul.[1]

Hisek

[sunting | sunting sumber]

Jika seluruh rangkaian prosesi Hakumbang Auh sudah terlaksana, maka pihak keluarga akan melakoni Hisek atau menentukan tanggal pelaksanaan perkawinan, kapan waktu yang tepat untuk pelaksanaan ritual perkawinan, serta apa saja persyaratan dan perjanjian perkawinan kedua mempelai.[2]

Tahap ini juga bisa disebut Mananggar Janji yang berarti memastikan janji. Biasanya dilakukan pertemuan ulang oleh kedua pihak keluarga untuk membahas tanggal perkawinan. Pada kesempatan ini pula pihak laki-laki akan menyerahkan biaya perkawinan.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e Wati, Julianti Agung; Saputri, Nurul Veronika; Manurung, Sarny; Chrishagel, Beniqno Chrishagel; Sakman; Dotrimensi (2021). "Sistem Tradisi Perkawinan Adat Dayak Ngaju di Desa Pamarunan Kecamatan Kahayan Tengah". Jurnal Kewarganegaraan. 5 (2): 435–436.
  2. ^ a b c Widiastuti; Kuri; Kastama, I Made (2022). "Bentuk Ritual Perkawinan Adat yang Dilaksanakan di Desa Tumbang Karuei Kecamatan Bukit Raya Kabupaten Katingan". Hapakat (Jurnal Hasil Penelitian). 1 (2): 158–159.
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hakumbang_Auh&oldid=27444281"
Kategori:
  • Artikel yang kekurangan pranala Juni 2025
  • Semua artikel yang kekurangan pranala
  • Budaya Kalimantan Tengah
Kategori tersembunyi:
  • Pages using the JsonConfig extension
  • Articles with invalid date parameter in template
  • Artikel tak bertuan sejak Juni 2025
  • Semua artikel tak bertuan

Best Rank
More Recommended Articles