Srimpi Sangupati

Srimpi Sangupati merupakan salah satu tarian klasik gaya Surakarta yang diciptakan pada masa pemerintahan Susuhunan Paku Buwono IV (1788–1820), dan mencapai puncak popularitasnya pada masa pemerintahan Paku Buwono IX. Tarian ini tidak hanya menampilkan keindahan gerak dan estetika, tetapi juga mengandung makna simbolik yang mendalam mengenai nilai-nilai luhur, seperti perlawanan terhadap kejahatan, pengendalian diri, serta ajaran tentang kebaikan dan kesejahteraan hidup. Sejak tahun 2021, Pemerintah menetapkan Tari Srimpi Sangupati sebagai Warisan Budaya Takbenda.^[1]

Menurut sejarah, Tari Serimpi Sangupati sudah diketahui sejak masa pemerintahan Paku Buwono IV. Namun, penamaan "Serimpi Sangupati" baru digunakan secara resmi pada masa pemerintahan Paku Buwono IX. Perubahan nama ini berkaitan erat dengan konteks politik dan sosial pada masa kolonialisme Belanda, khususnya saat terjadi tekanan terhadap Keraton Surakarta untuk menyerahkan wilayah pesisir Pulau Jawa kepada pemerintah kolonial.^[1]

Dalam upaya diplomasi dan perundingan yang menyertai peristiwa tersebut, pihak Keraton Surakarta menyambut delegasi kolonial dengan pertunjukan tari serimpi. Sejak saat itu, tarian yang sebelumnya dikenal sebagai Serimpi Sangapati berubah nama menjadi Serimpi Sangupati.^[2]

Tari ini memiliki kekhasan tersendiri, terutama dalam penggunaan properti pentas. Penari Serimpi Sangupati membawa pistol berisi peluru asli sebagai bentuk kesiapsiagaan pertahanan, dan juga menggunakan gelek inum, yakni wadah menyerupai gelas yang digunakan untuk menjamu tamu, dalam hal ini utusan dari pihak kolonial.^[2] Unsur-unsur tersebut menandai perpaduan antara kehalusan seni keraton dengan konteks perlawanan simbolis terhadap dominasi kolonial.^[3]

Pada saat pementasan, Penari Srimpi Sangupati mengenakan busana pengantin putri gaya keraton, lengkap dengan dodotan (kain panjang khas Jawa) dan hiasan kepala berupa gelung bokor. Seiring perkembangan zaman, kostum penari mengalami sejumlah perubahan. Beberapa modifikasi yang muncul antara lain penggunaan kain seredan, atasan tanpa lengan berwarna cerah, serta tambahan hiasan kepala berupa bulu burung kasuari.^[3]

Salah satu properti utama dalam Tari Serimpi adalah keris, yang umumnya diselipkan menyilang ke arah kiri tubuh. Kehadiran keris dalam tarian ini mencerminkan akar tradisi keraton yang melekat kuat pada pertunjukan Tari Serimpi. Namun, dalam varian Tari Serimpi Sangupati, keris digantikan dengan pistol sebagai properti. Pada masa lampau, pistol tersebut bahkan diisi dengan peluru asli, sementara dalam pertunjukan masa kini, senjata tersebut hanya digunakan sebagai pelengkap simbolis dalam tarian.^[2]

1. ^ ^{a b} "Tari Serimpi Sangupati Melawan dengan Kelembutan". Indonesia Kaya. Diakses tanggal 2025-06-17.
2. ^ ^{a b c} Cahyasari, Indah (2020-06-04). "Fungsi Belajar Tari Srimpi Sangupati Gaya Kasunanan Bagi Penari di Keraton Surakarta". Gelar: Jurnal Seni Budaya (dalam bahasa Inggris). 18 (1): 1–6. doi:10.33153/glr.v18i1.2769. ISSN 2655-9153.
3. ^ ^{a b} Margarita, Sonia; Wahyudiarto, Dwi (2018). "PEMADATAN SRIMPI SANGUPATI OLEH AGUS TASMAN RONOATMODJO". Greget : Jurnal Kreativitas dan Studi Tari (dalam bahasa Inggris). 17 (2). doi:10.33153/grt.v17i2.2303. ISSN 2716-067X.