More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Ibnu Hibban - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ibnu Hibban - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ibnu Hibban

  • العربية
  • مصرى
  • Azərbaycanca
  • বাংলা
  • کوردی
  • Deutsch
  • English
  • فارسی
  • Français
  • Hausa
  • עברית
  • Қазақша
  • پنجابی
  • پښتو
  • Русский
  • Тоҷикӣ
  • Türkçe
  • اردو
  • Oʻzbekcha / ўзбекча
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Muhammad bin Hibban Al-Busti[catatan 1] (bahasa Arab: محمد ابن حبان البستی) (lahir di desa Busti, Afganistan, 270 H/884 – meninggal di Lashkar Gah, Afghanistan, 354 H/965 M pada umur 83 tahun) atau lebih dengan nama Ibnu Hibban adalah seorang ilmuwan muslim keturunan Arab, fukaha, ahli hadis, linguis, ahli geografi, ahli kedokteran, astronom, sejarawan, mutakalim. Dia merupakan penyusun kitab Shahih Ibnu Hibban.[1]

Pengarang kitab Shahih Ibnu Hibban Sebagai seorang ahli hadits ternama, ia mendapatkan gelar al-hafizh, sebuah gelar kehormatan yang hanya disematkan pada pakar hadits yang pilih tanding.

Ia dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang sangat kental dengan nuansa religius, sehingga ia menjadi seorang muslim yang taat beribadah. Disamping itu, ia juga mendapat bimbingan langsung dari orangtuanya mengenai dasar-dasar agama. Karenanya tak heran jika sejak kecil ia sudah menguasai berbagai disiplin keilmuan Islam, seperti fikih, tafsir, akhlak, sejarah dan hadits.

Akan tetapi di kemudian hari, minatnya terfokus pada disiplin ilmu hadits. Iapun mengkonsentrasikan diri menekuni pelajaran hadits, tanpa mengabaikan bidang ilmu lainnya.

Setiap guru yang ahli di bidang keilmuan tertentu ia datangi. Ketika ingin belajar tafsir, ia mengunjungi guru tafsir. Ketika hendak mendalami disiplin ilmu fiqih, ia menjambangi guru fiqih. Ketika berhasrat menekuni bidang hadits, iapun mendatangi guru hadits. Demikian seterusnya.

Itulah yang dijalankan oleh Ibnu Hibban ketika menuntut ilmu. Terlebih ketika berniat untuk menekuni ilmu hadits, ia berjuang mati-matian untuk mendapatkannya. Iapun mulai belajar hadits kepada guru-guru hadits didaerahnya. Setelah semua guru hadits didaerahnya ia datangi, ia memohon doa restu orangtuanya untuk mengembara ke negeri-negeri lain.

Dalam pengembaraannya mencari hadits, ia sempat menjadi salah seorang murid imam Ibnu Khuzaimah. Sungguh rute perjalanan keilmuan Ibnu Hibban sangat panjang. Ia menuntut ilmu sampai ke Khurasan, Syiria, Mesir, Irak, dan Semenanjung Arab.

Setelah dirasa cukup, Ibnu Hibban pun kembali ke tempat asalnya. Di daerahnya, dia didaulat sebagai guru besar hadits. Bahkan, ia diangkat oleh pemerintah di daerahnya sebagai hakim syariat.

Di tengah kesibukannya menangani persoalan peradilan agama, ia menyempatkan diri untuk menulis karya tulis. Salah satu karya terbesarnya adalah Taqasimul Anwa atau lebih dikenal dengan Shahih Ibnu Hibban. Kitab ini kemudian disusun kembali oleh Abi bin Balban dan hingga sekarang dikenal dengan nama al-Ihsan fi Taqrib Shahih Ibnu Hibban atau Taqrib Ibnu Balban ‘Ala Shahih Ibnu Hibban.

Disamping kitab tersebut, Ibnu Hibban juga memusatkan diri untuk menulis kitab mengenai kualitas perawi hadits. Di antara karyanya tentang hal ini adalah Majruhin minal Muhadditsin. Sayangnya, hingga sekarang kitab yang terakhir ini masih belum bisa sampai ke tangan kita, karena masih berbentuk manuskrip yang disimpan di perpustakaan Masjid Aya Sofya, Turki.

Karya Ibnu Hibban lainnya yang terkait dengan perawi hadits adalah al-Majruhin minal Muhadditsin wa ad-Du’afa wa al-Matrukin, sebuah kitab yang memuat daftar perawi hadits yang ditinggalkan perkataannya dan perawi dhoif yang terkena jarh (cela). Kitab ini tersusun dalam tiga jilid. Disamping itu ia juga menyusun kitab yang berjudul ats-Tsiqat setebal 9 juz yang memuat daftar para perawi hadits yang berkualitas terpercaya (tsiqah).

Di antara hadits yang diriwayatkan oleh imam Ibnu Hibban adalah sebuah hadits yang terkait dengan qiyamul lail di bulan Ramadhan. Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat bersama kami di bulan Ramadhan sebanyak delapan rakaat, setelah itu beliau shalat witir. Pada malam berikutnya, kamipun berkumpul di masjid sambil berharap beliau akan keluar. Kami terus menantikan beliau hingga datang waktu fajar.

Pagi harinya, kami menemui beliau dan bertanya, “Wahai Rasulullah sesungguhnya kami menunggumu tadi malam dengan harapan engkau akan shalat bersama kami”. “Sungguh aku khawatir kalau akhirnya shalat itu menjadi wajib atas kalian”, jawab beliau.

Sebagai seorang pakar hadits, Ibnu Hibban menjadi panutan para ulama hadits. Adapun di bidang fiqih, ia menjadi penganut mahdzab Syafi’i. Bahkan biografinya termaktub dalam Thaqabat asy-Syafi’iyyah, sebuah kitab yang merekam biografi para ulama mahdzab Syafi’i

Ibnu Hibban
ابن حبان
KunyaAbu Hatim, Abu Bakar
(ابو حاتم, ابو بكر)
NamaIbnu Hibban
ابن حبان
NasabMuhammad bin Hibban bin Ahmad bin Habban bin Mu'adz bin Ma'bad bin Sahid bin Hadiyyah, Ibnu Murrah bin Sa'id bin Yazid bin Murrah bin Zaid bin 'Abdillah binDaarim bin Handlolah bin Malik, Ibnu Zaid Manaah bin Tamim At-Tamimi Ad-Darimi Al-Busti
NisbahAt-Tamimi Ad-Darimi Al-Busti
Lahir270 H (884 M)
Busti (sekarang Lashkar gah), Afghanistan
Meninggal354 H (965 M)
Busti (sekarang Lashkar gah), Afghanistan
Dimakamkan diLashkar Gah), Afghanistan
EtnisArab
ZamanZaman kejayaan Islam
PekerjaanMuhaddits, fukaha
DenominasiSuni
Mazhab FikihMazhab Syafi'i[2]
Minat utamahadis
KaryaShahih Ibnu Hibban
Dipengaruhi  oleh
  • Ibnu Khuzaimah
Mempengaruhi
  • Ibnu Mandah, Hakim an-Naisaburi

Catatan

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ nama dan nasab lengkapnya adalah Muhammad bin Hibban bin Ahmad bin Habban bin Mu'adz bin Ma'bad bin Sahid bin Hadiyyah, Ibnu Murrah bin Sa'id bin Yazid bin Murrah bin Zaid bin 'Abdillah bin Daarim bin Handlolah bin Malik, Ibnu Zaid Manaah bin Tamim At-Tamimi Ad-Darimi Al-Busti

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "صحيح ابن حبان (ت: شاكر) ج 1 - المكتبة الوقفية للكتب المصورة PDF". waqfeya.com (dalam bahasa Arab). Diarsipkan dari asli tanggal 2020-09-24. Diakses tanggal 27 Januari 2021.
  2. ^ Fück, J.W. (2012). "Ibn Hibban". Dalam Bearman; Bianquis; Bosworth; Donzel; Heinrichs (ed.). Enyclopaedia of Islam (Edisi 2). Brill. doi:10.1163/1573-3912_islam_SIM_3199. ISBN 9789004161214. Diakses tanggal 27 Januari 2021.
  • l
  • b
  • s
Ulama-Ulama Ahli Fiqih Mazhab Syafi'i
Abad ke-3 H
Imam Asy-Syafi'i (wafat 204 H)  • Imam Ahmad (wafat 241 H)  • Imam Bukhari (wafat 256 H)  • Imam Abu Dawud (wafat 275 H)  • Imam At-Tirmidzi (wafat 279 H)  • Syeikh Juneid al-Bagdadi (wafat 298 H)
Abad ke-4 H
Imam An-Nasa'i (wafat 303 H)  • Abu Hasan al Asy'ari (wafat 324 H)  • Ibnul Haddad (wafat 345 H)  • Ar-Razi (wafat 347 H)  • Ibnul Qathan (wafat 359 H)  • Ibnul Bahran (wafat 361 H)  • Al-Qaffal al-Kabir (wafat 366 H)  • Ad-Daruquthni (wafat 385 H)  • Al-Isma'ili (wafat 392 H)  • Al-Qadhi Al-Jurjani (wafat 392 H)  • As-Susi (wafat 396 H)  • Ibnu Laal (wafat 398 H)
Abad ke-5 H
Al-Lalika'i (wafat 416 H)  • Al-Mawardi (wafat 450 H)  • Imam Al-Baihaqi (wafat 458 H)
Abad ke-6 H
Imam Al-Ghazali (wafat 505 H)  • Imam Al-Baghawi (wafat 516 H)  • Ibnu Asakir (wafat 576 H)  • Abu Syuja (wafat 593 H)
Abad ke-7 H
Al-Mundziri (wafat 656 H)  • Imam An-Nawawi (wafat 676 H)  • Imam Ar-Rafi'i (wafat 623 H)  • Ibnu Malik (wafat 672 H)  • Al-Baidhawi (wafat 691 H)  • Syaikh Ibrahim ad Dasuqi (wafat 696 H)  • Izzuddin bin Abdussalam (wafat 660 H)
Abad ke-8 H
Ibnu Katsir (wafat 774 H)  • Ibnu Daqiq al-Ied (wafat 702 H)  • Quthbuddin asy-Syirazi (wafat 710 H)  • Taqiyuddin as-Subki (wafat 756 H)  • Az-Zarkasyi (wafat 794 H)
Abad ke-9 H
Ibnu Al-Mulaqqin (wafat 804 H)  • Ibnu Ruslan (wafat 844 H)  • Ibnu Hajar Al 'Asqalani (wafat 852 H)  • Jalaluddin al-Mahalli (wafat 864 H)  • Imamul Kamiliyah (wafat 874 H)
Abad ke-10 H
Jamaluddin An-Nasyiri (wafat 911 H)  • Imam As-Suyuthi (wafat 911 H)  • Jalaluddin al-Karaki (wafat 912 H)  • Ibnu Abi Syarif (wafat 923 H)  • Abul Fatah al-Mishri (wafat 963 H)  • Hasanuddin (wafat 964 H)  • Ibnu Qassim al-'Ubaidi (wafat 994 H)  • Mirza Makhdum (wafat 995 H)
Abad ke-11 H
Nuruddin al-Raniri (wafat 1068 H)  • Syamsuddin as-Syaubari (wafat 1069 H)  • Syihabuddin al-Qaliyubi (wafat 1070 H)  • Abdul Birri al-Ajhuri (wafat 1070 H)  • Al-'Urdli (wafat 1071 H)  • Ibnu Jamal al-Makki (wafat 1072 H)  • Al-Qinai (wafat 1073 H)  • Ibrahim al-Marhumi (wafat 1073 H)  • Muhammad al-Bathini (wafat 1075 H)  • Muhammad al-Kurani (wafat 1078 H)  • Ibrahim al-Maimuni (wafat 1079 H)  • Abdul Qadir as-Shafuri (wafat 1081 H)  • Ibnu Jam'an (wafat 1083 H)  • Ibrahim al-Khiyari (wafat 1083 H)  • Al Kurdi (wafat 1084 H)  • 'Al al-Ayyubi (wafat 1086 H)  • Muhammad al-Bakri (wafat 1087 H)  • Abdul Rauf al-Fanshuri (wafat 1094 H)
Abad ke-12 H
Abdullah bin Alawi al-Haddad (wafat 1123 H)  • Muhammad al-Kurani (wafat 1145 H)  • Al 'Ajaluni (wafat 1148 H)  • Hasan al-Bani (wafat 1148 H)  • As-Safar Jalani (wafat 1150 H)  • Ad-Diri (wafat 1151 H)  • As-Suwaidi (wafat 1143 H)  • Zainuddin ad-Dirbi (wafat 1155 H)  • Al-Busthami (wafat 1157 H)  • Athaulah al-Azhari (wafat 1161 H)
Abad ke-13 H
Abdus Shamad al-Falimbani (wafat 1203 H)  • Muhammad Arsyad al-Banjari (wafat 1227 H)  • Al-Yamani (wafat 1201 H)  • Ahmad al-Khalifi (wafat 1209 H)  • Al-Baithusyi (wafat 1211 H)  • At-Takriti (wafat 1211 H)  • Ibnu Jauhari (wafat 1215 H)  • Ad-Damanhuri (wafat 1221 H)
Abad ke-14 H
Abdul Karim Tebuwung (wafat 1313 H)  • Nawawi al-Bantani (wafat 1315 H)  • Ahmad Khatib al-Minangkabawi (wafat 1334 H)  • Muhammad Saad Munqa (wafat 1339 H)  • Syeikh Muhammad Saleh al-Minankabawi (wafat 1351 H)  • Syeikh Khatib 'Ali (wafat 1353 H)  • Muhammad Jamil Jaho (wafat 1360 H)  • Hasjim Asy'ari (wafat 1367 H)  • Abdul Wahid Tabek Gadang (wafat 1369 H)  • Musthafa Husein al-Mandili (wafat 1370 H)  • Dimyathi Syafi'ie (wafat 1378 H)  • Abdul Qadir bin Abdul Mutalib al-Mandili (wafat 1385 H)  • Al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi (wafat 1388 H)  • Habib Salim bin Djindan (wafat 1389 H)  • Sulaiman ar-Rasuli (wafat 1390 H)  • Abdul Wahab Hasbullah (wafat 1391 H)  • Al-Habib Ali bin Husein al-Attas (wafat 1396 H)
Abad ke-15 H
Syeikh Muhammad Yasin al-Fadani (wafat 1410 H)  • Muhammad Zaini Abdul Ghani (wafat 1426 H)  • Al-Habib Munzir bin Fuad al-Musawa (wafat 1434 H)  • Sahal Mahfudz (wafat 1435 H)  • Wahbah al-Zuhayli (wafat 1436 H)
Cetak tebal adalah yang sangat terkemuka di zamannya, metode penentuan abad seorang ulama dengan tahun kematiannya, Lihat Panduan Penggunaan


Ikon rintisan

Artikel bertopik Ulama ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ibnu_Hibban&oldid=27429897"
Kategori:
  • Ulama Syafi'i Abad ke-4 H
Kategori tersembunyi:
  • Galat CS1: parameter tidak didukung
  • CS1 sumber berbahasa Arab (ar)
  • Artikel mengandung aksara Arab
  • Semua artikel rintisan
  • Semua artikel rintisan biografi
  • Rintisan biografi tokoh Islam
  • Rintisan biografi Ulama
  • Semua artikel rintisan Juni 2025
  • Semua artikel biografi

Best Rank
More Recommended Articles