More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Sabai Nan Aluih - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sabai Nan Aluih - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sabai Nan Aluih

  • English
  • Minangkabau
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sabai Nan Aluih adalah kaba atau cerita rakyat[1] dari Nagari Padang Tarok, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam yang terletak di Provinsi Sumatera Barat.[2][3][4] Cerita bertema kepahlawanan ini ditulis oleh Tulis Sutan Satin.[5][6] Sabai Nan Aluih adalah nama anak perempuan dari Rajo Babanding dan Sadun Saribai.[2] Cerita ini berisikan tentang aksi kepahlawanan Sabai Nun Aluih dalam membalaskan dendam atas kematian ayahnya kepada musuhnya yaitu Rajo Nan Panjang.[2]

Cerita

[sunting | sunting sumber]

Di suatu tempat di daerah Padang, hiduplah sepasang suami istri dan kedua anaknya. Sepasang suami istri itu adalah Rajo Babanding dan Sadun Saribai. Mereka mempunyai anak laki-laki yang bernama Mangkutak Alam dan anak perempuan yang bernama Sabai Nan Aluih. Kedua anak ini mempunyai sifat yang berbeda. Sabai sering kali membantu ibunya di rumah, sedangkan Mangkutak sering kali bermain layang-layang hingga kulitnya menjadi gelap karena terpapar sinar matahari. Berbeda dengan penampilan adiknya, Sabai mempunyai paras yang cantik dan rupawan. Bahkan, kecantikannya diketahui oleh semua orang, termasuk Raja Nan Panjang. Raja Nan Panjang adalah seorang yang sangat disegani di Kampung Situjuh. Mendengar kecantikan Sabai, Raja Nan Panjang mengirimkan pengawalnya ke rumah Raja Babanding untuk melamar Sabai Nan Aluih. Namun, lamaran itu ditolak dan Raja Babanding bahkan menantang Raja Nan Panjang untuk bertarung. Raja Nan Panjang pun menerima tantangan itu. Ia pun datang dengan pengawalnya dan perkelahian pun berlangsung. Perkelahian itu rupanya berlangsung lama, tetapi para pengawal telah tumbang lebih dulu. Raja Babanding dan Raja Nan Panjang masih terus berkelahi sampai akhirnya Raja Babanding terkena peluru oleh salah satu pengawal dari Raja Nan Panjang yang muncul secara tiba-tiba dari semak-semak. Raja Babanding pun tergeletak dan tak bergerak Kejadian ini dilihat oleh seorang gembala. Gembala ini kemudian pergi ke rumah Raja Babanding untuk memberitahukan kejadian tersebut kepada keluarga Raja Babanding. Sesampainya di rumah Raja Babanding, gembala itu bertemu dengan Sabai dan memberitahu kejadian itu.Sabai pun berlari ke tempat kejadian. Di tengah jalan, Sabai bertemu dengan Raja Nan Panjang dan pengawalnya. Sabai bertanya tentang kecurangan Raja Nan Panjang, tetapi Raja Nan Panjang hanya tertawa seakan-akan mengejek kematian Raja Babanding. Sabai pun tidak bisa menahan amarahnya. Saat itu jua Sabai langsung menarik pelatuk senapan yang ia bawa dari rumah. Peluru mengenai dada Raja Nan Panjang dan ia langsung terjatuh dari kuda.Pengawal Raja Nan Panjang pun langsung berlari.Sabai pun berlari menuju tempat ayahnya.Ia sangat sedih ketika mengetahui bahwa ayahnya sudah tidak bernyawa lagi.

Pesan

[sunting | sunting sumber]

Kisah Sabai Nan Aluih memiliki pesan penting bagi kehidupan manusia.[2] Ia adalah perempuan yang cantik dan lemah lembut.[2] Akan tetapi, ia tidak takut untuk membela kebenaran walaupun ia tahu bahwa nyawanya juga menjadi taruhan.[2] Sabai juga adalah anak yang patuh kepada orangtuanya.[2] Ia membantu orang tuanya dan menghormati ayah dan ibunya.[2] Sabai Nan Aluih menjadi teladan dapat menjadi teladan yang baik bagi anak-anak.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ https://books.google.co.id/books?id=XpgLAAAAMAAJ&q=%22nawa+Puteri%22&dq=%22nawa+Puteri%22&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwi9ifWlzLDoAhVWWH0KHVo2AW4Q6AEIKDAA
  2. ^ a b c d e f g h i A.A.Navis. Seri Pendidikan Budaya:Cerita Rakyat dari Sumatera Barat 3. Grasindo. Hlm 26.
  3. ^ Sheina Ananda. 2013. Rangkuman 100 cerita rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Jakarta:Anakkita. Hlm 11.
  4. ^ J.S.Kamdhi. Tampil Berekspresi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SLTA kelas 1. Grasindo. Hlm 126.
  5. ^ Herman C. Kemp. 2004. Oral Tradition of Southeast Asia and Oceania: A Bibliography. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hlm 644.
  6. ^ Abdul Rozak Zaidan. 1994. Kamus Istilah Sastra. Jakarta:PT Balai Pustaka. Hlm 95.
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sabai_Nan_Aluih&oldid=27232721"
Kategori:
  • Sastra Minangkabau
  • Cerita rakyat Indonesia

Best Rank
More Recommended Articles