Krishna Murti
| Krishna Murti | |
|---|---|
| Lahir | Krishna Murti 15 Januari 1970 Ambon, Maluku, Indonesia |
| Kebangsaan | Indonesia |
| Pendidikan | Akademi Kepolisian (1991)
PTIK (2000) Sespim (2008) Sespimti (2014) Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia|Lemhannas PPSA XXII (2019) Doktor Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran (2024) |
| Pekerjaan | Polisi |
| Dikenal atas | Kampanye Turn Back Crime |
| Jabatan | Staf Ahli Manajemen Kapolri |
| Suami/istri | Nany Ariany Utama |
| Anak | 2 |
| Kerabat | Mohammad Fadjar (adik) |
Krishna Murti (lahir 15 Januari 1970) adalah seorang perwira tinggi Kepolisian Indonesia asal Ambon, Maluku. Ia dikenal publik sebagai jenderal polisi yang aktif di media sosial serta populer dengan kampanye Turn Back Crime. Sepanjang kariernya, Krishna menangani sejumlah kasus besar, termasuk bom Thamrin (2016) dan kasus pembunuhan Mirna (2016). Ia pernah menjabat Kepala Divisi Hubungan Internasional (Kadiv Hubinter) Polri (2022–2025) sebelum dimutasi menjadi Staf Ahli Manajemen (Sahlijemen) Kapolri pada bulan Agustus 2025.[1][2]
Latar belakang
Krishna Murti lahir di Ambon, Maluku, pada 15 Januari 1970. Ia berasal dari keluarga militer. Ayahnya adalah Bom Soerjanto, sedangkan adiknya, Mohammad Fadjar, menjabat sebagai perwira tinggi TNI AD.[1]
Masa kecilnya diwarnai perpindahan tempat tinggal, termasuk saat bersekolah di SMP Negeri 1 Malang dan SMA Negeri 5 Bandung.[2] Setelah itu ia menempuh pendidikan di Akademi Kepolisian (1991) dan melanjutkan studi di PTIK (2000). Pendidikan lanjutan lain yang diikuti antara lain Sespim (2008), Sespimti (2014), Lemhannas PPSA XXII (2019), serta program doktor Ilmu Komunikasi di Universitas Padjadjaran (2024).[1][2]
Kehidupan pribadi
Krishna menikah dengan Nany Ariany Utama dan dikaruniai dua anak.[1] Ia dikenal dekat dengan keluarganya dan kerap didampingi istri dalam penugasan, termasuk saat bertugas di New York.[1]
Karier
Krishna memulai karier sebagai perwira pertama di Polda Jawa Tengah (1991). Ia kemudian menjabat Kapolsek Randudongkal (1993), pengasuh taruna Akpol (1994), dan komandan kontingen pasukan perdamaian Polri di Bosnia (1996).[3]
Sejak itu, kariernya terus meningkat, dengan jabatan antara lain Sespri Kapolda Metro Jaya (2000), Kapolsek Metro Penjaringan (2001), Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara (2005), Wakapolres Depok (2006), dosen Lemdikpol (2009), dan Kapolres Pekalongan (2011). Pada 2011–2013 ia ditugaskan di markas besar PBB di New York sebagai staf perencanaan.[1][3]
Sebagai Dirreskrimum Polda Metro Jaya (2015), Krishna menangani kasus besar seperti kematian Mirna Salihin akibat racun sianida dan bom Sarinah Thamrin 2016.[3] Ia kemudian menjabat Wakapolda Lampung (2016), Karomisinter Divhubinter Polri (2017), dan akhirnya Kadiv Hubinter Polri (2022).[1]
Pada Agustus 2025, ia dimutasi menjadi Staf Ahli Manajemen Kapolri.[2]
Popularitas
Krishna dikenal publik lewat gaya komunikasinya di media sosial dan kampanye Turn Back Crime yang populer sejak 2015.[3] Penampilannya saat penanganan teror bom Thamrin dengan rompi antipeluru dan kacamata hitam menjadikannya salah satu figur kepolisian yang menonjol di mata masyarakat.[1]
Referensi
- ^ a b c d e f g h "Profil Irjen Krishna Murti, Jenderal Polisi Asal Ambon yang Kini Jadi Sorotan Publik". tvOnenews. 18 September 2025. Diakses tanggal 19 September 2025.
- ^ a b c d "Biodata, Profil dan Agama Krishna Murti, Sahlijemen Kapolri yang Diterpa Isu Dugaan Perselingkuhan". MalangTerkini. Agustus 2025. Diakses tanggal 19 September 2025.
- ^ a b c d "Profil Irjen Krishna Murti". Viva.co.id. Diakses tanggal 19 September 2025.

