More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. In necessariis unitas, in dubiis libertas, in omnibus caritas - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
In necessariis unitas, in dubiis libertas, in omnibus caritas - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

In necessariis unitas, in dubiis libertas, in omnibus caritas

  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • English
  • Hrvatski
  • Latina
  • Русский
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kalimat "in essentials unity, in nonessentials liberty, in all things charity" pada dinding gedung auditorium IMKA Internasional Yerusalem

In necessariis unitas, in dubiis libertas, in omnibus caritas (terj. har. 'kesatuan dalam perkara-perkara wajib, kebebasan dalam perkara-perkara taksa; cinta kasih dalam segala perkara') adalah sebuah frasa Latin.

Asal-mula dan sejarah

[sunting | sunting sumber]

Frasa ini sering kali keliru dinisbatkan kepada Agustinus Uskup Hipo, padahal tampaknya pertama kali dipakai pada tahun 1617 oleh Marco Antonio de Dominis, Uskup Agung Split, di dalam risalah antipausnya, De Repubblica Ecclesiastica,[1] dengan konteks berikut ini:

Quod si in ipsa radice, hoc est sede, vel potius solio Romani pontificis haec abominationis lues purgaretur et ex communi ecclesiae consilio consensuque auferretur hic metus, depressa scilicet hac petra scandali ac ad normae canonicae iustitiam complanata, haberemus ecclesiae atrium aequabile levigatum ac pulcherrimis sanctuarii gemmis splendidissimum. Omnesque mutuam amplecteremur unitatem in necessariis, in non necessariis libertatem, in omnibus caritatem. Ita sentio, ita opto, ita plane spero, in eo qui est spes nostra et non confundemur. Ita sentio, ita opto, ita plane spero, in eo qui est spes nostrae et non confundemur.[2]

Akan tetapi jikakalau pada akarnya, yakni pada takhta itu, atau lebih tepatnya pada takhta Imam Besar Roma, fasiknya kekejian ini dimurnikan, dan atas mufakat bersama serta persetujuan gereja, ketakutan ini ditiadakan; maka sungguh cemerlanglah yang demikian. Jadi marilah kita semua saling merangkul, bersatu dalam perkara-perkara wajib, bebas dalam perkara-perkara tak wajib, berkasih sayang dalam segala perkara. Demikianlah yang aku rasakan, demikianlah yang aku dambakan, demikianlah yang dengan gamblang aku harapkan, di dalam dia yang adalah pengharapan kita, dan tidaklah kita akan dikecewakan. Demikianlah yang aku rasakan, demikianlah yang aku dambakan, demikianlah yang dengan gamblang aku harapkan, di dalam dia yang adalah pengharapan kita, dan tidaklah kita akan dikecewakan.

Sebelum abad ke-21, para sarjana sepakat bahwa kemungkinan besar frasa tersebut berasal dari Rupertus Meldenius, teolog Lutheran yang mengemukakan di dalam risalahnya yang terbit pada tahun 1626, Paraenesis votiva pro pace ecclesiae ad theologos Augustanae, bahwa "verbo dicam: Si nos servaremus in necessariis Unitatem, in non-necessariis Libertatem, in utrisque Charitatem, optimo certe loco essent res nostrae", artinya "jadi singkatnya: andaikata kita dapat memelihara Kesatuan dalam perkara-perkara wajib, Kemerdekaan di dalam perkara-perkara tak wajib, dan Cinta Kasih di dalam kedua-duanya, sudah barang tentu akan sempurnalah urusan-urusan kita." Artikel Henk Nellen tahun 1999, yang menunjukkan bahwa frasa tersebut sebelumnya sudah pernah dipakai oleh Marco Antonio de Dominis, menunggangbalikkan konsensus yang sudah lebih dari satu abad lamanya bercokol di lingkungan akademis.[3]

Menurut Joseph Lecler, pemakaian dubiis sebagai ganti non necessariis (yang muncul di sini adalah omnibus, alih-alih utrisque seperti di dalam risalah Rupertus Meldenius) jamak dilakukan di lingkungan Katolik, dan berdampak meluaskan "kaidah Meldenius... menjadi lebih dari sekadar necessaria [(demi keselamatan)] dan non necessaria [(demi keselamatan)]", jauh lebih dari sekadar "pasal-pasal mendasar": "sila tiga penggal... [dengan demikian] kehilangan nuansa Protestan asalinya, untuk meluaskan kebebasan hingga mencakup seluruh pokok permasalahan yang masih diperdebatkan, diragukan, dan belum terdefinisikan [(non définies par l'Église)]".[4]

Pemakaian di ranah teologi

[sunting | sunting sumber]

Frasa ini didapati dalam bentuknya yang sekarang di dalam ensiklik Paus Yohanes XXIII, Ad Petri Cathedram tanggal 29 Juni 1959.[5]

Di dalam Buku Disiplin Gereja Metodis Bersatu, frasa ini mengemuka di bagian sejarah doktrin, dalam bentuk "dalam perkara-perkara wajib, kesatuan; dalam perkara-perkara tak wajib, kebebasan; dan dalam segala perkara, cinta kasih." Lewat beberapa baris sesudahnya, amanat tersebut ditegaskan dengan kalimat "perkara krusial di dalam agama adalah kasih yang teguh kepada Allah dan sesama manusia, disemangati oleh karya penebusan dan pengudusan Roh Kudus."[6]:57

Baca juga

[sunting | sunting sumber]
  • Adiaforon
  • Daftar frasa Latin
  • Teologoumenon

Rujukan

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ de Dominis, Marco Antonio (1617), "book 4, chapter 8", De republica ecclesiastica libri X, vol. 1, London, hlm. 676.books.google
  2. ^ Nellen, HJM (1999), "De zinspreuk 'In necessariis unitas, in non necessariis libertas, in utrisque caritas'", Nederlands Archief voor Kerkgeschidenis (article), 79 (1): 99–106, doi:10.1163/002820399X00232 (dengan abstraksi dalam bahasa Inggris); artikel yang menunggangbalikkan seabad atau lebih konsensus kesarjanaan.
  3. ^ O'Donnell, James J. (2010). "A Common Quotation". Universitas Georgetown. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2014-09-12.
  4. ^ Lecler, Joseph (1961), "À propos d'une maxime citée par le Pape Jean XXIII: In necessariis unitas, in dubiis libertas, in omnibus caritas" [Ihwal petikan yang disitir Paus Yohanes XXIII: In necessariis unitas, in dubiis libertas, in omnibus caritas], Recherches de Science Religieuse (dalam bahasa Prancis), 49: 549–60.
  5. ^ Roncalli, Angelo Giuseppe, Ad Petri cathedram (encyclical) (dalam bahasa Latin), Rome, Italy: Vatican
  6. ^ "The Book of Discipline of the United Methodist Church 2016". Cokesbury. The United Methodist Publishing House. Diakses tanggal 29 April 2017.

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]
  • "In necessariis unitas, in non necessariis libertas, in utrisque caritas", Liber locorum communium (Web log), Google, Mar 2010 — untuk artikel-artikel yang ditulis Nellen dan Lecler
  • A common quotation from 'Augustine'?, Georgetown — sejarah terperinci asal-usul dan tafsir frasa ini
  • "Did St. Augustine Write: In necessariis unitas, in dubiis libertas, in omnibus caritas?" (Books), The Catholic University Bulletin (article), 10: 416, January 1904.
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=In_necessariis_unitas,_in_dubiis_libertas,_in_omnibus_caritas&oldid=26826007"
Kategori:
  • Sejarah teologi Kristen
  • Kata dan frasa Latin
Kategori tersembunyi:
  • Pages using the JsonConfig extension
  • CS1 sumber berbahasa Prancis (fr)
  • CS1 sumber berbahasa Latin (la)

Best Rank
More Recommended Articles