Pertanian cerdas iklim
Pertanian cerdas iklim (dalam bahasa Inggris: Climate-smart agriculture atau CSA) adalah pendekatan dalam pengelolaan sistem pangan dan pertanian yang dirancang untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dan ketahanan pangan. Pendekatan ini mencakup pengelolaan lahan pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan secara berkelanjutan, membangun ketahanan terhadap dampak perubahan iklim, serta mengurangi atau menyerap emisi gas rumah kaca dari sektor pertanian.[1]
Konsep pertanian cerdas iklim dikembangkan berdasarkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan Perjanjian Paris. Pendekatan ini juga mendukung FAO Strategic Framework 2022–2031 yang berfokus pada empat prioritas, yaitu produksi yang lebih baik (better production), gizi yang lebih baik (better nutrition), lingkungan yang lebih baik (better environment), dan kehidupan yang lebih baik (better life).[2]
Penerapan pertanian cerdas iklim bersifat kontekstual dan disesuaikan dengan kondisi sosial, ekonomi, lingkungan, serta iklim pada tingkat lokal. Pendekatan ini diposisikan sebagai sistem terpadu dalam pengelolaan lahan yang mencakup berbagai aspek produksi pertanian. Melalui penerapan tersebut, metode budidaya tanaman dan pemeliharaan ternak dapat diadaptasi agar selaras dengan perubahan kondisi iklim yang terjadi.[3][4]
Tujuan
Penerapan metode adaptasi terhadap dampak perubahan iklim
Penerapan metode adaptasi ditujukan untuk meningkatkan ketangguhan sistem pertanian terhadap variabilitas iklim, termasuk kenaikan suhu, perubahan pola curah hujan, kekeringan, banjir, dan kejadian cuaca ekstrem. Bentuk adaptasi meliputi pengembangan varietas tanaman yang tahan terhadap kondisi ekstrem, penerapan teknologi pengelolaan air yang lebih efisien, rotasi serta diversifikasi tanaman, penerapan sistem peringatan dini, dan perubahan dalam manajemen tanah serta praktik budidaya.[5][6]
Peningkatan produktivitas pertanian
Peningkatan produktivitas pertanian berfokus pada optimalisasi hasil tanaman dan ternak secara berkelanjutan, baik dalam hal hasil per satuan luas, stabilitas produksi antar musim, maupun efisiensi penggunaan sumber daya. Strategi yang diterapkan mencakup pemanfaatan teknologi pertanian, penggunaan benih unggul, penerapan irigasi hemat air, pemupukan yang sesuai, peningkatan kualitas input produksi, penerapan praktik manajemen yang lebih efisien, serta diversifikasi usaha pertanian.[7][8]
Pengurangan emisi gas rumah kaca
Emisi gas rumah kaca dari sektor pertanian merupakan salah satu kontributor besar terhadap total emisi global. Sektor pertanian, kehutanan, dan penggunaan lahan diperkirakan menyumbang antara 13% hingga 21% dari emisi gas rumah kaca dunia.[9] Emisi langsung terutama berasal dari kegiatan budidaya padi dan peternakan,[10] sedangkan emisi tidak langsung dihasilkan dari alih fungsi lahan non-pertanian, seperti hutan, menjadi lahan pertanian.[11] Dalam konteks emisi langsung, gas dinitrogen oksida (N₂O) dan metana (CH₄) menyumbang lebih dari setengah total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas pertanian.[12] Upaya ini dilakukan melalui manajemen pupuk yang tepat, pengaturan sistem irigasi pada lahan padi, penerapan praktik budidaya rendah emisi, pertanian berkelanjutan seperti agroforestri dan konservasi tanah, serta penerapan inovasi di sektor peternakan, termasuk modifikasi pakan dan pengelolaan ternak.[13][14]
Referensi
- ^ "Climate-Smart Agriculture". www.worldbank.org. Diakses tanggal 2025-09-30.
- ^ "Strategic Framework | FAO | Food and Agriculture Organization of the United Nations". StrategicFramework (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-09-30.
- ^ "What is Climate Smart Agriculture? - Rau's IAS". compass.rauias.com (dalam bahasa American English). 2025-01-13. Diakses tanggal 2025-09-30.
- ^ Kangogo, Daniel; Dentoni, Domenico; Bijman, Jos (2021-10-01). "Adoption of climate‐smart agriculture among smallholder farmers: Does farmer entrepreneurship matter?". Land Use Policy. 109: 105666. doi:10.1016/j.landusepol.2021.105666. ISSN 0264-8377.
- ^ Jones, Kristal; Nowak, Andreea; Berglund, Erika; Grinnell, Willow; Temu, Emmanuel; Paul, Birthe; Renwick, Leah L. R.; Steward, Peter; Rosenstock, Todd S. (2023-03-01). "Evidence supports the potential for climate-smart agriculture in Tanzania". Global Food Security. 36: 100666. doi:10.1016/j.gfs.2022.100666. ISSN 2211-9124.
- ^ Bhatnagar, Sonaly; Chaudhary, Rashmi; Sharma, Subhash; Janjhua, Yasmin; Thakur, Pankaj; Sharma, Prashant; Keprate, Alisha (2024-12-01). "Exploring the dynamics of climate-smart agricultural practices for sustainable resilience in a changing climate". Environmental and Sustainability Indicators. 24: 100535. doi:10.1016/j.indic.2024.100535. ISSN 2665-9727.
- ^ Gemtou, Marilena; Isakhanyan, Gohar; Fountas, Spyros (2025-08-01). "Advancing climate-smart agriculture: Integrating technology, behavioural insights and policy for a sustainable future". Smart Agricultural Technology. 11: 100861. doi:10.1016/j.atech.2025.100861. ISSN 2772-3755.
- ^ "Climate-Smart Agriculture Toolkit - Farmers for Climate Action" (dalam bahasa Inggris). 2024-06-06. Diakses tanggal 2025-09-30.
- ^ Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), ed. (2023-08-17). Agriculture, Forestry and Other Land Uses (AFOLU) (Edisi 1). Cambridge University Press. hlm. 747–860. doi:10.1017/9781009157926.009. ISBN 978-1-009-15792-6.
- ^ Goodland, Robert (2012-12-21). "Lifting livestock's long shadow". Nature Climate Change. 3 (1): 2–2. doi:10.1038/nclimate1755. ISSN 1758-678X.
- ^ "FAO: Report 3 - Elaboration Process". www.fao.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-09-30.
- ^ Climate finance in the agriculture and land use sector - global and regional trends between 2000 and 2018. FAO. 2021-08-27. ISBN 978-92-5-134789-8.
- ^ "How climate-smart farming helps animals & the planet". IFAW (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-09-30.
- ^ Morrison, Rose (2025-04-30). "Climate-Smart Agriculture: Adapting Farming to a Changing Climate". Earth.Org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-09-30.