Kuasa di Balik Tahta
Kendali di balik takhta kepemimpinan adalah istilah bagi seseorang atau kelompok yang secara tak resmi atau tak memiliki pengakuan dari segi kepemimpinan, akan tetapi turut melakukan peran aktif sebagai pejabat tingkat utama, semisal kepala negara atau raja. Dalam ilmu politik, hal ini sering mengarah kepada pasangan, ajudan, atau bawahan dari pemimpin resmi, yang membuat kebijakan atas dasar pengaruh kuat atau kelihaian memanipulasi.
Asal mula istilah ini merupakan ciri pemerintahan di kerajaan Eropa pada Abad Pertengahan, waktu ada sosok penasihat yang berdiri di belakang kursi takhta raja diizinkan membisikkan arahan pada telinga sang raja, tanpa harus berbincang, dalam menentukan kebijakan-kebijakan tertentu, maka kendali tidak bergantung pada pemimpin utama melainkan pada "penasihat" di balik figur pimpinan (figurehead) tersebut. Sehingga pemimpin yang secara resmi (de jure) dan diakui secara luas (de facto) hanya mendapat sebutan, akan tetapi kewenangan dan kendali utama tidak sepenuhnya dikuasai olehnya melainkan ada pihak atau otoritas lebih tinggi yang samar atau bahkan tidak diketahui dalam hal memengaruhi atau bahkan mengambil alih penentuan kebijakan.
Beberapa tokoh yang dikenal dengan istilah ini adalah Alcuin, Martin Bormann,[1] dan Joseph-Marie Córdoba.[2]
Contoh historis
Contoh historis dari "kekuatan di balik takhta" meliputi:
- Eropa
- Kekaisaran Romawi – Contoh sebelumnya meliputi magistri militum pada dekade-dekade terakhir Kekaisaran Romawi Barat. Contoh-contohnya adalah
- Stilicho, jenderal dan penasihat Kaisar Honorius,
- Aetius, kekuatan di balik takhta keponakan Honorius, Valentinian III,
- Ricimer dalang Kaisar Avitus, Majorian, Libius Severus, Procopius Anthemius, dan Olybrius,
- dan terakhir Flavius Orestes, ayah dari kaisar perampas kekuasaan Romulus Augustulus, dan kepala suku Jermanik Odoacer, yang merupakan penguasa di Barat selama pemerintahan Kaisar Julius Nepos dan kemudian putra Orestes, Romulus yang disebutkan di atas. Odoacer kemudian menggulingkan penguasa boneka Romawi, menangkap dan mengeksekusi Orestes, dan mendirikan kerajaan Italia sendiri sebagai Dux Italiae, hanya untuk digulingkan oleh kepala suku Ostrogoth Theodoric atas perintah Kaisar Timur Zeno.
- Kekaisaran Romawi – Contoh sebelumnya meliputi magistri militum pada dekade-dekade terakhir Kekaisaran Romawi Barat. Contoh-contohnya adalah
- Asia Timur
- Yeon Gaesomun, Yeon Namsaeng, dan Yeon Nam-geon, Dae Magniji dari Kerajaan Goguryeo;
- Rezim militer Goryeo di Kerajaan Goryeo;
- Klan Fujiwara dari periode Heian di Jepang klasik
- Shogun dari Jepang feodal. Selain itu, selama periode Kamakura, Shogun juga secara efektif menjadi pemimpin boneka, dengan kekuasaan nyata di tangan klan Hōjō.
- Genrō memiliki peran ini pada periode Meiji di Jepang.
- Kaisar Qianlong memegang kekuasaan de facto sebagai kaisar yang sudah pensiun selama tiga tahun pertama pemerintahan putranya—Kaisar Jiaqing.
- Janda Permaisuri Cixi memegang kekuasaan penuh dinasti Qing selama pemerintahan tiga kaisar.
- Contoh modern lainnya adalah Deng Xiaoping di Tiongkok, yang diakui sebagai pemimpin tertinggi Tiongkok antara tahun 1978 dan 1989 tanpa memegang jabatan Sekretaris Jenderal, kepala negara, atau kepala pemerintahan.
- Asia Tenggara
- Penguasa Trịnh dari dinasti Lê berikutnya, Đại Việt.
- Contoh lainnya adalah pemerintahan Pol Pot di Kampuchea Demokratik dari tahun 1975 hingga 1979, yang memimpin Khmer Merah menuju kemenangan setelah perang saudara yang menghancurkan.
- Raja Norodom Sihanouk menjabat sebagai pemimpin boneka hingga ia mengundurkan diri pada tahun 1976. Ia kembali memerintah Kamboja pada tahun 1993, tetapi tanpa kekuasaan eksekutif.
Referensi
Pustaka
- Henry d'Yvignac, L'Éminence grise (le père Joseph), Librairie du Dauphin, Les Grands hommes d'État catholiques, Paris, 1931
- Georges Grente, L'Éminence grise, Gallimard, Paris, 1941
- Pierre Assouline, Une éminence grise: Jean Jardin, 1904-1976, Balland, Paris, 1986, ISBN 2-7158-0607-8