Semur jengkol
![]() |
![]() | Artikel ini membutuhkan penyuntingan lebih lanjut mengenai tata bahasa, gaya penulisan, hubungan antarparagraf, nada penulisan, atau ejaan. |
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (Oktober 2016) |
Asal | |
---|---|
Negara asal | Indonesia ![]() |
Rincian | |
Jenis | hidangan ![]() |
Bahan utama | jengkol, bawang putih, red onion (en) ![]() ![]() ![]() |
Semur jengkol [1] adalah makanan yang sangat popular di kawasan kota Jakarta sehingga telah menyebar ke berbagai wilayah Indonesia. Dalam sistem pembuatan semur jengkol, hal yang perlu diperhatikan adalah ketepatan bumbu untuk menghasilkan rasa semur jengkol yang tepat dan menyatu dengan bahan-bahan bumbu.Setiap daerah di Indonesia memiliki variasi resep semur jengkol yang unik, mulai dari versi Betawi yang kental dengan pengaruh Belanda, hingga resep semur jengkol ala Sunda yang lebih gurih dengan tambahan santan. Perbedaan utama dalam berbagai resep semur jengkol terletak pada penggunaan bumbu, tingkat kepedasan, serta kekentalan kuah yang disesuaikan dengan selera masing-masing daerah.
Etimologi
Semur berasal dari bahasa Belanda yaitu kata "Smoor" yang artinya masakan yang telah direbus dengan tomat dan bawang secara perlahan-lahan.[butuh rujukan] Kata "Smoor" dalam bahasa Belanda bisa juga diartikan braising atau teknik masak dengan cara merebus lama dengan api kecil hingga daging empuk. Maka semur jengkol adalah teknik masak dengan cara merebus lama dengan api yang kecil hingga jengkol menjadi empuk.[butuh rujukan]
Sejarah dan asal mula
Kegemaran masyarakat Nusantara mengkonsumsi jengkol sudah terjadi sejak lama. Wakil Gubernur Hindia Belanda, Thomas Stamford Raffles, dalam The History of Java (1817), menyebutkan jengkol sebagai bahan makanan di daerah Jawa, selain tumbuhan petai dan komlandingan (lamtoro).[butuh rujukan]
Karel Heyne, seorang ahli botani Belanda, juga menyebutkan jengkol dalam karyanya, De nuttige palnten van Nederlandsch Indie (1913), yang berisi tumbuh-tumbuhan yang banyak digunakan dan memiliki nilai komersial di Hindia Belanda. Di dalam buku yang kemudian diterbitkan Departemen Kehutanan dengan judul "Tumbuhan Berguna Indonesia" (1988), Karel Heyne menulis jengkol dengan tinggi hingga 26 meter tumbuh di bagian barat Nusantara, dibudidayakan penduduk di Pulau Jawa atau tumbuh liar di beberapa daerah. Jengkol bisa tumbuh baik di daerah dengan musim kemarau sedang sampai keras, tetapi tak tahan musim kemarau panjang. Ahli botani Jerman, Justus Karl Hasskarl, sebagaimana dikutip oleh Karel Heyne, mengemukakan bahwa menurut penilaian orang Eropa biji jengkol tidak enak rasanya, tapi penduduk Indonesia menyukai biji jengkol ini.[butuh rujukan]
Seperti penulis lainnya, Justus Karl Hasskarl menyebutkan bahwa kesenangan mengkonsumsi jengkol bisa mengakibatkan bisul dan penyakit kajengkolan (susah dan sakit ketika buang air kecil).[butuh rujukan]
Dokter dan ilmuwan dari Belanda, AG Vorderman, memberikan sebuah keterangan tentang jengkol: “Bijinya, disamping banyak karbohidrat (Zetmeel) mengandung juga minyak atsiri, jika orang makan biji jengkol ini dapat menyebabkan keracunan, dapat menyebabkan hyperaemie ginjal atau pendarahan ginjal dan dapat menyebabkan pengurangan atau penghentian keluarnya air seni serta kejang kandung kemih (Blaaskrampen)”.[butuh rujukan]
Menurut AG Vorderman, di kota Bogor terdapat jenis jengkol bernama jengkol beweh. Jengkol beweh memiliki sifat yang merugikan di kota Bogor disebut jengkol sepi. “Jengkol beweh adalah biji yang telah tua yang ditanam dalam tanah selama 14 hari sampai mulai berkecambah,” kata Vorderman, sebagaimana dikutip Karel Heyne.[butuh rujukan]
Menurut Karel Heyne, keterangan tersebut kurang tepat karena tujuan menanam biji jengkol yang sudah tua justru untuk mengurangi sifat-sifat biji jengkol yang merugikan. Sifat merugikan dari biji jengkol juga dapat berkurang dengan cara diolah menjadi keripik jengkol. Caranya: biji jengkol yang sudah tua direbus, dipukul palu hingga tipis, kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Setelah itu digoreng dengan sedikit tambahan garam. “Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa cara tersebut akan mengurangi bahaya karena minyak atsirinya akan menguap sebagai akibat dari cara pengolahan ini”, tulis Karel Heyne.[butuh rujukan]
Olahan dari jengkol yang paling populer di suku Betawi adalah semur jengkol. Caranya biasanya sama seperti membuat keripik jengkol. Mengenai mengapa semur jengkol akhirnya menjadi kuliner khas suku Betawi. Karena dahulu, hampir di setiap kebun rumah penduduk Betawi pasti ditemukan jengkol. Jengkol menjadi bahan panganan lezat yang berharga murah, walaupun sekarang jengkol harganya sudah naik. Dengan demikian orang-orang Betawi lebih suka menggunakan jengkol, tahu, tempe sebagai bahan dasar semur daripada daging karena bahan-bahan tersebut lebih murah. Semur Jengkol kemudian melekat menjadi tradisi khas suku Betawi dan menjadi menu favorit setiap keluarga suku Betawi khususnya di Kota Jakarta.
Setiap daerah di Indonesia memiliki variasi resep semur jengkol yang unik, mulai dari versi Betawi yang kental dengan pengaruh Belanda, hingga resep semur jengkol ala Sunda yang lebih gurih dengan tambahan santan. Perbedaan utama dalam berbagai resep semur jengkol terletak pada penggunaan bumbu, tingkat kepedasan, serta kekentalan kuah yang disesuaikan dengan selera masing-masing daerah.[2]
Variasi Semur Jengkol
- Semur Jengkol Pedas Kering
- Semur Jengkol Manis Berkuah
- Semur Jengkol Pedas Berkuah
Berikut 7 Jenis Semur Jengkol
- Semur Jengkol Betawi : khas dengan kuah kental, manis, dan gurih dari kecap serta rempah-rempah.[3]
- Semur Jengkol Pedas Manis : menggabungkan rasa pedas dan manis dengan tambahan cabai merah.[3]
- Semur Jengkol Kecap Pedas : menggunakan bumbu kecap dan cabai rawit untuk rasa lebih tajam.[3]
- Semur Jengkol Santan : menggunakan santan untuk kuah yang lebih gurih dan kental.[3]
- Semur Jengkol Tanpa Santan : versi ringan tanpa santan, tetap gurih dengan bumbu rempah.[3]
- Semur Jengkol Cabe Ijo : menggunakan cabai hijau sebagai bahan utama rasa pedasnya.[3]
- Semur Jengkol Balado : perpaduan semur dan sambal balado, dengan cita rasa pedas menyengat.[3]
Referensi
- ^ Ariskalmunandarin #food • 3 Years Ago (2017-12-21). "J E N G K O L (pengertian dan manfaat nya gann) monggo". Steemit (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-04-20. Pemeliharaan CS1: Nama numerik: authors list (link)
- ^ "7 Resep Semur Jengkol yang Enak, Empuk, dan Tidak Bau". Liputan6. 16 April 2025. Diakses tanggal 9 Juni 2025.
- ^ a b c d e f g "7 Resep Semur Jengkol yang Enak, Empuk, dan Tidak Bau". Liputan6. 16 April 2025. Diakses tanggal 16 Mei 2025.