Kenduri Beureuat
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. (Mei 2025) |
Kenduri Beureuat adalah tradisi kenduri (jamuan makan bersama) masyarakat Aceh yang dilaksanakan pada bulan Syakban dalam kalender Hijriah.[1] Tradisi ini mengandung makna spiritual, sosial, dan budaya yang kuat, serta masih dilestarikan di berbagai daerah di Aceh, khususnya menjelang malam Nisfu Sya'ban.[2] Istilah "beureuat" berasal dari bahasa Aceh “beureukat,” yang berarti berkah.[3] Istilah "beureuat" ini kadang juga diartikan sebagai "bererat" atau "mengikat erat", yang secara simbolis mencerminkan tujuan kenduri ini, yaitu mempererat hubungan antarwarga dan memperkuat ikatan keagamaan serta kekeluargaan.[1][3][4][5]
Latar Belakang dan Sejarah
Kenduri Beureuat berasal dari tradisi Islam yang telah lama melekat dalam kehidupan masyarakat Aceh. Menurut beberapa sumber, tradisi ini dikaitkan dengan peristiwa penting dalam sejarah Islam, yaitu kisah perjuangan Siti Hajar dan kelahiran Nabi Ismail AS. Ada pula yang mengaitkannya dengan bentuk syukur menjelang malam Nisfu Sya'ban, saat umat Islam berdoa dan memohon nasib yang lebih baik untuk masa mendatang.[6]
Tradisi ini juga dianggap sebagai persiapan menjelang bulan suci Ramadan. Secara historis, kenduri ini telah dilakukan turun-temurun oleh masyarakat Aceh sebagai bentuk tahaddus bin ni’mah (menyebut-nyebut nikmat Allah) serta untuk mempererat ukhuwah Islamiyah.[2][6][7]
Pelaksanaan
Kenduri Beureuat biasanya dilaksanakan secara kolektif oleh masyarakat gampong (desa) dan difokuskan di meunasah (mushala), rumah warga, atau tempat berkumpul lainnya. Warga membawa makanan yang disusun dalam nampan besar, yang kemudian disantap bersama-sama. Hidangan khas seperti nasi, kari ayam atau daging, dan kuah beulangong menjadi sajian utama.[8]
Salah satu ciri khas dari kenduri ini adalah penggunaan "beureuat" atau benang-benang panjang yang dirangkai menjadi hiasan dan simbol pengikat. Benang ini dapat diartikan sebagai lambang keterikatan dan kekompakan masyarakat. Dalam beberapa wilayah, benang tersebut juga dihias dan ditempel pada makanan sebagai simbol pengharapan atas keberkahan dan keberuntungan.
Pelaksanaan Kenduri Beureuat juga diiringi dengan doa bersama, pembacaan Yasin, zikir, dan kadang-kadang ceramah agama. Semua ini menunjukkan bahwa kenduri tidak hanya menjadi kegiatan sosial, tetapi juga spiritual.[9]
Makna dan Fungsi
Kenduri Beureuat memiliki beberapa makna dan fungsi penting:[8]
- Makna Keagamaan Sebagai bentuk ibadah dan rasa syukur kepada Allah SWT menjelang bulan suci Ramadan serta memperingati malam Nisfu Sya’ban.
- Makna Sosial Sebagai sarana mempererat tali silaturahmi antarwarga, memperkuat rasa kebersamaan, dan memperkokoh solidaritas sosial.
- Makna Budaya Sebagai warisan budaya leluhur yang memperkaya identitas masyarakat Aceh serta menjaga kesinambungan nilai-nilai lokal.
- Makna Filosofis "Beureuat" sebagai simbol pengikat, mencerminkan harapan masyarakat agar hidup selalu dalam ikatan yang harmonis, baik dengan sesama manusia maupun dengan Tuhan.
Pelestarian
Meskipun zaman terus berubah, Kenduri Beureuat tetap lestari di banyak wilayah Aceh.[10] Pemerintah daerah dan lembaga adat seperti Majelis Adat Aceh (MAA) turut berperan aktif dalam menjaga dan mempromosikan tradisi ini. Di era modern, Kenduri Beureuat tidak hanya menjadi upacara adat, tetapi juga atraksi budaya yang menarik wisatawan dan peneliti budaya.[3]
Lihat Pula
- ^ a b "Kaurie Beureuat, Kenduri Menyambut Nisfu Syaban untuk Nasib yang Lebih Baik". Asumsi. 2022-06-14. Diakses tanggal 2025-05-02.
- ^ a b Anshori. "Mengintip Makna Mendalam di Balik Tradisi Kenduri Beureuat Masyarakat Aceh". Kilas Aceh. Diakses tanggal 2025-05-02.
- ^ a b c Majelis Adat Aceh, Admin (2025-02-28). "Tradisi Kenduri Masyarakat Aceh". https://maa.acehprov.go.id/. Diakses tanggal 2025-05-02.
- ^ Editor. "Kenduri Beureuat, Acehnese Tradition". holidayayo.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-05-02.
- ^ Umam. "Upacara Adat Aceh yang Dilestarikan Dari Meugang Hingga Meuleumak". Diakses tanggal 2025-05-02.
- ^ a b aceHTrend.com (2021-04-05). "Kenduri Beureuat, Cara Orang Islam di Aceh Mengenang Kelahiran Nabi Ismail dan Perjuangan Siti Hajar". aceHTrend.com. Diakses tanggal 2025-05-02.
- ^ "Bulan Sya'ban dan Khanduri Beureuat di Aceh, Tradisi Leluhur sebagai Bentuk Syukur kepada Allah SWT". Serambinews.com. Diakses tanggal 2025-05-02.
- ^ a b "Makna Tradisi Khanduri Beureuat Bagi Masyarakat Gampong Uteuen Gathom, Bireuen, Aceh". https://www.researchgate.net/. 2024-06. Diakses tanggal 2025-05-02. ;
- ^ "Kaurie Beureuat » Budaya Indonesia". budaya-indonesia.org. Diakses tanggal 2025-05-02.
- ^ "Upacara Adat Aceh yang Masih Dilestarikan hingga Sekarang, dari Peusijuek hingga Uroe Tulak Bala - Bobo". bobo.grid.id. Diakses tanggal 2025-05-02.