Reog Kendang Tulungagung
Reog Kendang Tulungagung adalah salah satu kesenian tari sekaligus musik yang berasal dari Tulungagung. Kesenian ini berbeda dengan kesenian Reog lainnya, misalnya Reog Ponorogo, karena Reog Kendang Tulungagung mengharuskan para penarinya untuk juga memainkan alat musik. Alat musik dalam kesenian ini yang dimainkan oleh para penari berupa kendang atau Dhondong[1].
Sejarah
Kesenian Reog Kendang Tulungagung menceritakan kisah enam orang prajurit yang mengiringi Ratu Kilicusi ke Gunung Kelud. Dipimpin oleh prajurit bernama Kedirilaya, rombongan pasukan bersama sang ratu di dalam perjalanan mengalami berbagai tantangan. Ini diceritakan melalui gerakan tarian yang menggambarkan kesulitan naik dan turun lembah, beban perbekalan yang berat, hingga gerakan terbungkuk-bungkuk di dalam perjalanan. Ketika mencapai puncak gunung, sang ratu terjatuh ke dalam kawah sehingga para prajurit kembali harus bekerja keras untuk menyelamatkan sang ratu. Dalam cerita kesenian ini, salah satu prajurit bernama Jathsura gugur karena jatuh ke dalam kawah[1].
Penyajian tari
Ada 6 orang penari yang membawa alat musik kendang dengan jenis yang berbeda-beda dalam tarian ini, yaitu Kendang Kerep, Kendang Arang, Kendang Imbal 1, Kendang Imbal 2, Kendang Keplak, dan Kendang Trinthing. Selain itu, ada tim pemusik juga yang selama tarian berlangsung memainkan iringan lagu dan musik Jawa dengan berbagai alat musik seperti kenong, gong, dan terompet. Lagu yang dimainkan bisa bervariasi, seperti Gandariya, Angkleng, Loro-loro, Pring Padapring, Ijo-ijo, dan sebagainya.
Berbagai alat musik Reog Kendang Tulungagung ini dapat dilihat juga di Museum Mpu Tantular, Sidoarjo.
Referensi
- ^ a b Sugita, Nabila Meidy. "Mengenal Reog Kendang Tulungagung: Sejarah, Gerakan hingga Kostumnya". detikjatim. Diakses tanggal 2025-05-21.
