Sudjatmiko
.jpg)
Sujatmiko (lahir 20 Agustus 1959) adalah seorang diplomat senior Indonesia kelahiran Tulungagung, Jawa Timur. Ia lulus dari Fakultas Sastra (Jurusan Sastra Inggris) Universitas Jember (UNEJ) pada 1984. Ia kemudian diterima sebagai Pegawai Negeri pada Kementerian Luar Negeri RI pada tahun 1985 dan langsung menjalani kursus khusus untuk seorang diplomat (Sekolah Dinas Luar Negeri/ Sekdilu) selama setahun. Pada tahun 1988, ia mendapatkan bea siswa dari Australia untuk menempuh pendidikan diplomat internasional di Australia (Foreign Service Training Course). Setelah kembali mengabdi pada Kementerian Luar Negeri, ia mendapatkan bea siswa lagi dari Australia (Australian International Development Assistance Bureau/ AIDAB) untuk menempuh pendidikan S.2 di Universitas Wollongong, New South Wales (Jurusan Hubungan Internasional), dan lulus tahun 1989. Setelah lulus, ia langsung menempuh pendidikan S.3 pada Universitas Nasional Australia (Australian National University, ANU), Canberra dan lulus pada 1993.
Selama kariernya, ia juga menempuh berbagai pendidikan khusus, antara lain pendidikan berjenjang diplomat (Sekolah Dinas Luar Negeri/ Sesdilu tahun 2000) dan (Sekolah Staf dan Pimpinan Luar Negeri/ Sesparlu tahun 2002) dan pendidikan khusus lainnya seperti bidang ekonomi internasional, bidang public relations, bidang minyak dan gas, dan lain-lain.
Ia mengawali karier dari bawah dan telah memegang jabatan struktural sebagai pegawai negeri dari kepala Seksi sampai pejabat eselon 1. Pejabat puncak eselon 1 di dapatnya melalui proses seleksi terbuka atas usulan Menteri Luar Negeri, yaitu sebagai Deputi pada Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) di bawah pimpinan Puan Maharani pada tahun 2015-2018, setelah kembali menjalankan tugasnya sebagai Duta Besar RI untuk Sudan dan Eritrea pada tahun 2010-2014.
Penugasan awal sebagai diplomat di luar negeri dimulai pada tahun 1995-1999 pada Kedutaan Besar RI di Tokyo, Jepang, dan penugasan berikutnya pada Kedutaan Besar RI/ Perutusan Tetap RI untuk PBB di Wina, Austria pada tahun 2003-2007.
Sekembali dari Austria, ia mendapatkan kepercayaan dari Menlu Hassan Wirayuda untuk menjabat sebagai Direktur Keamanan Diplomatik pada tahun 2008-2010. Cita-citanya untuk menjadi Konsul Jenderal di salah satu Perwakilan RI di luar negeri tidak dapat terwujud karena Menteri Luar Negeri Marty Natyalegawa langsung mengusulkan kepada Presiden RI untuk promosi yang justru lebih tinggi, yaitu menjadi duta besar.
Awalnya ia diusulkan oleh Menlu untuk menjadai Duta Besar di Beograd, Serbia, namun saat akan menjalani "fit and proper test" di Komisi 1 DPR, namanya digeser oleh calon dubes lain dari partai politik dan akhirnya ia menjadi Duta Besar Indonesia untuk Republik Sudan merangkap Republik Eritrea.[1]
Setelah sekitar 3 tahun menjadi Deputi pada Kemenko PMK, ia diusulkan lagi oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk menduduki jabatan duta besar yang kedua kalinya,sebagai duta besar RI untuk Brunei.[2]Darussalam pada tahun 2018-2023.
Pada tahun 2015, atasan usulan Menlu Retno Marsudi, ia mendapatkan kenaikan jabatan fungsional sebagai Diplomat Ahli Utama dan mendapatkan Surat Keputusan Presiden untuk menjalani pensiun pada usia 65 tahun.
Referensi
 | Artikel bertopik biografi Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. |