Stagnasi air

Stagnasi air merupakan kondisi ketika air berada di satu tempat tanpa mengalami pergerakan dalam jangka waktu yang lama. Apabila air mengalir terus diperbarui melalui sirkulasi, maka air tergenang bersifat statis yang muncul akibat aliran yang terhambat.[1] [2] Kondisi ini dapat dijumpai pada pipa, tangki, genangan di permukaan tanah, pancuran air minum, serta badan air kecil seperti parit dan kolam. Dalam sistem perpipaan bangunan, stagnasi air terjadi di ruang yang tidak digunakan, atau ketika bagian jaringan perpipaan air tidak berfungsi dengan baik.[3]
Penyebab
Penyebab stagnasi air mencakup faktor hidrologis dan lingkungan yang menghambat pergerakan air. Ketiadaan saluran pembuangan yang memadai dapat menyebabkan akumulasi air pada daerah rendah atau saluran drainase yang tersumbat, sehingga air tetap berada di tempat dalam waktu lama. Ketika pasokan air segar berkurang, pembaruan volume air menjadi terhambat dan mengganggu kelancaran sirkulasi air. Faktor hambatan fisik berupa sampah, vegetasi, atau sedimen dapat menghalangi aliran alami, menyebabkan terbentuknya genangan. Faktor lain yang turut memengaruhi terjadinya stagnasi air adalah kurangnya aerasi, karena ketiadaan sirkulasi dan pergerakan air membatasi proses pencampuran dengan udara sehingga air tetap dalam kondisi diam. Kombinasi dari faktor-faktor tersebut berperan dalam menciptakan kondisi stagnasi yang terdapat pada kawasan perkotaan maupun lingkungan alami.[4][5][6]
Bahaya
Dalam jaringan pasokan air di wilayah perkotaan, aliran air tidak berhenti sepenuhnya akibat dari kebutuhan air yang terus berjalan. Hal ini berbeda dalam sistem bangunan, air dapat tidak terpakai dalam waktu lama akibat pola penggunaan air individu, sehingga memberikan waktu yang cukup lama bagi terjadinya proses biologis.[7]
Air yang tidak mengalami pergerakan dan tidak mendapatkan aerasi yang cukup dapat mendukung pembentukan biofilm. Air tergenang dapat menjadi media bagi pertumbuhan mikroorganisme dan perkembangbiakan organisme patogen,[8][9] termasuk Legionella,[10] Escherichia coli (E. coli),[11] mikobakteria non-tuberkulosis, serta Pseudomonas yang berasosiasi dengan infeksi saluran pernapasan seperti pneumonia.[12] Malaria dan demam berdarah merupakan bahaya yang muncul akibat stagnansi air, genangan air berfungsi sebagai habitat perkembangbiakan nyamuk vektor, seperti Anopheles sebagai penular malaria dan Aedes aegypti sebagai penular demam berdarah.[13][14]
Referensi
- ^ "What Is Stagnant Water and How to Avoid It?". TRADESAFE (dalam bahasa Inggris). 2024-11-17. Diakses tanggal 2025-09-29.
- ^ Exchange, Ion (2025-05-20). "Dangers of Stagnant Water in Urban Environments". Ion Exchange (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2025-09-29.
- ^ Zinser, Jonathan. "Mitigating Stagnant Water Diseases and Damage During the Pandemic". www.rochestermidland.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-09-29.
- ^ Newell, Charlie (2025-09-03). "What Causes Stagnant Water in Ponds (and How to Fix It)?". https://admirallakeandpondrestoration.com/ (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2025-09-29.
- ^ "Articles about Lake Weeds, Boatlifts, Muck, & Docks". Articles about Lake Weeds, Boatlifts, Muck, & Docks (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-09-29.
- ^ admin (2024-02-02). "Identifying the Causes of Standing Water and How to Address Them". Stewart Lumber & Hardware (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2025-09-29.
- ^ Ling, Fangqiong; Whitaker, Rachel; LeChevallier, Mark W.; Liu, Wen-Tso (2018-06). "Drinking water microbiome assembly induced by water stagnation". The ISME Journal (dalam bahasa Inggris). 12 (6): 1520–1531. doi:10.1038/s41396-018-0101-5. ISSN 1751-7370.
- ^ Proctor, Caitlin R.; Rhoads, William J.; Keane, Tim; Salehi, Maryam; Hamilton, Kerry; Pieper, Kelsey J.; Cwiertny, David M.; Prévost, Michele; Whelton, Andrew J. (2020). "Considerations for large building water quality after extended stagnation". AWWA Water Science (dalam bahasa Inggris). 2 (4): e1186. doi:10.1002/aws2.1186. ISSN 2577-8161. PMC 7323006. PMID 32838226.
- ^ Huang, Casey K; Weerasekara, Anjani; Lu, Ji; Carter, Robyn; Weynberg, Karen D.; Thomson, Rachel; Bell, Scott; Guo, Jianhua (2023-12-01). "Extended water stagnation in buildings during the COVID-19 pandemic increases the risks posed by opportunistic pathogens". Water Research X. 21: 100201. doi:10.1016/j.wroa.2023.100201. ISSN 2589-9147.
- ^ Nisar, Muhammad Atif; Ross, Kirstin E.; Brown, Melissa H.; Bentham, Richard; Best, Giles; Eyre, Nicholas S.; Leterme, Sophie C.; Whiley, Harriet (2024-06-15). "Increased flushing frequency of a model plumbing system initially promoted the formation of viable but non culturable cells but ultimately reduced the concentration of culturable and total Legionella DNA". Heliyon. 10 (11): e32334. doi:10.1016/j.heliyon.2024.e32334. ISSN 2405-8440. Pemeliharaan CS1: DOI bebas tanpa ditandai (link)
- ^ "What are the Risks of Stagnant Water? - Water Mold Fire Restoration". watermoldfire.net. Diakses tanggal 2025-09-29.
- ^ "What Is Stagnation and How Does It Impact Legionella Control". Legionella Control Systems (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2025-09-29.
- ^ Arshad, Talal; Wajahat, Ali; Jabeen, Adina; Ali, Syed Hasan (2022-12-03). "Malaria and dengue outbreaks during a national disaster in Pakistan: A rising concern for public health". Journal of Global Health. 12: 03076. doi:10.7189/jogh.12.03076. ISSN 2047-2986. PMC 9719408. PMID 36462206.
- ^ "The Dangers of Stagnant Water - Standing Water Dangers". puroclean.ca (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-09-29.