More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Perang Zatussalasil - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perang Zatussalasil - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Perang Zatussalasil

Tambah pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pertempuran Dzatu Salasil

Pertempuran Dzatu Salasil (Zatussalasil)
Tanggal8 Hijriah
LokasiLembah Wadil Qura Perbatasan Suriah
Hasil Kemenangan Muslim
Pihak terlibat
Pasukan Muslim Pasukan Arab Bani Qudha'ah
Tokoh dan pemimpin
Amr bin Ash
Abu Ubaidah bin Jarrah
Pimpinan Qudha'ah

Perang Zatussalasil atau Pertempuran Dzatu Salasil merupakan pertempuran di masa Nabi Muhammad yang dipimpin oleh Amru bin Ash pada 8 H di wilayah Qudha'ah atau Khuza'ah, daerah antara Madinah dan Mekah.[1][2]

Setelah Nabi Muhammad mengetahui sikap beberapa kabilah Arab di pinggiran Syam (Suriah) yang berpihak kepada pasukan Romawi dalam menghadapi orang-orang Muslim semasa Perang Mu'tah, maka beliau merasa perlu untuk memisahkan mereka dengan pihak Romawi, dan menjadi sebab penyatuan mereka dengan pihak kaum Muslimin, agar mereka tidak lagi berhimpun sekali lagi. Beliau merasa perlu melakukan tindakan yang bijaksana dan tepat. Untuk melaksanakan tugas ini ia menunjuk Amru bin Al-Ash. Sebab neneknya berasal dari Balli (salah satu kabilah di perbatasan Syam). Maka ia mengutusnya untuk menemui mereka pada bulan Jumadil Akhir 8 H seusai perang Mu 'tah, dengan tujuan untuk membujuk dan melunakkan hati mereka.[1]

Peta Klan Arab, Bani Khuza'ah di Antara Mekah dan Madinah.

Ada yang berpendapat, sebelumnya ada informasi yang masuk bahwa penduduk Qudha'ah telah berhimpun dan hendak mendekati pinggiran Madinah. Maka Nabi Muhammad mengutus Amru bin Al-Ash untuk mendatangi mereka. Boleh jadi dua sebab ini berhimpun bersamaan. Nabi menyerahkan bendera warna putih kepada Amr bin Al-Ash, di samping bendera hitam. Dia berangkat bersama 300 orang dari Muhajirin dan Anshar, dan dikuatkan 30 penunggang kuda. Nabi juga memerintahkan agar dia meminta pertolongan kepada siap pun yang dilewatinya dari penduduk Balli dan kabilah-kabilah lainnya. Mereka melakukan perjalanan pada malam hari dan bersembunyi pada siang harinya. Setelah dekat dengan kabilah-kabilah itu, pasukan Muslimin mendengar bahwa mereka menghimpun prajurit cukup banyak.[1]

Maka Amru bin Al-Ash mengutus Rafi' bin Mukaits menemui Nabi untuk meminta bala bantuan. Maka beliau mengirim Abu Ubaidah bin Al-Jarrah bersama 200 orang dari Muhajirin dan Anshar. Abu Bakar juga ikut bergabung bersamanya. Beliau memerintahkan agar Abu Ubaidah segera bergabung dengan Amru hingga mereka berhimpun menjadi satu dan tidak boleh saling berselisih, sekalipun ia juga menyerahkan bendera kepada Abu Ubaidah. Setelah kedua belah pihak saling bertemu, Abu Ubaidah bermaksud merekrut orang-orang. Maka Amru berkata, "Engkau datang ke sini hanya sebagai bala bantuan. Akulah yang menjadi komandan." Abu Ubaidah menerima hal ini dan Amru juga menjadi imam saat shalat bersama mereka.[1][2]

Kemudian mereka berangkat hingga tiba di wilayah Qudha'ah. Mereka terus melewati wilayah ini hingga tiba di ujungnya lagi. Di sana mereka bertemu dengan sekelompok pasukan. Orang-orang Muslim menyerang pasukan itu hingga mereka kocar-kacir melarikan diri ke segala penjuru. Auf bin Malik Al-Asyja'i dikirim untuk pulang lebih dulu dan menemui Nabi, mengabarkan kafilah mereka dan keselamatannya serta apa pun yang terjadi dalam peperangan. Menjelang pertempuran ini Amru melarang pasukannya yang juga terdiri sahabat senior untuk menyalakan api di malam hari. Para sahabat mengadukan hal itu pada Nabi, lalu dijelaskan oleh Amru bahwa hal itu untuk mencegah mata-mata musuh untuk mengetahui keberadaan pasukan muslimin dan kekuatannya.[2]

Dzatus Salasil adalah sebuah lembah di balik Wadil Qura. Dari tempat ini ke Madinah bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama sepuluh hari. Ibnu Ishaq menyebutkan bahwa orang-orang Muslim bermarkas di sebuah mata air di wilayah Judzam yang disebut As-Salasil, hingga peperangan ini disebut Dzatus Salasil.[1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e Syaikh, Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri (2012). Sirah Nabawiyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. ISBN 978-602-98968-3-1
  2. ^ a b c Dzahabi, Imam (2017). Terjemah Siyar A'lam an-Nubala. Jakarta: Pustaka Azzam. ISBN 978-602-236-270-8
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Perang_Zatussalasil&oldid=27694408"
Kategori:
  • Sahabat Nabi
  • Peperangan
Kategori tersembunyi:
  • Halaman yang menggunakan pranala magis ISBN

Best Rank
More Recommended Articles