Koto Laweh, X Koto, Tanah Datar
Koto Laweh | |||||
---|---|---|---|---|---|
![]() Masjid Tuanku Pamansiangan Koto Laweh | |||||
Negara | ![]() | ||||
Provinsi | Sumatera Barat | ||||
Kabupaten | Tanah Datar | ||||
Kecamatan | X Koto | ||||
Kodepos | - | ||||
Kode Kemendagri | 13.04.01.2006 ![]() | ||||
Luas | 7.27 Km² | ||||
Jumlah penduduk | 3.337 jiwa (2024) | ||||
Kepadatan | 459 jiwa/Km² | ||||
Situs web | kotolaweh | ||||
|
Koto Laweh merupakan salah satu nagari yang termasuk ke dalam wilayah kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Nagari ini terletak di dekat Batusangkar, ibu kota dari kabupaten Tanah Datar.
Wilayah Dan Geografi
Nagari Koto Laweh berada pada ketinggian ± 900-1000 M dari permukaan laut dengan dengan suhu antara 25ºC-35ºC dan curah hujan rata-rata 1.500 mm/tahun. Dengan kondisi ini Nagari Koto Laweh termasuk Nagari yang memiliki lahan pertanian yang subur. Mata pencarian penduduk Nagari Koto Laweh sebagian besar adalah petani ±80%, PNS ±5%, Wiraswasta ±15% . Dan seluruh potensi yang dimiliki di sektor pertanian merupakan lahan-lahan pertanian rakyat dengan luas ±408 Ha yang diisi dengan hasil pertanian seperti padi, sayur mayur dan hanya sebahagian kecil perkebunan seperti kulit manis, jeruk dan kopi. Di samping itu hampir seluruh perumahan yang ada memiliki kolam ikan sehingga sebagai pencarian tambahan masyarakat adalah dengan berbudidaya ikan.[1]
Jorong
Nagari Koto Laweh[2] memiliki luas ± 727 Ha atau 7,27 Km² yang terdiri dari 5 (lima) Jorong yakni :
- Jorong Balai Gadang
- Jorong Kapalo Koto
- Jorong Batu Panjang
- Jorong Pincuran Tujuah
- Jorong Kandang Diguguak
Batas Wilayah
Terletak di antara Gunung Singgalang, Gunung Marapi, dan Gunung Tandikek, secara geografis Nagari Koto Laweh memiliki batas-batas sebagai berikut:
Utara | Nagari Pandai Sikek dan Nagari Koto Baru |
Timur | Nagari Panyalaian dan Nagari Aie Angek |
Selatan | Nagari Panyalaian dan Nagari Singgalang |
Barat | Nagari Singgalang |
Sejarah
Koto Laweh adalah salah satu Nagari yang terletak di kawasan X Koto yang penduduknya berasal dari Mudiak atau Utara dan Hilir atau selatan dan juga yang berasal dari kenagarian lain seperti Sungai Pua, Padang Laweh, Batu Palano dan dari daerah selingkungan kawasan Agam dan Tanah Datar. Kanagarian Koto Laweh tidak begitu saja langsung jadi Kenagarian seperti sekarang tetapi melalui beberapa proses. Pada mulanya, Koto Laweh berasal dari taratak yaitu pondok di tengah peladangan yang dibuka warga Nagari atau daerah lain yang datang. Dalam waktu tertentu, lama kelamaan taratak tersebut berkembang jadi dusun, kemudian menjadi Koto, setelah dari Koto berubah jadi sebuah Kanagarian. Karena luasnya peladangan yang dibuka maka dinamakan Koto Nan Laweh, sehingga sampai sekarang dinamakan Kanagarian Koto Laweh.
Menurut sejarah kejadiannya sekitar abad ke 14-15. Pelopor pertama pendiri Koto Laweh adalah Niniak Mamak Nan Duo Baleh, empat di antaranya adalah: Angku Nan Baundang; Angku Mato Aia; Angku Nan Batareh; Angku Nan Panjang Labuah. Pada abad ke 17 suku-suku sudah tersusun terdiri dari 4 suku dengan 60 Penghulu, dan di ujung abad ke 17 lahirlah Tuanku Pamansiangan. di tahun 1818 Gelar Tuanku dianugrahkan kepada Tuanku Pamansiangan sekembalinya belajar dari Aceh. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1830 Tuanku Pamansiangan telah mendamaikan perselisihan yang terjadi tahun 1815 antara 6 Koto dengan 4 Koto di Pakan Jumat yang terdapat di Sungai Talang atau Bak Aia sekarang.
Di tahun 1905 didirikan sekolah sambungan pertama oleh Belanda bernama Governemen Scool di Nagari Koto Laweh hal itu menjadi sekolah pertama yang sekarang menjadi SDN 01 Koto Laweh. Tahun 1908, Tuanku Mudo di Pincuran Tujuah memberontak terhadap Belanda karena tidak mau membayar pajak. Tahun 1940 didirikan sekolah Islam Pertama oleh Huber (Himpunan Usaha Bersama) yang dipimpin oleh H. Muhamad Thaib. Pada tahun 1950 Sekolah Islam Huber berubah menjadi SMP Islam. Serta, pada tahun 1948 Koto Laweh adalah sektor I (satu) dalam perjuangan melawan Belanda yang mana pimpinannya adalah orang Koto Laweh yaitu Letnan Satu (Lettu) Sutan Zainuddin (Dt Tumpatiah) yang meninggal tahun 2002.
Pasca Indonesia merdeka, tahun 1945 diangkat Wali Nagari Pertama di Koto Laweh yaitu Dt Tumanggung Nan Cadiak. Di tahun yang sama, Dt Rangkai Mulia jadi Wali Nagari dengan nama Wali Nagari Parang. Pada tahun 1950 diangkat Dt Rajo Katik jadi Wali Nagari. Kemudian, tahun 1958 diangkat Dt Kayo menjadi Wali Nagari. Pada tahun yang sama juga diangkat Dt Tumangguang Nan Cadiak jadi Camat X Koto. Dua tahun kemudian, pada1960 diangkat Dt Majo Indo menjadi Wali Nagari. Tiga tahun kemudian beliau digantikan oleh Dt Sampono Sati menjadi Wali Nagari.
Pada tahun 1965, akibat pertentangan politik di antara penduduk maka terjadilah perselisihan yang mengakibatkan saling membunuh sehingga hilanglah para pemikir dan cendekiawan Nagari Koto Laweh dan berakhirlah sejarah keemasan Nagari Koto Laweh saat itu. Kondisi itu ditandai dengan diangkat Dt Garang menjadi Wali Nagari. Pada tahun 1973 Dt. Garang digantikan dengan A. Katik Saidi menjadi Wali Nagari. Empat tahun kemudian, tepatnya tahun 1977 diangkat A. Dt Mangkuto Basa menjadi Wali Nagari. Beliau digantikan oleh N. Dt Sampono Ameh menjadi Wali Nagari tahun 1979.[3]
Referensi
Pranala luar