Tarawak Tarawoi
![]() | Artikel ini membutuhkan lebih banyak pranala ke artikel lain untuk meningkatkan kualitasnya. (Juni 2025) |
Tarawak Tarawoi adalah alat musik tradisional yang berasal dari Pulau Tengah, Keliling Danau, Kerinci, Indonesia.[1] Instrumen ini dikenal karena keunikannya, baik dari segi bentuk, bahan, maupun cara penggunaannya, dan sering disebut sebagai salah satu alat musik paling langka dan aneh di Nusantara. Tirawoai umumnya digunakan dalam konteks ritual adat masyarakat Kerinci, khususnya dalam upacara tradisional yang berkaitan dengan kepercayaan animisme.[2]
Bentuk dan Pembuatan
Tirawoai dibuat dengan menggali dua lubang ke dalam tanah, masing-masing berukuran sekitar 1 hingga 1,5 meter baik panjang maupun kedalamannya. Lubang tersebut berbentuk oval atau persegi panjang. Di atas lubang pertama, dibentangkan senar rotan yang dilapisi upih (seludang nira enau), sedangkan lubang kedua dilengkapi dengan tempurung kelapa dan senar rotan. Masing-masing bagian tersebut menghasilkan karakter bunyi yang berbeda.[1]
Lubang pertama dikenal sebagai Tirawoi, yang menghasilkan suara ritmis dan berfungsi menyerupai instrumen perkusi seperti gendang. Lubang kedua disebut Tarawak, yang menghasilkan bunyi bernada lebih tinggi dan digunakan untuk memainkan melodi, mirip dengan fungsi gong atau canang dalam gamelan.[1]
Cara Memainkan
Berbeda dengan kebanyakan alat musik berdawai, Tirawoai tidak dimainkan dengan cara dipetik atau digesek, melainkan dipukul menggunakan pemukul khusus dari kayu manau. Pukulan ini menciptakan resonansi khas yang menyebar melalui rongga tanah, menghasilkan suara yang menggema dan menggetarkan. Efek akustik ini memberikan kesan mistis, terutama saat dimainkan dalam konteks ritual.[1]
Fungsi Budaya dan Ritual
Tirawoai memiliki fungsi penting dalam upacara adat masyarakat Kerinci. Salah satu upacara yang paling dikenal adalah Ngagouh Himau, yaitu ritual pemanggilan harimau yang dipercaya sebagai leluhur atau penunggu hutan. Masyarakat meyakini bahwa suara Tirawoi mampu mengundang harimau dari kejauhan melalui getaran dan resonansi tanah. Oleh karena itu, alat ini dianggap sakral dan tidak dimainkan sembarangan di luar konteks adat.[2]
Pelestarian dan Modernisasi
Dalam beberapa pertunjukan budaya modern, Tirawoai telah mengalami adaptasi bentuk. Untuk kepentingan mobilitas dan pentas di luar daerah, lubang tanah digantikan oleh struktur berbentuk kotak yang menyerupai konstruksi aslinya. Meskipun demikian, upaya ini dilakukan dengan tetap menjaga karakteristik bunyi dan teknik permainan tradisionalnya.
Budayawan Kerinci, Azhar MJ, menyatakan bahwa hingga kini belum ditemukan alat musik lain di dunia yang memiliki karakteristik serupa dengan Tirawoai, baik dari segi konstruksi maupun fungsi budayanya. Hal ini menjadikan Tirawoai sebagai warisan budaya tak benda yang unik dan penting untuk dilestarikan.[2][3]
Lihat pula
Referensi
- ^ a b c d Tomi, Masvil; Gilang Pratama, Amor Seta; Alfat, Muhammad; Anisa Utami, Putri (2019). "Musik Tarawak Tarawoi dalam Ritual Ngagah Harimau di Masyarakat Pulau Tengah Kabupaten Kerinci". Titian: Jurnal Ilmu Humaniora. 3 (2): 3–11.
- ^ a b c Arman, Dedi (2018-10-31). "Tirawoai, Alat Musik Aneh dari Kerinci | Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau" (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2025-06-19.
- ^ antaranews.com (2011-06-11). "'Tirawoai' dan 'Serangko' Akan Ditampikan di Solo". Antara News. Diakses tanggal 2025-06-19.