More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Poros Jakarta–Pyongyang–Peking - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Poros Jakarta–Pyongyang–Peking - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Poros Jakarta–Pyongyang–Peking

  • English
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Soekarno

Poros Jakarta–Pyongyang–Peking merupakan bentuk penyelarasan geopolitik selama era Perang Dingin, yang merepresentasikan konvergensi strategis antara Indonesia, Korea Utara, dan Tiongkok. Penyelarasan politik ini diresmikan pada Januari 1965 sebagai bagian dari kebijakan luar negeri Presiden Soekarno pada era Demokrasi Terpimpin. Meskipun Indonesia mempertahankan kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif secara nominal, pemerintahan Soekarno menunjukkan sentimen anti-Barat yang kuat dan condong ke negara-negara komunis.

Kesejajaran politik

[sunting | sunting sumber]

Hal tersebut dapat dilihat dari konfrontasi Indonesia atas Malaysia. Bagi Soekarno, pembentukan negara federasi Malaysia adalah bentuk imperialisme Barat di Asia. Oleh karena itu, saat Malaysia diberi kedudukan sebagai anggota tidak tetap dalam Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Indonesia menyatakan keluar dari PBB.

Hal itu tentu semakin meningkatkan pengucilan diplomatik Indonesia dari negara Asia-Afrika lainnya. Oleh karena itu, melalui Soebandrio, Indonesia mencoba untuk mengukuhkan hubungan Jakarta–Peking. Saat itu, Perdana Menteri Zhou Enlai menawarkan bantuan persenjataan milisi rakyat yang disebut sebagai Angkatan Kelima.[1] Dalam hal ini, Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dipimpin oleh Aidit mendesak pembentukan Angkatan Kelima, yang anggotanya direkrut dari kaum pekerja dan buruh perkotaan, buruh tani, serta petani miskin desa yang dipersenjatai.[2] Poros Jakarta-Peking ala Soekarno, yang didukung oleh PKI, juga menandai perubahan pendekatan nonkapitalis dan koeksistensi damai Moskow ke arah anti-imperialisme dan kemandirian sesuai gagasan Peking.[3]

Konflik Indonesia dan Malaysia telah menarik reaksi dari Britania Raya dan Australia yang mendukung Malaysia. Setelah pada 9 Agustus 1965, Lee Kuan Yew menyatakan Singapura berpisah dengan Malaysia, Soekarno semakin meneguhkan keyakinan kuatnya akan konfrontasi. Untuk memperkuat posisi Indonesia bersama dengan negara-negara anti-imperialisme lainnya, pada pidato dalam rangka peringatan 17 Agustus 1965, ia mengumumkan pembentukan poros Jakarta–Pyongyang–Peking.[4] Poros ini dimaksudkan untuk mematahkan Old Etablished Forces (OLDEFOS) dan menggalang New Emerging Forces (NEFOS).[5]

Inti dari gagasan Soekarno adalah bahwasanya dunia terbatas atas dua kekuatan. Kekuatan yang pertama adalah kekuatan imperialisme dan kolonialisme yang disebut dengan OLDEFOS, sedangkan kekuatan yang kedua adalah kekuatan anti-imperialisme dan kolonialisme yang disebut dengan NEFOS. Jika OLDEFOS direpresentasikan oleh negara-negara kapitalis barat, maka NEFOS digambarkan dengan negara-negara sosialis di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.[6] Oleh karena itu, politik bebas aktif Indonesia bukan sebuah gagasan politik netralisme dalam hubungannya dengan non-alignment. Bagi Indonesia, politik non-alignment bukan politik netralisme. Pada hakikatnya, non-alignment adalah perwujudan dari aktif itu sendiri, sehingga diplomasi Indonesia pada saat itu diarahkan untuk menempatkan Indonesia bukan sebagai objek, tetapi sebagai subjek dalam politik internasional.[7]

Berakhir

[sunting | sunting sumber]
Protes di Kedutaan Besar Indonesia di Beijing pada bulan April 1967 setelah Soeharto mengambil alih kekuasaan kepresidenan

Setelah kelahiran Orde Baru pada 1966, kebijakan politik luar negeri Indonesia mengalami perubahan. Akibat peristiwa Gerakan 30 September (G30S) pada 1965, hubungan Indonesia dan Tiongkok mengalami ketegangan. Bahkan, kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing, ditutup untuk waktu yang tidak ditentukan. Sementara itu, konfrontasi dengan Malaysia dan Singapura dianggap sudah tidak sesuai lagi. Saat itu, arah politik yang semula konfrontatif berubah, dan poros Jakarta–Pyongyang–Peking pun berakhir.[8]

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]
  • CONEFO
  • Hubungan Indonesia dengan Tiongkok

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Ricklefs, M.C. (2010). Sejarah Modern Indonesia 1200-2008. Jakarta: Serambi. hlm. 576–578. ISBN 978-602-290-065-8. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  2. ^ Mortimer, Rex (2011). Indonesian Communism Under Sukarno: Ideologi dan Politik 1959-1965. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 139. ISBN 979-3780-29-0. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  3. ^ Trönquist, Olle (2011). Penghancuran PKI. Jakarta: Komunitas Bambu. hlm. 67. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  4. ^ Ricklefs, M.C. (2010). Sejarah Modern Indonesia 1200-2008. Jakarta: Serambi. hlm. 580. ISBN 978-602-290-065-8. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  5. ^ Wibowo; Hadi, Syamsul (2009). Merangkul Cina: Hubungan Indonesia-Cina Pasca-Soeharto. Jakarta: Kepustakaan Gramedia Utama. hlm. 30. ISBN 978-979-22-4493-9. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  6. ^ Budiman, Agus (2014). Jurnal Ilmiah Cakrawala: Hasil Penelitian dan Pemikiran. Vol. Vol. 5. Ciamis: LPPM Universitas Galuh. hlm. 154–155. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  7. ^ Poesponegoro, Marwati Djoened; Notosusanto, Nugroho (1993). Sejarah Nasional Indonesia. Vol. Jilid VI. Jakarta: Balai Pustaka. hlm. 345. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  8. ^ Poesponegoro, Marwati Djoened; Notosusanto, Nugroho (1993). Sejarah Nasional Indonesia. Vol. Jilid VI. Jakarta: Balai Pustaka. hlm. 476. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)

Artikel bertopik Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Poros_Jakarta–Pyongyang–Peking&oldid=27366281"
Kategori:
  • Sejarah Indonesia
  • Soekarno
  • Indonesia dalam tahun 1965
Kategori tersembunyi:
  • Pages using the JsonConfig extension
  • Galat CS1: periode diabaikan
  • Pemeliharaan CS1: Status URL
  • Galat CS1: teks tambahan: volume
  • CS1: volume bernilai panjang
  • Pages using multiple image with auto scaled images
  • Semua artikel rintisan
  • Semua artikel rintisan selain dari biografi
  • Rintisan bertopik Indonesia
  • Semua artikel rintisan Juni 2025

Best Rank
More Recommended Articles