PT Kilang Pertamina Internasional RU III Plaju
Refinery Unit III Plaju di bawah PT Kilang Pertamina Internasional merupakan salah satu dari enam unit kilang dalam naungan sub holding PT Kilang Pertamina Internasional. Dengan luas kilang 411.22 Ha, kilang bersejarah ini tidak hanya berperan sebagai pilar ketahanan energi nasional, tetapi juga tercatat sebagai kilang pengolahan minyak tertua di Indonesia yang telah beroperasi sejak tahun 1904, menjadi saksi perkembangan industri migas Tanah Air dengan kapasitas pengolahan 120,0 ribu barel per hari (MBSD), Kilang Pertamina Plaju menyumbang sekitar 12% dari total kapasitas kilang Pertamina. Fasilitas operasinya meliputi beragam unit pengolahan seperti CDU (Crude Distillation Unit), HVU (Hydrocracking Unit), FCCU (Fluid Catalytic Cracking Unit), PP (Polypropylene Plant), Gas Plant, EWTP, Offsite, dan UTL (Utility).[1]
Sejarah
PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit III Plaju (Kilang Pertamina Plaju) merupakan salah satu dari enam kilang yang dioperasikan oleh PT Kilang Pertamina Internasional sebagai bagian dari Sub-Holding Refining & Petrochemicals PT Pertamina (Persero). Kilang ini berlokasi di 2 daerah yakni Kota Palembang dan Kabupaten Banyuasin yang diintegrasikan oleh jembatan integrasi. Memiliki sejarah panjang yang dimulai pada tahun 1904 ketika didirikan oleh perusahaan Shell dari Belanda dengan kapasitas 10 Million Barrels per Stream Day (MBSD).
Pada tahun 1926, Kilang Sungai Gerong didirikan oleh Stanvac, perusahaan asal Amerika dengan kapasitas 70 MBSD, berlokasi di sebelah selatan Kilang Plaju dan dipisahkan oleh Sungai Komering. Transformasi besar terjadi ketika negara mengambil alih kepemilikan: PN Pertamin mengakuisisi kilang Shell Plaju (1965), disusul pembelian kilang Stanvac Sungai Gerong oleh PN Pertamina (1970). Integrasi fisik kedua lokasi dimulai dengan pembangunan jalur pipa penghubung (1972) dan diperkuat oleh jembatan integrasi (2002).
Restrukturisasi korporasi berjalan beriringan: PN Pertamina terbentuk dari merger PN Permina dan PN Pertamin (1968), lalu berubah status menjadi Pertamina (1971). Era 1971–1992 menjadi fase modernisasi signifikan, ditandai pembangunan PP Plant kapasitas 20.000 ton/tahun (1971), proyek Musi Refinery Phase I (1982) yang merevitalisasi CDU/FCCU serta menambah unit HVU-II, pembangunan PTA Plant berkapasitas 150.000 ton/tahun (1983) yang kemudian ditingkatkan menjadi 225.000 ton/tahun (1990), dan proyek Musi Phase II (1992) yang memperluas PP Plant menjadi 45.200 ton/tahun.
Perjalanan transformasi Kilang RU III Plaju terus mengalami kemajuan signifikan dari waktu ke waktu. Pada tahun 1992 proyek Musi Refinery Phase II resmi dilaksanakan sebagai bentuk ekspansi kapasitas pengolahan dan efisiensi kilang, disusul dengan peningkatan kinerja unit Fluid Catalytic Cracking Unit (FCCU) guna mengoptimalkan produksi bahan bakar bernilai tinggi. Satu dekade kemudian, tepatnya pada tahun 2002, dibangun sebuah jembatan penghubung strategis antara Kilang Plaju dan Sungai Gerong. Infrastruktur ini tidak hanya memperkuat integrasi antar unit operasional yang sebelumnya terpisah oleh Sungai Musi, tetapi juga meningkatkan efektivitas distribusi dan koordinasi antar fasilitas kilang. Selanjutnya
Seiring berjalannya waktu, Pada tahun 2003, status hukum Pertamina berubah menjadi PT Pertamina (Persero) sebagai bagian dari upaya reformasi BUMN di sektor energi. Perubahan status ini membuka jalan bagi implementasi berbagai proyek strategis nasional seperti Unit Utilitas (UU) 32 dan Refinery Development Master Plan (RDMP) pada tahun 2015 yang bertujuan untuk memperkuat infrastruktur kilang serta menjawab tantangan permintaan energi masa depan.
Momentum transformasi besar terjadi pada tahun 2021 ketika Pertamina resmi mengadopsi struktur Holding-Subholding sebagai bentuk restrukturisasi menyeluruh untuk meningkatkan fokus bisnis dan tata kelola yang lebih adaptif. Di bawah struktur baru ini, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) ditunjuk sebagai Subholding Refining & Petrochemical yang menaungi seluruh kilang di Indonesia. Kini, dari sebuah fasilitas pengilangan yang didirikan lebih dari 120 tahun lalu oleh perusahaan minyak Belanda, RU III Plaju telah menjelma menjadi aset strategis nasional yang menggabungkan nilai historis dengan teknologi pengolahan modern. Peranannya sebagai simbol ketahanan energi nasional semakin kuat, menjadikan RU III Plaju sebagai pilar penting dalam mewujudkan visi kemandirian dan keamanan energi Indonesia di era transisi energi global.[2]
Jenis Produk Unggulan
- MFO LS - MFO LS HV
- LSFO V-1250
- Polytam (Biji Plastik)
- Avtur
- Musicool & Breezon
- LPG
- Green Gasoline ex.RBDPO
- Pertalite
- Solar
- Biosolar
- Dexlite
- SBPX
- LAWS
- VACUUM RESIDUE
Tanggung Jawab Sosial Lingkungan
Sebagai Subholding Refining & Petrochemical PT Pertamina (Persero), PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) berkomitmen menjalankan peran strategisnya dalam mendukung kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Program ini tak hanya bertujuan memitigasi dampak operasional, tetapi juga menciptakan nilai tambah melalui pemberdayaan masyarakat sekitar secara berkelanjutan. Mengacu pada ISO 26000 dan Kebijakan TJSL internal, PT KPI mengimplementasikan tujuh aspek inti tanggung jawab sosial—mulai tata kelola, hak asasi manusia, praktek ketenagakerjaan, lingkungan, praktek operasi yang adil, isu konsumen, serta pelibatan dan pengembangan masyarakat.[3]
Penghargaan dan Sertifikasi
PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit III Plaju terus menunjukkan komitmen nyata terhadap prinsip keberlanjutan, tanggung jawab sosial, dan keunggulan operasional melalui berbagai penghargaan dan sertifikasi bergengsi di tingkat nasional. Pengakuan ini mencerminkan dedikasi perusahaan dalam mengintegrasikan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) ke dalam seluruh aktivitas. Beberapa penghargaan penting yang berhasil diraih baik regional, nasional, dan internasional antara lain;
- Indonesia Green Award (IGA) 2025 dari La Tofi School of Social Responsibility pada kategori pelestarian sumber daya air berbasis pemberdayaan masyarakat.[4]
- Gold Award dalam Indonesia DEI & ESG Awards (IDEAS) 2025, khususnya untuk kontribusi pada sektor lingkungan melalui program Desa Energi Berdikari (DEB) Sumsel.[5]
- Gold TJSL & CSR Award 2025 pada program Bahari Sembilang Mandiri (BERLARI).[6]
- Pendukung Proklim dan Proklim Utama dari Pemerintah Kota Palembang.[7]
- Sertifikasi akreditasi ISO/IEC 17025:2017 dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk laboratorium pengujian dan kalibrasi.[8]
- PROPER EMAS sejak tahun 2022
- PROPER Hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI yang terus diraih secara konsisten sejak tahun 2013.[9]
Referensi
- ^ "Website KPI". kpi.pertamina.com. Diakses tanggal 2025-07-23.
- ^ Bartlett, Anderson (1986). Pertamina; Perusahaan Minyak Nasional. Jakarta: Inti Idayu Press. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ^ "Website KPI". kpi.pertamina.com. Diakses tanggal 2025-07-23.
- ^ antaranews.com (2025-01-18). "Kilang Pertamina Plaju peroleh penghargaan Indonesia Green Award 2025". Antara News. Diakses tanggal 2025-07-23.
- ^ koranradarpalembang.com. "Kilang Pertamina Plaju Raih Penghargaan Emas untuk Program Energi Terbarukan di Daerah 3T". koranradarpalembang.com. Diakses tanggal 2025-07-23.
- ^ rmolnetwork. "Portal Berita Politik Terkini Palembang - RMOLSUMSEL.ID". RMOLSUMSEL. Diakses tanggal 2025-07-23.
- ^ "KILANG PLAJU RAIH PENGHARGAAN PENDUKUNG PROKLIM DARI PEMKOT". itrade.cgsi.co.id. Diakses tanggal 2025-07-23.
- ^ antaranews.com (2025-01-23). "Laboratorium Kilang Plaju penuhi standar Komite Akreditasi Nasional". Antara News. Diakses tanggal 2025-07-23.
- ^ Iswara, Sapto Pradityo, Padjar (2020-12-16). "Pertamina RU III Kembali Raih Penghargaan PROPER Hijau - Nasional Katadata.co.id". katadata.co.id. Diakses tanggal 2025-07-23. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)