Nutuk Beham
Nutuk Beham adalah sebuah ritual adat suku Kutai yang dilaksanakan di Desa Kedang Ipil, Kecamatan Kota Bangun Darat, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Ritual ini diadakan pada permulaan musim panen raya dan melibatkan partisipasi seluruh warga desa secara swadaya. Sumbangan masyarakat berupa uang, beras, dan padi ditentukan melalui musyawarah adat. Prosesi diawali dengan upacara sakral oleh para tetua adat yang melakukan komunikasi dengan "penunggu benua" atau roh penjaga wilayah, untuk memohon izin atas pelaksanaan ritual selama tiga hari.[1]
Prosesi Nutuk Beham berpusat di balai adat dan dapat berlangsung lebih dari sehari semalam, bergantung pada jumlah sumbangan padi ketan dari warga. Tahapan dimulai dengan pemanenan padi ketan hitam dan putih, yang kemudian direndam selama tiga hingga tujuh malam. Setelah direndam, padi disangrai dalam wajan besar di atas tungku tanah hingga menjadi beham. Beham lalu didinginkan dan ditumbuk guna melepaskan kulit arinya. Aktivitas menumbuk ini disebut nutuk beham dan menjadi asal nama ritual tersebut. Lesung yang digunakan terbuat dari batang pohon cempedak dan menghasilkan bunyi khas saat dipukul secara berirama oleh kelompok warga.[2]
Setelah ditumbuk, beham ditampi untuk membersihkan sisa kotoran, kemudian diolah menjadi kudapan tradisional bernama bungkal beham. Proses pengolahan dilakukan dengan menyiram beham menggunakan air panas atau air rendaman abu (merang), dicampur parutan kelapa dan gula merah hingga merata. Bungkal beham disajikan dalam wadah dan baru boleh dikonsumsi setelah dilakukan ritual bememang, yakni pembacaan mantra oleh dukun adat untuk mengundang arwah leluhur. Ritual ini menjadi bentuk penghormatan dan ungkapan syukur masyarakat atas hasil panen yang melimpah.[1]
Referensi
- ^ a b "Nutuk Beham di Kedang Ipil". prokom.kukarkab.go.id. Diakses tanggal 1 Juni 2025.
- ^ "Nutuk Beham, Ritual Kutai Adat Lawas yang Masih Lestari". Koran Kaltim. 16 Mei 2022.

