Maria Montessori

Maria Montessori
Lahir	Maria Tecla Artemisia Montessori (1870-03-31)31 Maret 1870 Chiaravalle, Marche, Italia
Meninggal	6 Mei 1952(1952-05-06) (umur 82) Noordwijk, Holland Selatan, Belanda
Makam	Noordwijk, Belanda
Kebangsaan	Italia
Pendidikan	Jurusan kedokteran Universitas Roma La Sapienza
Pekerjaan	Dokter dan pendidik
Dikenal atas	Penemu metode pendidikan yang disebut Metode Montessori
Anak	Mario Montessori Sr.
Tanda tangan
Penghargaan (1949) Knight of the Legion of Honour (en) Officer of the Order of Orange-Nassau (en)

Maria Montessori (31 Maret 1870 – 6 Mei 1952) adalah seorang pendidik, ilmuwan, dan dokter berkebangsaan Italia. Ia mengembangkan sebuah metode pendidikan anak-anak dengan memberi kebebasan bagi mereka untuk melakukan kegiatan dan mengatur acara harian. Metode ini kelak dikenal dengan sebutan Metode Montessori.

Maria Montessori lahir di Chiaravalle, Region Marche, Italia (saat itu berbentuk kerajaan). Ayahnya bernama Alessandro Montessori berusia 33 tahun saat Maria dilahirkan. Alessandro bekerja sebagai pegawai Kementerian Keuangan di pabrik tembakau yang dijalankan oleh pemerintah negara bagian setempat. Ibunya, Renilde Stoppani, 25 tahun, memiliki latar belakang pendidikan yang baik untuk saat itu dan merupakan cucu-ponakan seorang geologiwan dan paleontologiwan Italia, Antonio Stoppani.^[1][2][3] Meskipun Maria tidak memiliki guru khusus, ia sangat dekat dengan ibunya yang memberikan dorongan padanya. Ia juga memperoleh kasih sayang dari ayahnya, meskipun ayahnya tidak menyetujui keputusannya melanjutkan pendidikan.^[4]

Keluarga Montessori pindah ke Florensia tahun 1873 kemudian ke Roma tahun 1875 karena tuntutan pekerjaan ayahnya. Montessori mengenyam pendidikan dasar di sebuah sekolah dasar umum pada usia 6 tahun (1876). Catatan sekolah dasarnya "tidak terlalu menarik",^[5] meskipun ia memperoleh sertifikat penghargaan atas perilaku baik saat duduk di kelas 1 dan atas "lavori donneschi" atau "karya perempuan" saat di kelas 2.^[6]

Tahun 1883^[7] atau 1884,^[8] saat berusia 13 tahun, Montessori melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah teknik Regia Scuola Tecnica Michelangelo Buonarroti, tempat ia mempelajari bahasa Italia, aritmetika, aljabar, geometri, akuntansi, sejarah, geografi, dan ilmu alam. Ia lulus tahun 1886 dengan nilai dan hasil ujian baik. Pada tahun yang sama, saat berusia 16 tahun, ia melanjutkan pendidikan ke institut teknik Regio Istituto Tecnico Leonardo da Vinci, yang mempelajari bahasa Italia, matematika, sejarah, geografi, geometri dan menggambar ornamen, fisika, kimia, botani, zoologi, serta dua bahasa asing. Ia mahir dalam ilmu alam dan matematika khususnya.

Awalnya ia berniat melanjutkan pendidikan teknik setelah lulus, sebuah cita-cita yang tidak lazim bagi kaum perempuan saat itu di Italia. Tapi, saat ia lulus tahun 1890 (usianya 20 tahun), dengan prestasi dalam bidang fisika dan matematika, ia malah memutuskan akan mengambil jurusan kedokteran, suatu hal yang lebih tidak mungkin dilakukan pada saat itu.^[9][10]

Montessori terus maju dengan niatnya untuk kuliah kedokteran. Ia mengajukan permohonan pada Guido Baccelli, profesor kedokteran klinis di Universitas Roma, tetapi sangat tidak didukung. Meskipun demikian, tahun 1890, ia mendaftar di Universitas Roma dalam diploma ilmu alam. Ia berhasil lulus dalam ujian botani, zoologi, fisika eksperimental, histologi, anatomi, serta kimia umum dan organik, sehingga ia memperoleh sertifikat diploma tahun 1892. Dengan sertifikat tersebut, ditambah dengan bahasa Italia dan Latin, ia memenuhi kualifikasi untuk masuk ke program kedokteran di universitas tahun 1893.^[11][12]

Karena Montessori seorang perempuan, ia dimusuhi dan dilecehkan oleh beberapa teman kuliah dan profesornya. Saat praktik pembedahan kadaver (mayat), Montessori melakukannya seorang diri karena saat itu perempuan berada bersama-sama dengan lelaki menghadapi suatu tubuh telanjang dianggap tidak pantas. Ia harus menunggu berjam-jam hingga teman-temannya selesai membedah. Ia terpaksa merokok untuk menutupi bau formaldehida yang menyengat.^[13] Montessori berhasil memperoleh penghargaan akademik pada tahun pertamanya dan tahun 1895 ia memperoleh posisi sebagai asisten rumah sakit, pengalaman klinisnya yang pertama. Dalam masa dua tahun terakhir kuliahnya, ia mempelajari pediatri dan psikiatri, serta bekerja di kamar konsultasi pediatri dan layanan gawat darurat, yang menjadikan ia ahli dalam pengobatan pediatri. Montessori lulus dari Universitas Roma tahun 1896 sebagai dokter medis. Tesisnya dipublikasikan tahun 1897 dalam jurnal Policlinico. Ia bekerja sebagai asisten di rumah sakit universitas dan mulai membuka praktik pribadi.^[14][15])

Sebagai dokter, ia berkonsentrasi dengan masalah keadaan anak-anak dengan mental terbelakang di panti asuhan. Kebanyakan anak-anak tersebut terganggu mentalnya karena kesalahan orang dewasa.

Pada 1900, ia mendirikan sekolah khusus bagi anak-anak yang mengalami kesulitan belajar di Roma. Ia menggunakan caranya sendiri dan berhasil mendidik anak-anak tersebut dengan hasil yang sebaik anak-anak biasa.

Hingga menjelang akhir hidupnya, Maria Montessori terus memberikan kuliah tentang metodenya dan membuka sekolah Montessori di seluruh dunia, salah satunya termasuk sekolah SSB Pulo Harapan di daerah Tanjung Priok dan Sekolah Pascal Montessori^[16] di Bandung.

Maria Montessori awalnya mengembangkan teori dan filosofinya dalam pendidikan dengan dipengaruhi oleh pemikiran Jean Marc Gaspard Itard, Édouard Séguin, Friedrich Fröbel, dan Johann Heinrich Pestalozzi. Mereka menekankan eksplorasi sensorik dan penggunaan alat peraga yang dapat disentuh atau direkayasa dengan tangan.^[17] Pada tahun 1900-1901, saat merawat anak-anak dengan gangguan belajar di Orthophrenic School, Montessori menerapkan metode Itard dan Séguin. Ia melatih anak-anak melalui kegiatan fisik seperti berjalan dan menggunakan sendok, yang membantu mengasah indra melalui objek yang dapat dilihat, dicium, dan disentuh.^[17] Kegiatan-kegiatan ini kemudian menjadi dasar pengembangan Materi Sensorik Montessori.^[18]

Montessori menyebut hasil kerjanya di Orthophrenic School dan penelitian lanjutannya di sekolah dasar dengan sebutan “pedagogi ilmiah,” sebuah istilah baru dalam bidang penelitian pendidikan di masa itu. Ia menekankan bahwa tidak hanya siswa yang harus diamati dan diukur, tetapi juga metode pembelajarannya. Menurutnya, pedagogi ilmiah adalah metode yang yang tepat untuk mengubah dan mengembangkan siswa.^[19] Lebih jauh lagi, ia mengatakan bahwa pendidikan harus dibentuk dan ditingkatkan melalui ilmu pengetahuan.^[19]

Pada tahun 1907, Montessori meneliti anak-anak tanpa gangguan belajar di Casa dei Bambini (Rumah Anak-Anak). Penelitian ini menjadi dasar utama teori pendidikannya, yang kemudian ia jelaskan dalam The Montessori Method (1912) dan The Discovery of the Child (1948). Metode yang ia kembangkan adalah hasil pengamatannya terhadap anak-anak yang diberi kebebasan dalam lingkungan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan mereka.^[19] Montessori menyimpulkan bahwa perilaku spontan anak-anak dalam lingkungan seperti ini menunjukkan adanya perkembangan internal. Oleh karena itu, peran pendidik adalah menghilangkan hambatan terhadap perkembangan alami ini serta memfasilitasi kesempatan agar proses tersebut dapat berlangsung dengan baik.^[19]

Montessori terus mengembangkan pedagogisnya dan model perkembangan manusia seiring dengan perluasan penelitiannya ke anak-anak yang lebih tua. Menurutnya, perilaku manusia didorong oleh sifat-sifat bawaan dalam psikologi manusia. Ia mengidentifikasi Empat Tahapan Perkembangan Manusia, dari lahir hingga usia 6 tahun, 6-12 tahun, 12-18 tahun, dan 18-24 tahun. Menurut Montessori, setiap tahapan memiliki karakteristik, metode pembelajaran, dan kebutuhan perkembangan yang berbeda. Oleh karena itu, ia mendorong pendekatan pendidikan yang disesuaikan dengan setiap tahap perkembangan. Sepanjang hidupnya, Montessori mengembangkan metode dan bahan ajar untuk tahap pertama dan kedua, serta menulis dan mengajar mengenai tahap ketiga dan keempat.^[18]

Maria Montessori adalah seorang pendidik dan pemikir yang banyak menulis tentang metode pendidikan anak. Sepanjang hidupnya, ia menerbitkan berbagai buku, artikel, dan pamflet, terutama dalam bahasa Italia, meskipun beberapa karyanya pertama kali diterbitkan dalam bahasa Inggris.^[20] Banyak dari karya awalnya, seperti Il Metodo della Pedagogia Scientifica (1909),^[21] Antropologia Pedagogica (1910),^[22] dan L'autoeducazione nelle scuole elementari (1916), merupakan hasil penelitian dan pengamatan mendalam terhadap perkembangan anak. Buku-buku ini kemudian diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa,^[23][24] termasuk edisi bahasa Inggris The Montessori Method (1912)^[25][26] dan Pedagogical Anthropology (1913),^[27][28] yang memperkenalkan pendekatan pendidikannya ke dunia internasional.

Selain menulis buku secara langsung, banyak gagasan Montessori juga terdokumentasi melalui transkripsi kuliah yang ia sampaikan di berbagai kesempatan. Beberapa di antaranya kemudian diterbitkan sebagai buku, seperti The Absorbent Mind (1949),^[29] Education for a New World (1947), dan To Educate the Human Potential (1947). Karyanya The Discovery of the Child (1948) serta The Secret of Childhood (1936)^[30] menggali lebih dalam tentang bagaimana anak belajar melalui eksplorasi dan interaksi dengan lingkungan.

Montessori juga menyoroti hubungan antara pendidikan dan perdamaian, sebagaimana tertuang dalam Peace and Education (1949). Selain itu, ia mengeksplorasi pendekatan pendidikan berbasis spiritualitas dalam The Child in the Church (1929) dan The Child in the Family (1929). Dalam bidang matematika dan geometri, pemikirannya dituangkan dalam Psychogeometry (1934) dan Psychoarithmetic (2016).

Sebagian besar karyanya telah mengalami revisi dan diterbitkan ulang dalam berbagai edisi di seluruh dunia. Saat ini, tulisan-tulisannya dapat diakses melalui Montessori-Pierson Publishing Company, yang mengelola koleksi lengkap publikasi dan transkrip kuliahnya, memastikan bahwa pemikirannya tetap relevan dalam dunia pendidikan modern.

Metode pendidikan Montessori telah berkembang luas dan diadopsi dalam berbagai bentuk di seluruh dunia. Karena namanya tidak memiliki hak paten, banyak praktik pendidikan menggunakan prinsip Montessori, seperti kelas dengan rentang usia campuran, kebebasan siswa dalam memilih aktivitas, waktu belajar yang tidak terputus dalam durasi panjang, guru dengan pelatihan khusus, serta lingkungan belajar yang dirancang secara matang. Studi ilmiah mengenai metode ini sebagian besar menunjukkan hasil positif,^[31] dengan tinjauan tahun 2017 menyatakan bahwa terdapat "bukti luas" mengenai efektivitasnya.^[32]

Pengaruh Montessori juga tercermin dalam berbagai bentuk penghormatan. Wajahnya dan sekolah-sekolah Montessori pernah diabadikan dalam koin serta uang kertas Italia, serta menjadi tema pada perangko di berbagai negara, termasuk Belanda, India, Italia, Maladewa, Pakistan, dan Sri Lanka. Selain itu, maskapai penerbangan KLM menamai salah satu pesawat McDonnell Douglas MD-11 (registrasi PH-KCB) dengan namanya sebelum akhirnya dipensiunkan pada November 2014.^[33]

Sebagai salah satu tokoh yang berkontribusi besar dalam dunia pendidikan, Montessori terus dikenang di tingkat global. Pada tahun 2020, majalah Time memasukkannya dalam daftar Top 100 Women of the Year, sebuah penghargaan yang merupakan bagian dari pengembangan penghargaan Person of the Year, mengukuhkan pengaruh dan relevansinya dalam sejarah pendidikan modern.^[34]