More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Paradoks Eropa - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Paradoks Eropa - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Paradoks Eropa

  • English
  • Português
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Paradoks Eropa mengacu pada anggapan gagalnya negara-negara Eropa mengubah kemajuan ilmu pengetahuan menjadi inovasi yang menguntungkan.[1][2] Istilah ini dicetuskan dalam European Commission Green Paper tahun 1995.[3] Banyak artikel yang mempertanyakan interpretasi teoretis yang menjadi dasar konjektur paradoks ini serta dasar empirisnya.[4]

Negara lain

[sunting | sunting sumber]

Fenomena banjir tenaga kerja berpendidikan dengan akademik yang kuat sambil mengejar komersialisasi teknologi juga dipermasalahkan di Australia. Di sana, penyebabnya adalah pajak tinggi, dukungan industri yang rendah dari pemerintah, dan sikap anti-intelektualisme. Perbedaan utamanya adalah ukuran jumlah penduduk, karena Australia terbatasi oleh pasar domestik yang sangat kecil, sedangkan Eropa jelas-jelas tidak.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  • Daftar paradoks

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Maassen, Peter A. M.; Olsen, Johan P. (14 May 2007). University dynamics and European integration. Springer. hlm. 174. ISBN 978-1-4020-5970-4. Diakses tanggal 26 March 2010. ... the research policy paradigm was already well embedded in a competitiveness/innovation oriented understanding and an understanding of the so-called European paradox, that is, the conjecture that EU member states play a leading global role in terms of top-level scientific output, but lag behind in the ability of converting this strength into wealth-generating innovations.
  2. ^ Andreasen, Lars Erik (1995). Europe's next step: organisational innovation, competition and employment. Routledge. ISBN 978-0-7146-4630-5. Diakses tanggal 2 April 2010.
    "... Europe’s poor position is not a result of its performance in research or R&D. On this point, there is in fact a European paradox ..." (page 10)
    "... the efficiency of European R&D is 0.74, as against 1.6 for the USA and 1.32 for Japan. It is this which represents what I refer to as the ‘European paradox’."
  3. ^ "Green paper on innovation" (PDF). Diakses tanggal 2011-05-01.
  4. ^ See for example Giovanni Dosi, Patrick Llerana and Mauro Sylos Labini "The relationships between science, technologies and their industrial exploitation: An illustration through the myths and realities of the so-called 'European Paradox'". Research Policy, Volume 35, Issue 10, December 2006, Pages 1450-1464

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  • "European paradox" Google Scholar search for "European paradox"
  • Scirus search for "European paradox"
  • Ulrich Hottelet: Making inventions pay, German Times, May 2007
Ikon rintisan

Artikel bertopik ekonomi ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Paradoks_Eropa&oldid=11970348"
Kategori:
  • Paradoks ekonomi
Kategori tersembunyi:
  • Semua artikel rintisan
  • Semua artikel rintisan selain dari biografi
  • Rintisan bertopik ekonomi
  • Semua artikel rintisan Oktober 2016

Best Rank
More Recommended Articles