Srimpi Muncar
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (Juni 2025) |
Srimpi Muncar adalah salah satu tarian Srimpi klasik gaya Keraton Yogyakarta, termasuk dalam kategori Yasan Dalem—karya resmi istana—yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VI sekitar tahun 1857, dan kemudian disempurnakan pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VIII (1921–1939). Kata “Muncar” berarti “gemilang” atau “bersinar”, menggambarkan keanggunan sekaligus kilau ritual dalam tarian ini.[1]
Asal-usul
Tarian ini diambil dari episode dalam Kagungan Dalem Serat Menak, yang menampilkan Dewi Adaninggar dari Tartaripura dan Dewi Kelaswara dari Kelan, bertarung merebutkan cinta Wong Agung Jayengrana.[2] Srimpi Muncar juga dikenal sebagai Srimpi Cina karena kehadiran tokoh Dewi Adaninggar yang berkaitan dengan keturunan Tiongkok.[butuh rujukan] Dokumentasi Srimpi Muncar tercatat dalam banyak naskah keraton—seperti Serat Beksa Bedhaya Utawi Srimpi kode BS 7, BS 9, BS 13, dan BS 16—yang meliputi detil koreografi, teks sindhen, dan narasi cerita.[1] Tarian ini pernah dipentaskan pada berbagai acara istana, seperti resepsi pernikahan putri dan Uyon-Uyon Hadiluhung.[butuh rujukan]
Ciri khas
Srimpi Muncar dibawakan oleh empat penari putri yang mengenakan busana juga tata rias khas keraton, lengkap dengan keris dan cundrik sebagai properti simbolis. Musik iringan menggunakan gamelan laras pelog pathet barang, dengan repertoar gendhing seperti Lagon Wetah, Ladrang Gati Bima, serta Gendhing Muncar sebagai penutup.[butuh rujukan]
Gerakan dalam Srimpi Muncar dikenal lembut, gemulai, dan anggun, dengan dinamika lambat namun penuh makna.[3] Gerak-gerak dasar seperti lumaksono (langkah), sabet (gerakan tangan), dan nindak (perubahan posisi) dibawakan secara harmonis dan simetris oleh keempat penari. Tari ini diawali dengan bagian bubuka, berupa perkenalan karakter penari melalui gerakan lambat dan penuh keanggunan. Dilanjutkan dengan bagian pokok, yang menyimbolkan pertarungan batin dan konflik dua dewi. Puncaknya ditandai dengan adegan penggunaan senjata (keris/cundrik) secara simbolik. Bagian panutup kemudian meredakan tensi dengan gerak harmonis sebagai tanda penyelesaian.[butuh rujukan]
Dalam pementasan, kedua tokoh tersebut dibedakan terkait ragam gerak, tata busana, dan tata riasnya. Penampilan penari dalam Srimpi Muncar sangat diperhatikan. Dewi Adaninggar mengenakan busana khas seperti kain motif cindhe, baju satin lengan panjang, dan berbagai aksesoris lainnya.[4] Rias wajah menonjolkan karakteristik putri Cina. Sedangkan Dewi Kelaswara mengenakan kain motif parang gurdha dengan baju rompi beludru dihiasi bordir keemasan, serta aksesoris kepala seperti jamang dan sumping ron. Keduanya membawa senjata; keris untuk Dewi Kelaswara dan cundrik untuk Dewi Adaninggar.[5] Dua senjata ini digunakan dalam adegan peperangan yang tetap disajikan dalam ekspresi gerak estetis yang tenang dan berimbang, tanpa unsur kekerasan fisik.[butuh rujukan]
Nilai budaya
Sebagai bentuk Srimpi klasik, Srimpi Muncar memperlihatkan unsur keanggunan, spiritualitas, dan estetika kerajaan Jawa. Meski telah mengadaptasi unsur modern—seperti kolaborasi orkestra gesek barat—esensi sinom dan ritualnya tetap dijaga. Tarian ini menegaskan nilai-nilai seperti keberanian, kehormatan, dan kesopanan yang diwakili oleh kedua tokoh dewi dalam drama ritualnya.[butuh rujukan]
Upaya pelestarian
Tari Srimpi Muncar merupakan salah satu kekayaan seni pertunjukan klasik Keraton Yogyakarta yang mendapat pengakuan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia pada tahun 2022.[6] Penetapan ini dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam Sidang Penetapan WBTb di Jakarta, sebagai bentuk apresiasi terhadap nilai historis, estetis, dan spiritual yang terkandung dalam tarian ini.[butuh rujukan]
Sejak penetapan tersebut, berbagai upaya pelestarian terus dilakukan, di antaranya melalui pementasan rutin di lingkungan keraton, terutama dalam acara budaya seperti Uyon-Uyon Hadiluhung.[7] Selain itu, pendokumentasian digital, pelatihan generasi muda, serta revitalisasi melalui kolaborasi musik kontemporer juga menjadi bagian dari strategi pelestarian agar tarian ini tetap hidup dan dikenal luas di era modern. Dukungan dari pemerintah daerah dan komunitas seni turut memperkuat eksistensi Srimpi Muncar sebagai bagian dari identitas budaya Yogyakarta.[butuh rujukan]
Referensi
- ^ a b crew, kraton. "Srimpi Muncar". kratonjogja.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-06-19.
- ^ www.gatra.com https://www.gatra.com/news-487086-gaya-hidup-perempuan-perkasa-bertameng-wajah-dalam-tari-keraton-yogya.html?utm_source=chatgpt.com. Diakses tanggal 2025-06-19.
- ^ "Tari Srimpi Muncar | PDF | Ilmu Sosial". Scribd. Diakses tanggal 2025-06-19.
- ^ Purwito, Endro. "Tari Srimpi Muncar Lakonkan Peperangan Dewi Adaninggar dan Dewi Kelaswara - Radar Nganjuk - Halaman 2". Tari Srimpi Muncar Lakonkan Peperangan Dewi Adaninggar dan Dewi Kelaswara - Radar Nganjuk - Halaman 2. Diakses tanggal 2025-06-19.
- ^ "Tarian Srimpi Muncar » Budaya Indonesia". budaya-indonesia.org. Diakses tanggal 2025-06-19.
- ^ "Satu Dasawarsa Penetapan WBTb". budaya.jogjaprov.go.id. Diakses tanggal 2025-06-19.
- ^ Program, Admin (2020-08-05). "Uyon-uyon Hadiluhung (10 Agustus 2020)". Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2025-06-19.