Hutan hujan pegunungan Sumatra
Kawasan Ekologi hutan hujan pegunungan Sumatra (ID WWF: IM0159) mencakup wilayah pegunungan dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter di Pegunungan Barisan, yang membentang di sisi barat daya Pulau Sumatra, Indonesia. Kawasan Ekologi ini hampir sepenuhnya dikelilingi oleh hutan hujan dataran rendah Sumatra. Wilayah ini memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi; karena relatif terisolasi dan memiliki berbagai tipe hutan, terdapat tujuh spesies mamalia endemik dan delapan spesies burung endemik.[1]
Lokasi dan deskripsi
Pegunungan Barisan membentang sekitar 1.600 km di sisi barat daya Pulau Sumatra dan terbentuk akibat subduksi antara Lempeng Australia dan Lempeng Sunda. Pegunungan ini memiliki lebar rata-rata kurang dari 70 km, dengan ketinggian mulai dari 44 meter hingga puncak tertinggi 3.595 meter, dan ketinggian rata-rata sekitar 1.160 meter. Terdapat 35 gunung berapi aktif di kawasan ini, dengan sisi barat yang curam dan lereng timur yang lebih landai menuju dataran rendah.[1]
Iklim
Iklim Kawasan Ekologi ini adalah iklim hutan hujan tropis ( klasifikasi iklim Köppen (Af)). Iklim ini di indikasikan dengan cuaca panas, lembap, dan memiliki curah hujan setidaknya 60 mm setiap bulannya. [2] [3] Curah hujan tahunan di pegunungan ini memiliki rata rata sekitar 2.500 mm. Sisi timur Pegunungan Barisan berada dalam bayangan hujan, dan sisi tersebut menerima curah hujan lebih sedikit daripada sisi yang berada di sebelah barat.[2]
Tumbuhan dan Hewan
75% dari Kawasan Ekologi ini ditutupi oleh hutan yang rata-rata tumbuhannya berdaun lebar tertutup dan selalu hijau, sedangkan 15% lainnya berupa hutan tertutup jenis lain, dan 7% hutan terbuka. Ada tiga jenis hutan utama di Kawasan Ekologi ini, berdasarkan ketinggiannya ada : 'hutan pegunungan bawah', 'hutan pegunungan atas', dan 'hutan sub-alpin'.[1]
Hutan pegunungan rendah memiliki jenis pohon yang hampir sama dengan hutan hujan dataran rendah, namun ukurannya cenderung lebih pendek, biasanya mencapai sekitar 35 meter. Akar penopang jarang terlihat, tanaman merambat berkayu (liana) juga tidak banyak, sementara epifit justru lebih umum. Di wilayah ini, dominasi pohon dari keluarga Dipterocarpaceae yang biasanya mendominasi dataran rendah digantikan oleh lebih banyak pohon dari keluarga Fagaceae, seperti pohon ek batu (Lithocarpus), serta pohon dari keluarga laurel (Lauraceae), misalnya Cinnamomum burmanni.
Hutan pegunungan atas tumbuh pada ketinggian yang lebih tinggi, dipengaruhi oleh suhu dan tingkat awan. Pohon-pohon di zona ini lebih pendek, mencapai sekitar 20 meter, dan epifit seperti lumut dan lumut kerak banyak ditemukan. Tanaman khasnya meliputi konifer dan pohon dari keluarga myrtle (Myrtaceae).
Di ketinggian yang lebih tinggi lagi, hutan sub-alpin berkembang, ditandai oleh rerumputan, semak heath, dan lahan gambut. Tanaman erikaceous, termasuk spesies Rhododendron dan Vaccinium, umum dijumpai baik di hutan sub-alpin maupun pegunungan atas. Pohon-pohon di zona sub-alpin tersebar dan bertumbuh kerdil, biasanya tidak lebih dari 10 meter.[1]
Hewan
Mamalia yang menjadi perhatian konservasi di wilayah ini antara lain lutung Thomas. ( Presbytis thomasi ) Selain lutung Thomas yang terancam punah, mamalia lain yang juga perlu dikonservasi adalah kelinci belang Sumatera. ( Nesolagus netscheri ) Selain lutung Thomas dan kelinci belang Sumatera yang terancam punah, harimau Sumatera juga termasuk mamalia yang berada dalam status terancam dan memerlukan upaya konservasi. ( Panthera tigris ) .
Referensi
- ^ a b c d "Sumatran montane rain forests" (dalam bahasa Inggris). World Wildlife Federation. Diakses tanggal March 21, 2020.
- ^ a b Kottek, M.; Grieser, J.; Beck, C.; Rudolf, B.; Rubel, F. (2006). "World Map of Koppen-Geiger Climate Classification Updated" (PDF) (dalam bahasa Inggris). Gebrüder Borntraeger 2006. Diakses tanggal September 14, 2019.
- ^ "Dataset - Koppen climate classifications" (dalam bahasa Inggris). World Bank. Diakses tanggal September 14, 2019.