Sansana Bandar
![]() | Artikel ini memiliki beberapa masalah. Tolong bantu memperbaikinya atau diskusikan masalah-masalah ini di halaman pembicaraannya. (Pelajari bagaimana dan kapan saat yang tepat untuk menghapus templat pesan ini)
|
Sansana Bandar adalah kesenian tradisional berupa tradisi lisan dalam kehidupan masyarakat Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah. Kesenian ini berupa cerita yang dituturkan dalam Bahasa Dayak Ngaju oleh seorang penutur yang disebut panyansana. Sansana Bandar adalah cerita lisan yang berisi kehidupan seorang tokoh bernama Bandar. Bandar di dalam sansana Bandar diceritakan sebagai seorang laki-laki Dayak yang hebat.
Cerita Sansana Bandar Busu Hanyut
Tamanggung adalah pemimpin kampung Lewu Luwuk Dalam Batawi yang kaya raya. Suasana rumah Tamanggung dan istrinya, Nyai, digambarkan dengan deretan gong dan guci yang sangat banyak sebagai simbol kekayaan selain uang dan toko. Meskipun mereka bergelimang kemewahan dan kehormatan, mereka memiliki kesedihan karena belum mendapat keturunan walaupun telah lama menikah. Tamanggung meminta bantuan Basir Apu Jamanang dan Bampangan Bawin Balian untuk menggelar ritual permohonan agar mendapat keturunan. Mereka mengadakan acara ritual Balian Balaku Anak (ritual untuk memohon mendapatkan anak).[butuh rujukan]
Tiga bulan setelah permohonan dipanjatkan, Nyai dinyatakan hamil. Tamanggung dan Nyai sangat berbahagia menyambut calon anak mereka. Setelah Nyai mengandung sembilan bulan, lahirlah anak mereka, seorang bayi laki-laki yang sangat tampan. Bayi laki-laki tersebut diberi nama Bandar. Ketika masa kanak-kanak, Bandar sudah memperlihatkan sifatnya yang berbeda dengan anak lain. Bandar dan baik budi pekertinya. Ia banyak disenangi teman-temannya karena selalu mampu memberikan solusi atas berbagai persoalan yang terjadi. Beranjak dewasa, Bandar kian tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan sangat memesona.[butuh rujukan]
Pada usia remaja Bandar sudah banyak mendapat kepercayaan dari masyarakat luas. Ia sudah sering dimintai bantuan untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Dia memiliki semacam keahlian dalam berdiplomasi sehingga banyak persoalan dapat diselesaikan dengan baik. Bandar ingin pergi mengembara (merantau) untuk mencari pengalaman dan berdagang. Ia membeli banyak hasil hutan dari kampung seperti getah karet, jelutung, rangkang, tengkawang, damar, dan rotan. Barang-barang tersebut akan ia bawa dan ia jual di tanah rantau. Bandar secara misterius diceritakan bertemu dengan seorang gadis yang bernama Sumbu Kurung. Pada pertemuan tersebut Bandar langsung melamar Sumbu Kurung. Sumbu Kurung menyampaikan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh Bandar jika ingin memperistri dirinya. Dalam kesempatan itu ada 8 permintaan yang diajukan Sumbu Kurung kepada Bandar. Karena Bandar akan pergi merantau, maka dalam kesempatan itu Bandar dan Sumbu Kurung membuat perjanjian bahwa mereka kelak akan bersatu, perjanjian tersebut ditandai dengan pertukaran cincin mereka berdua. Setelah itu Bandar berpamitan untuk pergi mengembara.[butuh rujukan]
Sebelum pergi mengembara Bandar mengadakan pesta perpisahan selama tujuh hari tujuh malam. Tujuan pertama Bandar adalah ke tanah Banjar. Setelah tiba di tanah Banjar, Bandar bertemu dengan saudagar Banjar. Sebelum bertemu dengan saudagar tersebut, Bandar sengaja berpakaian yang rapi dan bagus agar tampak meyakinkan. Dia kemudian menawarkan barang-barang dagangannya tersebut kepada saudagar Banjar. Beberapa barang dibeli secara tunai oleh saudagar Banjar menggunakan uang ringgit. Sebagian lagi ditukar dengan barang (sistem barter). Dalam pertemuan itu, saudagar Banjar juga meminta bantuan Bandar untuk ikut menyelesaikan beberapa persoalan di daerah tersebut yang belum terselesaikan. Bandar menerima tawaran tersebut.[butuh rujukan]
Saudagar Banjar puas dengan hasil kerja Bandar dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Ia merasa kagum dengan kemampuan Bandar dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Saudagar Bandar kemudian berniat meminta Bandar sebagai menantunya. Permintaan tersebut ditolak oleh Bandar karena dia telah terikat perjanjian dengan Sumbu Kurung. Banyak gadis Banjar jatuh cinta dengan Bandar dan ingin menjadi istrinya. Hal itu dapat terjadi karena Bandar tidak hanya tampan secara fisik tetapi juga memiliki karakter yang kuat sehingga banyak gadis Banjar yang terpikat. Namun semua itu ditolak oleh Bandar. Bandar kemudian pergi merantau menyeberangi laut jawa menuju tanah Betawi. Di tanah Betawi Bandar banyak melakukan perdagangan barang dengan saudagar Betawi. Sama halnya dengan di tanah Banjar, di tanah Betawi Bandar juga mendapat kepercayaan untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Bandar juga banyak disukai oleh gadis-gadis di tanah Betawi. Di tanah Betawi tersebut, Bandar beberapa kali melakukan ritual untuk memohon petunjuk kepada yang maha kuasa. Dalam kesempatan itu Bandar juga diceritakan didatangi 40 orang bidadari yang semuanya tertarik dengan ketampanan Bandar. Semua itu tidak ditanggapi oleh Bandar. Berdasarkan petunjuk dari sang Maha kuasa Bandar merasa telah cukup merantau dan dia kemudian memutuskan untuk pulang.[butuh rujukan]
Tamanggung dan Nyai merasa sangat berbahagia karena anaknya, Bandar telah pulang dari perantauan. Mereka kemudian menggelar pesta selama tujuh hari tujuh malam untuk menyambut Bandar yang telah pergi meninggalkan kampung selama tiga tahun dan tiga bulan. Bandar kemudian banyak melakukan ritual Magis untuk bisa memperoleh beberapa benda sebagai persyaratan untuk melamar Sumbu Kurung. Semua barang tersebut berhasil didapatkan oleh Bandar. Ketika Bandar telah sampai di kampung, Bandar berhasil memenuhi semua permintaan yang dulu pernah diminta oleh mengaku bahwa sesungguhnya dia adalah Sumbu Kurung yang sedang menyamar. Setelah mengakui penyamarannya, seluruh perhiasan tadi bisa dipakai oleh Sumbu Kurung. Bandar dan Sumbu Kurung kemudian menikah dan mengadakan pesta selama tujuh hari dan tujuh malam.[1]
Referensi
- ^ Wijanarti, Titik; Sudardi, Bani; Wijaya, Mahendra; Habsari, Sri Kusumo (2021). "KAJIAN STRUKTURALISME LEVI-STRAUSS TERHADAP TRADISI LISAN SANSANA BANDAR BUSU HANYUT DAYAK NGAJU KALIMANTAN TENGAH". Mlangun: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan. 18 (2): 209–222. ISSN 2828-1691.