Hutan Sokokembang
Hutan Sokokembang merupakan kawasan hutan hujan tropis di Dusun Sokokembang, Desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Hutan lindung seluas 5.000 hektar tersebut menjadi habitat bagi sejumlah satwa endemik. Aktivitas perburuan di kawasan tersebut menjadi salah satu ancaman kelestarian satwa langka.[1]
Kawasan ini memiliki keanekaragaman flora dan fauna. Terdapat sekitar 250 spesies telah teridentifikasi berhabitat di hutan ini, termasuk sejumlah satwa langka seperti lutung jawa, macan, elang jawa, owa jawa, surili, dan kukang.
Sebagian besar penduduk Desa Kayupuring berprofesi sebagai petani yang memanfaatkan hasil hutan, salah satunya adalah mengolah kopi sokokembang yang tumbuh liar di antara tegakan pohon dan hidup secara alami tanpa ada perawatan khusus.[2]
Rumah bagi Lutung Jawa[3]
Lutung Jawa (Trachypithecus auratus), IUCN mengkategorikan status keterancamannya rentan (Vulnerable), artinya 3 tingkat lagi menuju kepunahan, merupakan jenis monyet pemakan daun, yang tersebar di Pulau Jawa di hutan Sokokembang, Desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Mereka hidup berkelompok 2- 15 individu, dalam satu kelompok terdapat 1 jantan dewasa dengan beberapa betina (polyginous).
Lutung jawa sering di jumpai di pohon-pohon tepi jalan di hutan menuju Petungkriyono. Menurut pengamatan tim swaraowa di sepanjang jalan menuju Petungkriyono ini di jumpai kurang lebih ada 6 kelompok lutung yang sering muncul.
Lutung jawa mempunyai anak yang bewarna orange, kemudian berubah menjadi hitam dalam waktu rata-rata 2,9 bulan (Trisilo et al, 2021). Warna orange ini merupakan bentuk adaptasi dan evolusi dimana semua anggota Lutung jawa dalam kelompok akan mudah mengawasi dan melindungi bayi Lutung Jawa dari ancaman predator atau gangguan lainnya.
Aktifitas Lutung Jawa[3]
Aktifitas harian Lutung Jawa, biasanya lebih banyak istirahat, karena mereka memerlukan waktu dan energi untuk mencerna daun-daun yang susah di cerna. Pencernaan lutung jawa hampir menyerupai ruminant, lambung bersekat-sekat dengan bantuan bakteri pencernaan untuk mencerna daun-daun. Meskipun terlihat tidur rebahan di cabang pohon, Lutung-lutung ini sebenarnya sedang mencerna makanannya.
Lutung Jawa bergerak dengan ke empat alat geraknya (quadrupedal), dan memanfaatkan waktu hidupnya di atas pohon, dan sesekali turun ke tanah untuk mencari serangga dan sumber makanan di strata bawah atau lantai hutan.
Pengamatan bulan Februari 2021, kelompok lutung jawa hutan di hutan Sokokembang mencatat ada 6 betina menggendong bayi lutung, ada yang masih berwarna orange ada yang sudah berwarna hitam seperti induknya.
Teramati 2 individu Lutung Jawa sedang grooming, aktivitas sosial untuk membersihkan badan, memperkuat ikatan kelompok dan juga melepas ketegangan atau stress. Hutan petungkriyono, dengan kondisi yang relatif rapat merupakan kondisi yang diperlukan oleh lutung jawa untuk terus berkembang.
Lutung Jawa spesies yang di lindungi[3]
Lutung jawa, termasuk primata dilindungi, berdasarkan UU no 5 Tahun 1990, tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan Permenhut no P.106 /MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018.
Referensi
- ^ Kompas, Tim Harian (2018-09-20). "Hutan Hujan Tropis Sokokembang". Kompas.id. Diakses tanggal 2025-09-28.
- ^ Ptsp, Admin (2022-03-18). "Ekowisata Petungkriyono". Dinas PM PTSP (dalam bahasa Inggris (Britania)). Diakses tanggal 2025-09-28.
- ^ a b c Setiawan), Wawan (arif (2021-02-26). ".: Rimba Sokokembang ,rumah Lutung jawa berkembang". '. Diakses tanggal 2025-09-28.