Pemakaman Banyusumurup
Pemakaman Banyusumurup adalah kompleks pemakaman yang berlokasi di Dusun Banyusumurup, Kelurahan Girirejo, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berjarak sekitar 2 km ke sebelah tenggara dari kompleks pemakaman raja-raja keturunan Mataram, Imogiri.
Sejarah
Pemakaman Banyusumurup merupakan lokasi penguburan orang-orang penting dan masih kalangan berdarah biru yang dianggap membangkang atau melawan raja berkuasa[1], khususnya Amangkurat Tegalwangi I
Kompleks
Pemakaman tersebut mula-mula dipakai untuk mengebumikan Pangeran Pekik asal Surabaya, beserta para anak dan bawahannya setelah dihukum mati oleh Amangkurat I pada 21 Februari 1659[2].
Diantara 52 nisan yang ada di situ, terdapat 32 yang berkaitan dengan Pangeran Pekik.
- Pangeran Pekik
- Ratu Pandhansari
- Putra Raja yang masih kecil
- Pangeran Lamongan
- RAy Tyutang
- RAy Kleting Wulung
- RAy Jambul
- KGP Timur
- Pangeran Demang
- Ratu Lembah
- Raden Kertonegoro
- Singolesono
- Martapuro
- Kertonadi
- Wongsokusumo
- Jagaraga
- Cokronogoro
- Singorowo
- Janarutro
- Tomo
- Pawiro Tarung
- Hanggajoyo
- Raden Tondo
- Raden Lamongan
- Kertopuro
- Koryonegoro
- Wirokusumo
- Irawongso
- Wongsocitro
- Wirosari
- Aryo Kusumo
- Atmojo Kusumo
Setelah itu, Banyusumurup juga dipakai untuk mengebumikan orang-orang yang berkhianat, memberontak, atau anti terhadap penguasa, yang masih berasal dari golongan sentono dalem (keluarga). Di antaranya adalah:
- Roro Oyi, putri asal Surabaya yang direncanakan untuk dipinang Amangkurat I, antara 1668-1670.[3]
- Prawirodirjo III yang didakwa berontak terhadap Belanda, 1810. Namun makam Prawirodirjo dipindahkan ke Magetan pada tahun 1957, ditempatkan di samping makam istrinya, Maduretno.[4]
- Danurejo II, dihukum mati di dalam keraton Yogyakarta pada tanggal 28 Oktober 1811[5] kemudian dipindahkan ke Mlangi pada 1865.[6]
- Raden Tumenggung Danukusumo I, ayah dari Danurejo II, dihukum gantung saat diasingkan menuju Pacitan, 15 Januari 1812. Kemudian dipindahkan ke Mlangi pada tahun 1812.[6]
- Pangeran Joyokusumo I dan kedua putranya, Joyokusumo II dan Atmokusumo, yang berpihak pada Pangeran Diponegoro[7]. Tewas di Kelurahan Senggir, Kulonprogo pada 21 September 1829 dan kepalanya dipenggal oleh Tumenggung Cokrojoyo dan dibawa ke Jenderal De Kock di Magelang. Kepalanya dikebumikan di Banyusumurup[8] dan badannya dikebumikan di Senggir.[9]
Bangunan
Kompleks Makam Banyusumurup terdiri atas dua halaman yang masing-masing dikelilingi tembok bata dan berdenah empat persegi panjang, dengan arah utara selatan.
Halaman I
Berukuran panjang 37 m, lebar 24 m, tinggi 2, 75 m dan terdapat regol yang tinggi sampai ujung atap. Regol ini selalu ditutup dan dibuka hanya bila ada peziarah datang. Pada halaman I ini terdapat 52 makam, diantaranya makam Pangeran Pekik, Pangeran Lamongan, Rara Oyi, Pangeran Timur, kerabat dan pengikut Pangeran Pekik.
Halaman II
Berukuran panjang 20,3 m, lebar 19,5 m dan ukuran regol sama dengan halaman I. Halaman II ini berada di luar halaman I, yaitu di sisi selatan bagian barat. Di halaman II terdapat dua bangunan yang terletak di sisi utara dan selatan yang disebut bale panyerenan, yaitu tempat untuk meletakkan jenazah sebelum dimakamkan dan tempat menunggu para peziarah.
Cagar Budaya
Kompleks Makam Banyusumurup sudah ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya berdasarkan UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dengan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia No. PM.89/PW.007/ MKP/2011[10].
Referensi
- ^ "Kesunyian di Lembah Makam Para Hukuman Raja - Tribun Jogja". Tribun Jogja. Diakses tanggal 2018-03-05.
- ^ "Pangeran Pekik Korban Isu Konspirasi Pembunuhan Raja - Tribun Jogja". Tribun Jogja. Diakses tanggal 2018-03-14.
- ^ "Roro Oyi, Kisah Tragis Gadis Surabaya di Tangan Amangkurat I - Tribun Jogja". Tribun Jogja. Diakses tanggal 2018-03-14.
- ^ "Awan Gelap dan Kilatan Petir Iringi Pemindahan Makam Raden Ronggo Prawirodirdjo III - Tribun Jogja". Tribun Jogja. Diakses tanggal 2018-03-05.
- ^ R.,, Carey, P. B.; Bambang,, Murtianto,; Gramedia, PT. Takdir : riwayat Pangeran Diponogoro, 1785-1855. Jakarta. ISBN 9789797097998. OCLC 883389465. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link) Pemeliharaan CS1: Tanda baca tambahan (link)
- ^ a b 1948-, Carey, Peter (Peter B.R.),; M., Udiani, Christina; (Jakarta), Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-, en Volkenkunde (KITLV) (2011). Kuasa ramalan Pangeran Diponegoro dan akhir tatanan lama di Jawa, 1785-1855 / Jilid 1. Jakarta: KITLV-Jakarta. ISBN 9789799103932. OCLC 781656725. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link) Pemeliharaan CS1: Tanda baca tambahan (link)
- ^ R., Carey, P. B. Kuasa ramalan : Pangeran Diponegoro dan akhir tatanan lama di Jawa, 1785-1855 (Edisi Cetakan pertama). Jakarta. ISBN 9799103959. OCLC 882551668
- ^ Carey, Peter (2017). Judul: Sisi Lain Diponegoro – Babat Kedung Kedo dan Historiografi Perang Jawa. Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 151. ISBN 978-602-424-680-8.
- ^ Media, Wisnu Wardhana - Harian Jogja Digital. "Makam Pangeran Joyokusumo Memprihatinkan". Harianjogja.com. Diarsipkan dari asli tanggal 2018-03-22. Diakses tanggal 2018-03-22.
- ^ https://budaya.data.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/objek/KB001637