Pantai berpasir
Pantai berpasir memiliki material penyusun utama pasir halus hingga kasar. Secara ekologis dan geomorfologis, pasir, gelombang, dan pasang surut air laut membentuk lingkungan yang sangat dinamis di pantai berpasir. Berbeda dengan pantai berbatu yang terbuat dari substrat batuan atau pantai berlumpur yang terbuat dari substrat halus seperti lanau dan lempung, pantai jenis ini terbentuk melalui proses pengendapan sedimen (deposisi) yang didominasi oleh material berbutir halus, seperti pasir.[1]
![]() | Gaya atau nada penulisan artikel ini tidak mengikuti gaya dan nada penulisan ensiklopedis yang diberlakukan di Wikipedia. |
Proses Pembentukan
Banyak proses geologis dan marin yang terjadi selama waktu yang sangat lama menyebabkan pembentukan pantai berpasir.
- Pelapukan (Weathering): Pasir sebagian besar berasal dari erosi batuan di daratan, seperti batuan beku (seperti granit yang mengandung kuarsa dan feldspar) atau batuan sedimen. Pelapukan fisik dan kimiawi batuan ini disebabkan oleh air hujan, angin, dan perubahan suhu, yang memecah batuan menjadi butiran kecil yang dikenal sebagai pasir.
- Transportasi: Media seperti aliran sungai atau angin mengangkut butiran pasir yang dihasilkan dari pelapukan menuju lautan. Sedimen diangkut dari daratan ke pantai melalui sungai.
- Erosi dan Pengendapan Laut: Gelombang dan arus laut (termasuk arus sejajar pantai atau longshore current) sangat penting ketika sampai di pesisir. Gelombang terus-menerus menghantam pantai dan mengikis sedimen. Dengan energi gelombang yang lebih lemah, pasir akan mengendap di sepanjang pantai dan membentuk hamparan pasir yang luas. Pasir pantai juga dapat berasal dari sisa-sisa organisme laut, seperti cangkang kerang atau koral, terutama di wilayah tropis.[2][3]
Karakteristik
Pantai berpasir adalah area litoral yang terbuka yang terpapar langsung oleh hempasan gelombang, yang menyebabkan pergerakan substrat yang terus-menerus. Karakter utamanya termasuk:
- Substrat Pasir: Mineral seperti kuarsa dan feldspar biasanya terdiri dari pasir. Pantai berpasir memiliki drainase air yang cepat karena butiran pasirnya yang kasar. Akibatnya, lapisan permukaannya cenderung kering saat air surut.
- Lingkungan Dinamis: Organisme makroskopik sulit melekat atau hidup di permukaan karena tingkat dinamika yang tinggi. Oleh karena itu, organisme yang hidup di ekosistem pantai berpasir (terutama makrofauna bentik) biasanya menggali lubang (burrowing) atau hidup di antara butiran pasir (interstisial) untuk mencari perlindungan dari gelombang dan predator, membuat ekosistem terlihat "kosong" di permukaan.
- Reduksi Energi Gelombang: Pasir pantai secara alami melindungi pantai dari erosi dengan menyerap energi gelombang.[4]
Referensi
- ^ Karim, Nenny T.; Muhammad, Haekal (2018-08-25). "STUDI PREDIKSI PASANG SURUT DAN GELOMBANG UNTUK PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI PADA PANTAI PASIR PUTIH PITULUA KOLAKA UTARA". TEKNIK HIDRO. 11 (2): 1–13. doi:10.26618/th.v11i2.2442. ISSN 1979-9764.
- ^ Creager, J. S. (1964-01-03). "Submarine Geology. Francis P. Shepard, with chapters by D. L. Inman and E. D. Goldberg. Harper and Row, New York, ed. 2, 1963. xviii + 557 pp. Illus. $11.50". Science. 143 (3601): 34–34. doi:10.1126/science.143.3601.34. ISSN 0036-8075.
- ^ Bergeron, Robert (1961). "King, C. A. M. Beaches and Coasts. Londres, Edward Arnold Ltd., 1959. XI1-403 pages". Cahiers de géographie du Québec. 6 (11): 140. doi:10.7202/020372ar. ISSN 0007-9766.
- ^ Tomascik, Tomas; Mah, Anmarie Janice; Nontji, Anugerah; Moosa, Mohammad Kasim (1997-07-03). The Ecology of the Indonesian seas. Oxford University PressOxford. ISBN 978-0-19-850186-2.