More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Sarwo Edhie Wibowo - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sarwo Edhie Wibowo - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sarwo Edhie Wibowo

  • English
  • Jawa
  • Русский
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
  • Switch to legacy parser
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Wikimedia Commons
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Jenderal (HOR) (Purn.)
Sarwo Edhie Wibowo
Potret Sarwo Edhie Wibowo
Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan
Masa jabatan
Mei 1973 – Mei 1978
PresidenSoeharto
Sebelum
Pendahulu
Leonardus Benyamin Moerdani
Pejabat Duta Besar
Pengganti
Kaharuddin Nasution
Sebelum
Panglima Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih
Masa jabatan
2 Juli 1968 – 20 Februari 1970
PresidenSoeharto
Sebelum
Pendahulu
R. Bintoro
Pengganti
Acub Zaenal
Sebelum
Panglima Komando Daerah Militer II/Bukit Barisan
Masa jabatan
25 Juni 1967 – 2 Juli 1968
Sebelum
Pendahulu
Sobiran
Pengganti
Leo Lopulisa
Sebelum
Panglima Komando Pasukan Khusus ke-5
Masa jabatan
1964–1967
Sebelum
Pendahulu
Mung Parhadimulyo
Pengganti
Widjoyo Suyono
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1927-07-25)25 Juli 1927
Purworejo, Hindia Belanda
Meninggal9 November 1989(1989-11-09) (umur 62)
Jakarta, Indonesia
MakamPangenjurutengah, Purworejo, Jawa Tengah
Suami/istri
Sunarti Sri Hadiyah
​
(m. 1949)​
[1]
Hubungan
  • Susilo Bambang Yudhoyono (menantu)
  • Erwin Sudjono (menantu)
  • Hadi Utomo (menantu)
Anak7, termasuk Kristiani Herrawati, Pramono Edhie Wibowo, Hartanto Edhie Wibowo
Orang tuaRaden Kartowilogo (ayah)
Raden Ayu Sutini (ibu)
Pekerjaan
  • Perwira Angkatan Darat
  • diplomat
Penghargaan sipilPahlawan Nasional Indonesia (2025)
Karier militer
Pihak
  • Kekaisaran Jepang
  • Indonesia
Dinas/cabang
  • Pembela Tanah Air
  • TNI Angkatan Darat
Masa dinas1942–1975
Pangkat Jenderal TNI (Kehormatan)
NRP11001[2]
SatuanInfanteri (RPKAD)
Komando
  • RPKAD/Puspassus AD
  • Kodam II/Bukit Barisan
  • Kodam XVII/Cenderawasih
Pertempuran/perang
  • Revolusi Nasional Indonesia
  • Gerakan 30 September
  • Pembantaian massal di Indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Sarwo Edhie Wibowo (25 Juli 1927 – 9 November 1989) adalah seorang tokoh militer Indonesia. Ia adalah ayah dari Kristiani Herrawati, ibu negara Republik Indonesia, yang merupakan istri dari Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Ia juga ayah dari mantan KSAD, Pramono Edhie Wibowo. Ia memiliki peran yang sangat besar dalam penumpasan Pemberontakan Gerakan 30 September dalam posisinya sebagai panglima RPKAD (atau disebut Kopassus pada saat ini). Selain itu ia pernah menjabat juga sebagai Ketua BP-7 Pusat, Duta besar Indonesia untuk Korea Selatan serta menjadi Gubernur AKABRI.

Pada 10 November 2025, Presiden Prabowo Subianto memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Sarwo Edhie Wibowo.[3]

Awal kehidupan

[sunting | sunting sumber]

Ia lahir pada tanggal 25 Juli 1927 di Pangenjuru, Purworejo dari pasangan Raden Kartowilogo dan Raden Ayu Sutini berasal dari keluarga PNS bekerja untuk Pemerintah Kolonial Belanda. dan kemudian diberi nama Edhie. Namun karena sering sakit sakitan sesuai dengan adat Jawa, nama Edhie pundi ditambah Dengan Sarwo. Dan akhirnya namanya menjadi Sarwo Edhie, bahkan setelah menikah namanya menjadi Sarwo Edhie Wibowo. Sesuai pesan ayahnya, dengan harapan kelak ia memiliki kewibawaan. Meski berdarah bangsawan. Edhie tak segan-segan mengikuti permainan anak desa. Orangtuanya tidak pernah mengajarkan perbedaan kedudukan dengan orang lain. Sebagai seorang anak, ia belajar silat sebagai bentuk pertahanan diri. Saat ia tumbuh, Sarwo Edhie membentuk kekaguman terhadap Tentara Jepang dan kemenangan mereka melawan Pasukan Sekutu yang ditempatkan di Pasifik dan Asia.

Pada tahun 1942, ketika Jepang menguasai Indonesia, Sarwo Edhie pergi ke Surabaya untuk mendaftarkan diri sebagai prajurit Pembela Tanah Air (PETA), yang merupakan kekuatan tambahan Jepang yang terdiri dari tentara Indonesia.

Sarwo Edhie kecewa karena tugas-tugasnya selama periode ini sebagian besar hanya memotong rumput, membersihkan toilet, dan membuat tempat tidur bagi perwira Jepang. Ketika dia berlatih, Sarwo Edhie harus menggunakan senjata kayu. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Sarwo Edhie bergabung dengan BKR, sebuah organisasi milisi yang akan menjadi cikal bakal ABRI (Tentara Nasional Indonesia saat ini) dan membentuk batalion. Namun, usaha itu gagal dan batalion bubar.

Teman satu kampung halamannya, Ahmad Yani yang mendorongnya untuk terus menjadi seorang tentara dan mengundangnya untuk bergabung dengan Batalion di Magelang, Jawa Tengah.

Karier militer

[sunting | sunting sumber]

Karier hingga 1965

[sunting | sunting sumber]

Karier Sarwo Edhie di ABRI, dia pernah menjadi Komandan Batalion di Divisi Diponegoro (1945—1951), Komandan Resimen Divisi Diponegoro (1951—1953), Wakil Komandan Resimen di Akademi Militer Nasional (1959—1961), Kepala Staf Resimen Pasukan Komando (RPKAD) (1962—1964), dan Komandan RPKAD (1964—1967).

RPKAD adalah usaha Indonesia untuk menciptakan sebuah unit pasukan khusus (yang kemudian akan menjadi Kopassus) dan pengangkatan Sarwo Edhie sebagai komandan unit elit ini berkat Ahmad Yani. Pada tahun 1964, Yani telah menjadi Kepala Staf Angkatan Darat dan menginginkan seseorang yang bisa dia percaya sebagai Komandan RPKAD.[4]

Gerakan G30S

[sunting | sunting sumber]

Selama Sarwo Edhie menjadi Komandan RPKAD Gerakan 30 September terjadi.

Pada pagi hari tanggal 1 Oktober 1965, enam jenderal, termasuk Ahmad Yani diculik dari rumah mereka dan dibawa ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Sementara proses penculikan sedang dieksekusi, sekelompok pasukan tak dikenal menduduki Monumen Nasional (Monas), Istana Kepresidenan, Radio Republik Indonesia (RRI), dan gedung telekomunikasi.

Hari dimulai seperti biasanya bagi Sarwo Edhie dan pasukan RPKAD yang sedang menghabiskan pagi mereka di markas RPKAD di Cijantung, Jakarta. Kemudian Kolonel Herman Sarens Sudiro tiba. Sudiro mengumumkan bahwa ia membawa pesan dari markas Kostrad dan menginformasikan kepada Sarwo Edhie tentang situasi di Jakarta. Sarwo Edhie juga diberitahu oleh Sudiro bahwa Mayor Jenderal Soeharto yang menjabat sebagai Panglima Kostrad diasumsikan akan menjadi pimpinan Angkatan Darat. Setelah memberikan banyak pemikirannya, Sarwo Edhie mengirim Sudiro kembali dengan pesan bahwa ia akan berpihak dengan Soeharto.[5]

Setelah Sudiro pergi, Sarwo Edhie dikunjungi oleh Brigjen Sabur, Komandan Cakrabirawa. Sabur meminta Sarwo Edhie untuk bergabung dengan Gerakan G30S. Sarwo Edhie mengatakan kepada Sabur dengan datar bahwa ia akan memihak Soeharto.

Pada pukul 11:00 siang hari itu, Sarwo Edhie tiba di markas Kostrad dan menerima perintah untuk merebut kembali gedung RRI dan telekomunikasi pada pukul 06:00 petang (batas waktu dimana pasukan tak dikenal diharapkan untuk menyerah). Ketika pukul 06:00 petang tiba, Sarwo Edhie memerintahkan pasukannya untuk merebut kembali bangunan yang ditunjuk. Hal ini dicapai tanpa banyak perlawanan, karena pasukan itu mundur ke Halim dan bangunan diambil alih pada pukul 06:30 petang.

Dengan situasi di Jakarta yang aman, mata Soeharto ternyata tertuju ke Pangkalan Udara Halim. Pangkalan Udara adalah tempat para Jenderal yang diculik dan dibawa ke basis Angkatan Udara yang telah mendapat dukungan dari gerakan G30S. Soeharto kemudian memerintahkan Sarwo Edhie untuk merebut kembali Pangkalan Udara. Memulai serangan mereka pada pukul 2 dinihari pada 2 Oktober, Sarwo Edhie dan RPKAD mengambil alih Pangkalan Udara pada pukul 06:00 pagi.

Genosida 1965

[sunting | sunting sumber]

Pada tanggal 19 November 1965, Kedutaan Australia dengan bangga melaporkan aksi pembunuhan terhadap 3.000.000 (tiga juta) -pengakuan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo senidir- yang dipimpin oleh perwira lulusan latihan Australia, lulusan angkatan 1964 setelah 18 bulan latihan di Staf Akademi Militer di Wueensliff, dekat Melbourne. [6]

Hanya satu tahun setelah lulus latihan dari Australia, Barack Obama menulis dalam The Audicity of Hope: Thoughts on Reclaiming the American Dream (2006) bahwa Sarwo Edhi memimpin 400 pasukan RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat, sekarang dikenal sebagai Kopassus-Komando Pasukan Khusus), melakukan pembersihan di Jawa Tengah untuk memburu dan menghabisi lawan-lawannya.[7]

Ada banyak perkiraan mengenai jumlah orang yang tewas selama berbulan-bulan. Jumlah perkiraan awal sedikitnya setengah juta orang dan satu juta orang paling banyak menjadi korban.[8] Pada bulan Desember 1965, angka yang diberikan kepada Soekarno adalah 78.000 meskipun setelah ia jatuh, hal itu direvisi menjadi 780.000. Angka 78.000 itu adalah sebuah cara untuk menyembunyikan jumlah korban tewas dari Soekarno.[9] Spekulasi terus berlanjut sepanjang tahun, mulai dari 60.000 sampai 1.000.000. Meskipun konsensus tampaknya telah menetapkan sekitar 400.000 jiwa.[9] Akhirnya, pada tahun 1989, sebelum kematiannya, Sarwo Edhie memberi pengakuan kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bahwa 3 juta orang[10] tewas dalam pertumpahan darah ini.

Transisi dari Orde Lama ke Orde Baru

[sunting | sunting sumber]

Setelah mengambil alih Pangkalan Udara Halim, Sarwo Edhie bergabung dengan Soeharto karena keduanya dipanggil ke Bogor oleh Presiden Soekarno. Sementara Soeharto diperingatkan oleh Soekarno karena mengabaikan perintahnya, Sarwo Edhie terkejut dengan ketidakpekaan Soekarno dengan kematian enam Jenderal. Sarwo Edhi bertanya "Di mana para Jenderal?", Sukarno menjawab "Bukankah ini hal yang normal dalam revolusi?".[11]

Pada tanggal 4 Oktober 1965, pasukan Sarwo Edhie memimpin penggalian dari mayat para jenderal dari sumur Lubang Buaya.

Pada tanggal 16 Oktober 1965, Soeharto diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat oleh Soekarno. Pada saat itu, Partai Komunis Indonesia (PKI) telah dituduh sebagai penyebab dari G30S dan sentimen anti-Komunis telah membangun cukup untuk mendapatkan momentum. Sarwo Edhie diberi tugas melenyapkan anggota PKI di lahan subur komunis di Jawa Tengah. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya pembunuhan massal pada bulan Oktober-Desember 1965 di Jawa, Bali, dan beberapa bagian dari Sumatra.

Pada awal tahun 1966, sentimen anti-Komunis dikombinasikan dengan tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan Soekarno mulai kehilangan popularitasnya di mata Rakyat. Saat itu terjadi protes anti-Soekarno, yang dipimpin oleh gerakan pemuda seperti dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Pada 10 Januari 1966, KAMI mengeluarkan tiga tuntutan kepada Soekarno. Mereka ingin PKI harus dilarang, simpatisan PKI dalam Kabinet ditangkap, dan harga-harga harus diturunkan.

Soeharto menyadari pentingnya dalam menyelaraskan Angkatan Darat dengan para pengunjuk rasa. Selama bulan-bulan pertama tahun 1966, Sarwo Edhie bersama-sama dengan Kepala Staf Kostrad, Kemal Idris aktif menyelenggarakan dan mendukung protes sementara membuat nama untuk dirinya sendiri di antara para pengunjuk rasa KAMI dalam proses.[12] Pada 26 Februari 1966, KAMI secara resmi dilarang oleh Soekarno tetapi dengan dorongan dari Sarwo Edhie dan Kemal mereka masih terus memprotes. Dalam menunjukkan solidaritas dengan mahasiswa, Sarwo Edhie terdaftar di Universitas Indonesia.[13]

Meskipun ia tumbuh menjadi lawan politik terbesar Soekarno, Soeharto, seorang tradisionalis Jawa yang kuat, selalu berhati-hati untuk menghindari menantang Soekarno secara langsung. Namun pada Maret 1966, ia siap untuk memaksa Soekarno. Pada awal bulan, ia memerintahkan RPKAD untuk menangkap simpatisan PKI dalam kabinet Soekarno. Suharto berubah pikiran di menit terakhir, berpikir bahwa keamanan Soekarno mungkin dapat dikompromikan. Namun, itu sudah terlambat untuk menarik perintah.

Pada pagi hari 11 Maret 1966, pada saat rapat kabinet di mana Soeharto tidak hadir, Sarwo Edhie dan pasukannya mengepung Istana Presiden tanpa identifikasi. Soekarno, takut dirinya dievakuasi ke Bogor. Kemudian pada hari itu juga ia mentransfer kekuasaan eksekutifnya kepada Soeharto melalui surat yang disebut Supersemar.

Pada tahun 1967, Sarwo Edhie dipindahkan ke Sumatra dan menjadi Panglima Kodam II/Bukit Barisan. Di Sumatra, Sarwo Edhie lanjut melemahkan kekuasaan Soekarno dengan melarang Partai Nasional Indonesia (PNI) di seluruh pulau.

Penentuan Pendapat Rakyat

[sunting | sunting sumber]

Untuk hal ini, Sarwo Edhie dipindahkan ke Irian Barat untuk menjadi Panglima Kodam XVII/Cendrawasih. Ia memimpin di sana hingga terselenggaranya "Penentuan Pendapat Rakyat", di mana Indonesia menganeksasi wilayah tanpa memegang referendum penuh, Sarwo Edhie memainkan peran utama dalam menghancurkan resistensi Papua.[14]

Kehidupan pribadi

[sunting | sunting sumber]

Sarwo Edhie menikah dengan Sunarti Sri Hadiyah binti Danu Sunarto, mereka mempunyai 7 anak: Widjiasih Tjahjasasi, Wirahasti Tjendrawasih, Kristiani Herrawati, Mastuti Rahaju, Pramono Edhie Wibowo, Retno Tjahjaningtyas dan Hartanto Edhie Wibowo. Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden keenam Republik Indonesia, adalah menantunya yang menikah dengan Kristiani Herrawati.

Meninggal dunia

[sunting | sunting sumber]

Sarwo Edhie meninggal pada 9 November 1989 pada usia 62 tahun karena penyebab alami. Ia dimakamkan di daerah asalnya di tempat pemakaman keluarga Purworejo tepatnya di Kampung Ngupasan, Kelurahan Pangenjurutengah, Purworejo, Jawa Tengah.[15]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ↑ https://news.okezone.com/read/2023/03/31/337/2790359/kisah-istri-sarwo-edhie-wibowo-diam-diam-jualan-minyak-goreng-demi-cukupi-ekonomi
  2. ↑ "Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003" (PDF). www.setneg.go.id. Diakses tanggal 17 Oktober 2024.
  3. ↑ Safitri, Eva. "Prabowo Resmi Anugerahkan Gelar Pahlawan ke 10 Tokoh: Soeharto hingga Gus Dur". detiknews. Diakses tanggal 2025-11-10.
  4. ↑ Djarot, Eros; et al. (2006). Siapa Sebenarnya Soeharto: Fakta dan Kesaksian Para Pelaku Sejarah G-30-S PKI (dalam bahasa Indonesia) (Edisi 1). Tangerang: PT Agromedia Pustaka. hlm. 63. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  5. ↑ Dake, Antonie C.A (2005). Sukarno File: Kronologi Suatu Keruntuhan (dalam bahasa Indonesian) (Edisi 4). Jakarta: Aksara Karunia. hlm. 111. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  6. ↑ Tugio Taher, Yoseph (2010). Mengorek Abu Sejarah Hitam Indonesia (PDF). Bandung: Ultimus. hlm. 103. ISBN 978–602–8331–06–7. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  7. ↑ Obama, Barack (2008). The Audacity of Hope: Thoughts on Reclaiming the American Dream. New York: The Crown Publishers. hlm. 272–273. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  8. ↑ Hughes, John (2002). The End of Sukarno: A Coup That Misfired A Purge That Ran Wild. Singapore: Archipelago Press. hlm. 194. ISBN 981-4068-65-9.
  9. 1 2 Hughes, John (2002). The End of Sukarno: A Coup That Misfired A Purge That Ran Wild. Singapore: Archipelago Press. hlm. 195. ISBN 981-4068-65-9.
  10. ↑ Kolektif Info Coup d'etat 65:. - Dokumen[pranala nonaktif permanen]
  11. ↑ Dake, Antonie C.A (2005). Sukarno File: Kronologi Suatu Keruntuhan (dalam bahasa Indonesian) (Edisi 4th). Jakarta: Aksara Karunia. hlm. 194. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  12. ↑ Elson, Robert (2001). Suharto: A Political Biography. UK: The Press Syndicate of the University of Cambridge. hlm. 130. ISBN 0-521-77326-1.
  13. ↑ Elson, Robert (2001). Suharto: A Political Biography. UK: The Press Syndicate of the University of Cambridge. hlm. 134. ISBN 0-521-77326-1.
  14. ↑ TAPOL, the Indonesian Human Rights Campaign
  15. ↑ "Biografi Sarwo Edhie Wibowo". Diarsipkan dari asli tanggal 2014-01-28. Diakses tanggal 2014-07-23.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  • flagPortal Indonesia
  • (Indonesia) Sarwo Edhie Wibowo (1925-1989) Jenderal Brilian dan Jujur Diarsipkan 2013-10-04 di Wayback Machine.
Jabatan militer
Didahului oleh:
R. Bintoro
Pangdam Trikora
1968—1970
Diteruskan oleh:
Acub Zaenal
Didahului oleh:
Mung Parhadimulyo
Danjen Kopassus
1964—1967
Diteruskan oleh:
Widjoyo Suyono
Jabatan diplomatik
Didahului oleh:
Leonardus Benyamin Moerdani
Pejabat Duta Besar
Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan
1974—1978
Diteruskan oleh:
Kaharuddin Nasution
  • l
  • b
  • s
Indonesia Pahlawan Nasional Indonesia
Politik
Abdul Halim Majalengka · Abdoel Kahar Moezakir · Abdurrahman Wahid  · Achmad Soebardjo · Adam Malik · Adnan Kapau Gani · Alexander Andries Maramis · Alimin · Andi Sultan Daeng Radja · Arie Frederik Lasut · Arnold Mononutu · Djoeanda Kartawidjaja · Ernest Douwes Dekker · Fatmawati · Ferdinand Lumban Tobing · Frans Kaisiepo · Gatot Mangkoepradja · Hamengkubuwana IX · Herman Johannes · Idham Chalid · Ida Anak Agung Gde Agung · Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono · I Gusti Ketut Pudja · Iwa Koesoemasoemantri · Izaak Huru Doko · Johannes Leimena · Johannes Abraham Dimara · Kasman Singodimedjo · Kusumah Atmaja · Lambertus Nicodemus Palar · Mahmud Syah III dari Johor · Mangkunegara I · Maskoen Soemadiredja · Mochtar Kusumaatmadja · Mohammad Hatta · Mohammad Husni Thamrin · Moewardi · Teuku Nyak Arif · Nani Wartabone · Oto Iskandar di Nata · Radjiman Wedyodiningrat · Rasuna Said · Saharjo · Samanhudi · Soeharto  · Soekarni · Soekarno · Sukarjo Wiryopranoto · Soepomo · Soeroso · Soerjopranoto · Sutan Mohammad Amin Nasution · Sutan Syahrir · Syafruddin Prawiranegara · Tan Malaka · Tjipto Mangoenkoesoemo · Oemar Said Tjokroaminoto · Zainal Abidin Syah · Zainul Arifin
Militer
Abdul Haris Nasution · Andi Abdullah Bau Massepe · Basuki Rahmat · Tjilik Riwut · Jamin Ginting  · Gatot Soebroto · Harun Thohir · Hasan Basry · John Lie · R.E. Martadinata · Marthen Indey · Mas Isman · Muhammad Yasin · Sarwo Edhie Wibowo · Syam'un · Soedirman · Soekanto Tjokrodiatmodjo · Soeprijadi · Oerip Soemohardjo · Usman Janatin  · Yos Sudarso · Djatikoesoemo · Moestopo
Kemerdekaan
Agustinus Adisoetjipto · Abdulrachman Saleh · Adisumarmo Wiryokusumo · Andi Djemma · Ario Soerjo · Bagindo Azizchan · Bernhard Wilhelm Lapian · Halim Perdanakusuma · Ignatius Slamet Rijadi · Iswahyudi · I Gusti Ngurah Rai · Muhammad Mangundiprojo · Robert Wolter Mongisidi · Sam Ratulangi · Soepeno · Sutomo (Bung Tomo) · Tahi Bonar Simatupang
Revolusi
Ahmad Yani · Karel Satsuit Tubun · Mas Tirtodarmo Harjono · Katamso Darmokusumo · Donald Izaac Panjaitan · Pierre Tendean · Siswondo Parman · Sugiyono Mangunwiyoto · R. Suprapto · Sutoyo Siswomiharjo
Pergerakan
Abdurrahman Baswedan · Maria Walanda Maramis · dr. Soetomo · Wage Rudolf Soepratman · Wahidin Soedirohoesodo
Sastra
Abdoel Moeis · Agus Salim · Amir Hamzah · Mohammad Yamin · Ali Haji bin Raja Haji Ahmad
Seni
Ismail Marzuki · Usmar Ismail
Pendidikan
Dewi Sartika · Kartini · Ki Hadjar Dewantara · Ki Sarmidi Mangunsarkoro · Muhammad Salahuddin · Rahmah El Yunusiyyah  · Rubini Natawisastra · Sardjito · Soeharto Sastrosoeyoso · Syaikhona Muhammad Kholil
Integrasi
Pajonga Daeng Ngalie Karaeng Polongbangkeng · Silas Papare · Syarif Kasim II dari Siak
Pers
M. Tabrani · Roehana Koeddoes · Tirto Adhi Soerjo
Pembangunan
Moestopo · Pangeran Mohammad Noor · Suharso · Siti Hartinah · Teuku Mohammad Hasan · Wilhelmus Zakaria Johannes
Agama
As'ad Samsul Arifin · Abdul Chalim · Abdul Wahab Hasbullah  · Ahmad Dahlan · Ahmad Hanafiah · Ahmad Sanusi · Albertus Soegijapranata · Bagoes Hadikoesoemo · Fakhruddin · Haji Abdul Malik Karim Amrullah · Hasyim Asy'ari · Hazairin · Ilyas Yakoub · Lafran Pane · Mas Mansoer · Masjkur · Mohammad Natsir · Muhammad Zainuddin Abdul Madjid  · Noer Alie · Nyai Ahmad Dahlan · Syech Yusuf Tajul Khalwati · Wahid Hasjim
Perjuangan
Abdul Kadir · Achmad Rifa'i · Andi Depu · Andi Mappanyukki · Aji Muhammad Idris · Aria Wangsakara · Baabullah · Bataha Santiago · Cut Nyak Dhien · Cut Nyak Meutia · Depati Amir · Hamengkubuwana I · I Gusti Ketut Jelantik · I Gusti Ngurah Made Agung · Ida Dewa Agung Jambe · Himayatuddin Muhammad Saidi · Iskandar Muda dari Aceh · Kiras Bangun · La Madukelleng · Machmud Singgirei Rumagesan · Mahmud Badaruddin II dari Palembang · Malahayati · Marsinah · Martha Christina Tiahahu · Nuku Muhammad Amiruddin · Nyai Ageng Serang · Opu Daeng Risadju · Paku Alam VIII · Pakubuwana VI · Pakubuwana X · Pangeran Antasari · Pangeran Diponegoro · Pattimura · Pong Tiku · Raden Mattaher · Radin Inten II · Ranggong Daeng Romo · Raja Haji Fisabilillah · Ratu Kalinyamat · Salahuddin bin Talabuddin · Sisingamangaraja XII · Sultan Agung dari Mataram · Sultan Hasanuddin · Teungku Chik di Tiro · Tuanku Imam Bonjol · Tuanku Tambusai · Teuku Umar · Tirtayasa dari Banten · Thaha Saifuddin dari Jambi · Tombolotutu · Tuan Rondahaim Saragih  · Untung Suropati · Zainal Mustafa
Diusulkan · Perempuan · Islam · Kristen · Hindu · Buddha · Kepercayaan asli · Portal Portal Indonesia
  • l
  • b
  • s
Susilo Bambang Yudhoyono
Presiden Indonesia ke-6
Keluarga
Orang tua
  • Raden Soekotjo (ayah)
  • Siti Habibah (ibu)
  • Sarwo Edhie Wibowo (ayah mertua)
  • Sunarti Sri Hadiyah (ibu mertua)
Pasangan dan saudara
  • Kristiani Herrawati (istri)
  • Aulia Pohan (besan)
  • Hatta Rajasa (besan)
  • Pramono Edhie Wibowo (ipar)
  • Hartanto Edhie Wibowo (ipar)
  • Erwin Sudjono (ipar)
  • Hadi Utomo (ipar)
  • Gatot Mudiantoro Suwondo (ipar)
Generasi ke-2
  • Agus Harimurti Yudhoyono (anak)
  • Annisa Pohan (menantu)
  • Edhie Baskoro Yudhoyono (anak)
  • Siti Ruby Aliya Rajasa (menantu)
  • Nurcahyo Anggorojati (keponakan)
  • Bramantyo Suwondo (keponakan)
  • Indrata Nur Bayuaji (keponakan)
Generasi ke-3
  • Almira Tunggadewi Yudhoyono (cucu)
  • Airlangga Satriadhi Yudhoyono (cucu)
  • Pancasakti Maharajasa Yudhoyono (cucu)
  • Gayatri Idalia Yudhoyono (cucu)
  • Alisha Prameswari Yudhoyono (cucu)
Almamater
  • Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
  • SMA Taruna Nusantara
Masa pemerintahan
  • Pelantikan pertama Susilo Bambang Yudhoyono
  • Bom Bali 2005
  • Banjir lumpur panas Sidoarjo
  • Banjir Jakarta 2007
  • 100% Cinta Indonesia
  • Tahun Kunjungan Indonesia 2008
  • Pemilihan umum Presiden Indonesia 2009
  • Pelantikan kedua Susilo Bambang Yudhoyono
  • Pengeboman Jakarta 2009
  • Aliran dana Lembaga Penjamin Simpanan pada Bank Century
    • Panitia Khusus Hak Angket Bank Century
  • Bantuan Siswa Miskin
  • Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
← Didahului: Megawati Soekarnoputri
Digantikan: Joko Widodo →
  • l
  • b
  • s
Panglima Komando Pasukan Khusus
Komandan Kesko TT III
Komandan KKAD
  • Idjon Djanbi
Komandan RPKAD
  • R. E. Djailani
  • Kaharuddin Nasution
  • Mung Parhadimulyo
  • Sarwo Edhie Wibowo
Komandan Puspassus TNI-AD
  • Sarwo Edhie Wibowo
  • Widjojo Soejono
Komandan Kopassandha
  • Widjojo Soejono
  • Witarmin
  • Yogie S. Memet
  • Wismoyo Arismunandar
Komandan Kopassus
  • Wismoyo Arismunandar
  • Sintong Panjaitan
  • Kuntara
  • Tarub
  • Agum Gumelar
  • Subagyo H.S.
  • Prabowo Subianto
Komandan Jenderal Kopassus
  • Prabowo Subianto
  • Muchdi Pr
  • Syahrir MS
  • Amirul Isnaini
  • Sriyanto Muntasram
  • Syaiful Rizal
  • Rasyid Q.A.
  • Soenarko
  • Pramono Edhie Wibowo
  • Lodewijk F. Paulus
  • Wisnu Bawa Tenaya
  • Agus Sutomo
  • Doni Monardo
  • Muhammad Herindra
  • Madsuni
  • Eko Margiyono
  • I Nyoman Cantiasa
  • Mohamad Hasan
  • Teguh Muji Angkasa
  • Widi Prasetijono
  • Iwan Setiawan
  • Deddy Suryadi
  • Djon Afriandi
Panglima Kopassus
  • Djon Afriandi
Basis data pengawasan otoritas Sunting di Wikidata
Internasional
  • ISNI
  • VIAF
  • FAST
  • WorldCat
Nasional
  • Amerika Serikat
Orang
  • Trove
Lain-lain
  • IdRef
  • Yale LUX
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sarwo_Edhie_Wibowo&oldid=28409478"
Kategori:
  • Kelahiran 1927
  • Kematian 1989
  • Meninggal usia 62
  • Pahlawan nasional Indonesia
  • Anggota Pembela Tanah Air
  • Duta Besar Indonesia
  • Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan
  • Tokoh Kopassus
  • Komandan Jenderal Kopassus
  • Panglima Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih
  • Susilo Bambang Yudhoyono
  • Tokoh dari Purworejo
  • Tokoh Jawa
  • Tokoh Jawa Tengah
  • Tokoh Orde Baru
Kategori tersembunyi:
  • Artikel biografi dengan tabel penghargaan
  • Semua orang yang sudah meninggal
  • Tanggal kelahiran 25 Juli
  • Tanggal kematian 9 November
  • Artikel dengan templat lahirmati
  • Semua artikel biografi
  • Artikel biografi November 2025
  • Galat CS1: penggunaan et al.
  • Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui
  • Galat CS1: ISBN
  • Pemeliharaan CS1: Status URL
  • Artikel dengan pranala luar nonaktif
  • Artikel dengan pranala luar nonaktif Mei 2021
  • Artikel dengan pranala luar nonaktif permanen
  • Galat CS1: parameter tidak didukung
  • Templat webarchive tautan wayback

Best Rank
More Recommended Articles